[ Season 2 ]
Batasan itu sudah hilang, namun secara luar biasa ada masalah yang datang lebih besar. Ketika keduanya sudah sepakat untuk saling memiliki dan menaikkan level status mereka, secara bersamaan segala sesuatu yang menghadang keduanya sudah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah membalas cuitan sang kekasih diakun twitternya Mark meletakkan ponselnya dan tersenyum pada Jeno sambil menaik turunkan alisnya jahil, membuat Jeno merotasikan matanya malas dan memukul pelan kepala Mark gemas. Mark tertawa dengan respon Jeno, berdiri dari duduknya dan membawa makanan yang tadi Jeno foto, iya itu semua akan dibawa pulang karena sepasang sejoli ini hanyak makan es krim dan kentang, menu favorit keduanya jika pergi kesebuah tempat makan cepat saji.
"Apasih twitter kakak? Ngga jelas banget kayaknya." tanya Jeno sambil berdiri dari duduknya dan berjalan beriringan dengan Mark yang sudah menenteng satu plastik cukup besar berisi makanan yang tadi dibelinya. Keduanya berjalan beriringan menuju mobil papa Mark dengan tangan bertaut seakan tak ada hari esok untuk bersama. Mark tertawa karena wajah Jeno yang kesal dan penasaran, mengusak gemas surai kekasihnya dan mengecup sekilas pipi Jeno, membuat korbannya terkejut dan menatap sekeliling.
"Emang ya kamu tu kak! Suka banget cium-cium ngga tau tempat! Heran!" lagi ucap Jeno kesal sambil berjalan kearah kursi penumpang dan masuk kedalam mobil, diikuti Mark yang masuk kedalam kursi kemudi. Mark meletakkan barang bawaan mereka kekursi penumpang dibelakang, mencuri kecup pada bibir Jeno sebelum memasang seatbelt dan menghidupkan mesin mobilnya, membuat Jeno lagi-lagi membulatkan matanya terkejut dan memukul main-main lengan Mark.
"Kakak tu lagi kenapa sih!!" kesal Jeno yang hanya dibalas tawa pelan oleh Mark yang segera melajukan mobilnya keluar dari parkiran tempat makan cepat saji itu. Selama perjalan Mark tak melepaskan tangan Jeno, tangan itu sangat pas digenggamannya bahkan terasa seperti tangannya sendiri. Bahkan kini Mark membubuhkan kecupan-kecupan ringan pada punggung tangan Jeno, membuat hati Jeno mengahangat namun penuh selidik. Jeno menatap kekasihnya dari samping yang terlihat tampan saat menyetir.
"Kakak, ada yang lagi ganggu pikiran kakak?" tanya Jeno tepat sasaran yang membuat Mark mengehentikan kecupannya pada punggung tangan Jeno namun masih menggenggam tangan yang lebih muda.
"Adek tadi sore lihat Jihoon ya?" balik tanya Mark tanpa menjawab pertanyaan Jeno. Badan Jeno menegang, menatap Mark penuh selidik.
"Dejun tadi cerita di grup kalo adek lihat Jihoon waktu tadi kita keluar parkiran fakultas kakak. Terus tadi Yeri sama Tzuyu cerita, menurut mereka bertujuh kenapa kakak dipersulit itu karena dosen pembimbing kakak itu omnya Jihoon dan kata anak-anak si Jihoon kayak gagal move on dari kakak gitu." jelas Mark panjang lebar masih menggenggam tangan Jeno, entah dirinya seakan tak ingin melepaskan sosok manis yang sudah menjadi rumahnya untuk kembali ketika lelah. Jeno membulatkan matanya tak percaya, dugaannya benar bahwa akan ada sesuatu yang menggangunya dan Mark.
"Terus mereka juga mikir sampe Soobin, mantan adek yang kayak setan itu. Mereka takutnya Soobin sama Jihoon ini kerjasama buat ngerusak hubungan kakak sama kamu, walaupun kakak ngga tau gimana caranya tapi pasti ada aja caranya kan? Terus mereka bilang sama kakak juga untuk terus sama adek dan dideket adek, karena menurut mereka Jihoon ngincer adek." lagi lanjut Mark sambil mengecup singkat punggung tangan Jeno. Jeno diam, dirinya benar-benar lupa jika dalam hidupnya pun masih ada setan penggangu yang sejujurnya beberapa kali masih sempat baku hantam dengan Mark. Jeno mengubah duduknya menatap Mark yang masih fokus menyetir dan menggenggam tangannya.