2

7 2 0
                                    

“Assalamualaikum!”

“Waalaikumsalam. Langsung kesini lagi pasti? Kenapa ngga pulang dulu sih nak?

“Sa lebih suka sekalian Bunda, nanti habis dari sini baru pulang deh hehe”

“Masih pake seragam gini loh, nanti kalau kotor gimana?”

“Bunda pasti bilangnya itu mulu, ‘kalau seragamnya kotor gimana’ sampai bosen aku dengernya tau”

“Hahaha. Ya abisnya Bunda takut kalau Mama Papa kamu marah gara gara kesini terus setiap pulang dari kampus”

“Mama Papa tau kok Bun, lagipula aku disini karena keinginanku sendiri. Aku udah cukup dewasa tau Bun, jadi udah tau tanggungjawab sendiri”

“Iya iyaa. Terimakasih ya”

“Gimana keadaan Ren sekarang Bun?”

“Masih tidur tuh. kayanya punya temen baru di sana ya?”

“Ngga asik banget ya. Masa kita ditinggalin disini”

“Iya tuh, emang kebiasaan dari dua tahun lalu. Kalau gitu, Bunda titip Ren ya. Bunda mau lihat toko dulu. Nanti habis isya’ seperti biasa Bunda balik kesini terus anter kamu pulang deh”

“Oke Bunda! Tenang, Ren pasti aman sama Sa”

“Jangan lupa pakai jaket kalau keluar. Anginnya kenceng diluar keliatannya”

“Iya Bundaaa. Udah buruan ke toko ajaa”

“Hahahaha. Oke deh, Bunda pamit bentar ya. Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

***

“...begitu”

“Jadi, wanita yang disana itu. Kamu?”

“Iya. Itu aku, pangeran. Sayangnya kita tidak akan pernah bisa saling bercakap walau hanya sepatah kata”

“.....”

***

Putraku yang paling kusayangi, Huaren Julian. Menjadi korban kecelakaan yang terjadi dua tahun silam. Karena kecelakaan tersebut, ia koma sampai saat ini. Dan penyebab kecelakaan itu adalah perempuan yang akrab denganku tadi. Rendansa Sa. Saat itu, Sa yang memegang kemudi karena niat hati ingin mengantar Ren pulang. Tapi naas, mobil itu ternyata telah di sabotase oleh mantan suamiku hingga kecelakaan tunggal pun terjadi. Ren koma, dan Sa amnesia. Sa lupa dengan semua kejadian kecelakaan itu.

Sebagai seorang ibu, apa yang harus aku lakukan selain menerimanya bukan?

🍁

[1] Rendansa - COMPLETED✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang