Hanya berdedikasi ingin memiliki tidak akan cukup jika tidak memiliki niat dan usaha.
Star Pamungkas P.
6. Ter'abaikan oleh Star
"Bukannya tante Freya lagi keluar kota?" Month bertanya saat otak kecilnya mengingat jadwal keberangkatan Tante dan Om nya yang memang sudah ia hafal.
Mengangguk singkat Star semakin melajukan motornya, dia ingin segera sampai dirumah dan mandi, tubuhnya benar-benar lengket ditambah dia juga merasa kasihan dengan keadaan Month yang jauh dari kata baik.
"Kita cuman berdua di rumah?" Tanya Month lagi, masih diposisi yang sama. Namun Pelukan Month semakin erat, dia ingin menghentikan waktu sejenak. Harapan yang klasik namun tidak akan pernah terwujud.
"Ada Rifaldo dan Ada Rona juga, jadi Month gak perlu takut," ucap Star menenangkan Month, meski memiliki hubungan baik dan mengenal lama bukan berarti Month tidak waspada dia tetap seorang gadis yang harus selalu waspada setia saat.
"Mau makan dulu gak? Star lapar, nanti dirumah juga makanan dingin udah gak enak lagi."
Memeluk semakin erat pinggang Star, Month terkekeh saat merasakan pria itu tersentak karena pelukan erat darinya. "Emangnya mau bayarin Month makan?"
"Kan Star yang ngajakin makan!" Sahutnya lempeng.
"Yaudah ayok, Month mau sesuatu yang manis tapi gak bikin diabetes."
"Star manis gak bikin diabetes juga, tapi Month gak mau tuh jadi pacarnya Star," cetusnya santai. Sejurus kemudian Star memutar stir motor sportnya dan berhenti di sebuah warung pinggir jalan yang memang sering Star datangi. Untuk harga boleh murah tapi rasa jangan diragukan, benar-benar selevel dengan masakan hotel bintang lima.
Month tertegun menatap Star dari samping, matanya menyorot dalam ada sesuatu yang menggelitik diperutnya, pria itu dengan mulut manisnya selalu berhasil membuat Month bersemu merah. Namun lagi-lagi Month harus ditamoar oleh kenyataan, bahwa mereka hanya sepasang sahabat tidak lebih dan tidak kurang.
"Kurang-kurangin pak! Yaudah. Kita makan, tapi dibungkus ya, kita makan dirumah Star aja," lanjutnya yang diangguki Star.
***
"Star," gumam Month menatap Star dalam, ada rasa tidak rela saat pria didepannya berbicara begitu santai dan lembut dengan seorang gadis yang berada diruang tamu.
Rifaldo yang melihat Month hanya berdiri di depan pintu masuk, dengan pandangan sulit diartikan merasa iba namun dia tau dia tidak bisa berbuat banyak saat kakak kelasnya itu hanya menginginkan Star kakaknya yang payah.
"Hai. Kak Month, kakak udah lama gak kesini, sekalinya kesini pas Mama dan Papa lagi pergi jalan-jalan," Rifaldo menyambut sahabat karib kakaknya yang payah, bagaimana tidak payah. Rifaldo menilai kalau Star masih terjebak dalam sistem pertemanan yang mana Rifaldo sendiri sulit untuk mengatakannya. Pria itu memiliki banyak teman wanita tapi tidak satu pun yang memiliki status lebih dan Rifaldo membenci sifat kakaknya yang satu ini.
Mengangguk cepat, Month menatap Rifaldo sebentar kemudian kembali melirik Star yang tampak begitu nyaman bersama wanita lain, padahal mereka belum makan. Bungkusan makanan yang mereka beli berada ditangan pria itu. "Ia, Kakak sedikit sibuk," cengirnya berusaha melawan sesuatu yang membuat dadanya sesak menyebabkannya susah bernafas.
"Jangan dilihat kalau memang gak kuat Kak! Ayok masuk, didalam ada temen-temennya bang Star, Rona juga ada disana," ajaknya masuk dan menjauhi dua manusia kurang akhlak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and my Stars
Teen FictionSebetulnya ini adalah fase terindah dalam hidupku, jika saat itu kami saling jatuh cinta kebersamaan adalah salah satu hal yang paling penting. Namun kami juga adalah manusia yang tidak peka, dan tidak ada hubungan serius diantara kami. Kalaupun sal...