9

1.1K 137 6
                                        

Setelah berbicara melalui telfon dengan Mark, Jeno menghela nafasnya dan menatap ketiga temannya bergantian dengan tatapan sendu yang jujur sangat susah diartikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berbicara melalui telfon dengan Mark, Jeno menghela nafasnya dan menatap ketiga temannya bergantian dengan tatapan sendu yang jujur sangat susah diartikan. Yangyang, Renjun dan Jaemin saling tatap, seakan bertanya melalui tatap mereka.

"Kenapa Jen?" tanya Jaemin dari seberang sana pada akhirnya, karena Jaemin yakin Yangyang dan Renjun tidak akan bertanya pada Jeno. Jeno diam sambil kembali menghela nafasnya, perasaannya benar-benar tidak pernah bohong semenjak dirinya menjalin kasih dengan Mark.

"Jen, kenapa sih? Cerita coba." bujuk Renjun pada akhirnya, tidak terlalu suka menerka-nerka bahkan mengira-ngira. Jeno menopangkan wajahnya, kembali menghela nafasnya kasar dan menatap ketiga temannya bergantian, jujur perasaannya sangat-sengat gusar.

"Gue ngga tau harus bereaksi gimana sama cerita kak Mark." ucap Jeno pada akhirnya sambil menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya. Yangyang dan Renjun yang paham langsung mendekat dan menepuk pelan pundak sang sahabat.

"Bahkan kak Mark tadi suaranya udah kayak mau nangis pas cerita sama gue saking frustasinya dia." lagi lanjut Jeno dengan suara cukup terpendam yang tak dapat Jaemin dengar.

"Gini aja deh, lu cerita dulu sama Yangyang sama Renjun, gue ngga denger apa-apa. Daripada gue keong mending gue tutup terus nanti gue nanya Renjun aja. Bye guys!" ucap Jaemin sambil mengakhiri panggilan videonya dengan ketiganya. Renjun meraih ponselnya dan memasukkannya dalam kantong celananya dan kembali menepuk pelan pundak sahabatnya, menyalurkan kepercayaan disana.

"Terus Jen?" tanya Yangyang pelan sambil menarik kursi miliknya lebih dekat pada tempat duduk Jeno dan juga Renjun, hari ini mereka lumayan bebas ditempat magang. Jeno makin menenggelamkan kepalanya, dirinya pun kasihan dengan apa yang dialami sang kekasih namun tak tahu harus bagaimana.

"Jujur gue masih bingung harus bereaksi apa sama cerita kak Mark. Maksud gue, gue pernah lihat dia capek, kesel, berantem, emosi dan yang lainnya. Tapi baru ini gue denger dari nada dia cerita dia bener-bener frustasi dan kerasa banget dia mau nyerah. Gue bingung harus gimana." jelas Jeno panjang lebar masih dengan suara  yang terpendam karena dirinya sama sekali belum mendongak menatap kedua temannya. Yangyang dan Renjun saling tatap, saling melempar pertanyaan melalui tatap mereka.

"Dan yang bikin perasaan gue bener-bener ngga enak akhirnya kejadian, mantannya kak Mark masuk dikelompok pamerannya kak Mark." lagi cicit Jeno yang berhasil membuat Yangyang dan Renjun membulatkan mata mereka terkejut, menahan keterkejutan mereka karena sudah banyak karyawan yang kembali masuk ruangan setelah makan siang.

"Jen, lu serius??" tanya Yangyang tak percaya diikuti gumaman setuju oleh Renjun. Jeno mendongak, menatap kedua temannya dan mengangguk lemas disana.

"Wajah gue udah sedih sendu kayak gini lu pikir bercanda?? Kak Mark ngga mungkin bohong cuma buat manas-manasin gue. Barusan kak Mark cerita tu sampe bilang maaf berkali-kali sama gue padahal bukan salah dia. Terus tadi waktu kak Mark telfon gue, samar-samar gue denger kak Lucas bilang kalo memang mantannya kak Mark satu kelompok pameran sama mereka secara paksa." jelas Jeno panjang lebar yang membuat Renjun dan Yangyang benar-benar terkejut bukan main, ada saja kuman yang mengganggu hubungan temannya.

Berstatus. | Markno [2/2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang