Part 6

545 17 5
                                    

"Kakek suka anak kecil, nggak?" tanyaku.

"Suka," jawab mas Jaenal sambil menyisir rambutnya.

"Ais kemarin kan ke rumah Indah, gendong anaknya, namanya Ayun."

"Iya, terus?" jawabnya datar.

"Kenapa kalo kakek suka, nggak adopsi anak aja?"

Mas Jaenal terbelangak mendengar ucapanku.

"Buat apa adopsi?" jawabnya.

"Ais kan suka sama anak kecil."

"Sejak kapan?"

"Sejak liat Ayun!" jawabku polos.

Padahal dari dulu aku benci banget sama anak kecil. Kalo ditanya kenapa, aku juga nggak tau, bawaanya sebel aja liatnya.
Apalagi pas anak kecilnya liatin terus. Mungkin kalo gak ada ibunya udah aku cubit dia.

Keinget, pengalaman jahilku dulu saat sepulang sekolah, pernah pelototin anak kecil sampe nangis di dalam bus.

Kembali ke cerita 👇

Mas Jaenal terdiam sejenak, dia malah pura-pura nggak dengar, di sumpahin budek beneran baru tau rasa!

"Kenapa sih, kakek itu nggak nganggep Ais ada ?"

"Maksudnya bagaimana, saya tidak paham." dengan polosnya.

Sebenarnya dia bukannya gak peka, tapi lebih tepatnya itu, bego!

"Ais mau menuntut hak Ais sebagai istri!"

Mas Jaenal menoleh, tumben. Kayaknya dia paham apa yang baru saja aku katakan. Biasanya alasan, terus lari dari topik pembicaraan.

Mas Jaenal mendekatiku.

Ya ampun apakah suamiku malam ini akan menganu-anu kan aku? Omg!

Duh gimana ini, sore tadi kan aku nggak mandi karna dingin. Masa iya harus detik ini juga?
Malam pertama bau badan, apa tidak memalukan? Huhu....

Entahlah....

Kedua mata sengaja ku pejamkan, sungkan sih, tapi udah ada kode siap siaga, sepertinya mas Jaenal mau mencium ku.

Sial! ternyata hanya  malu saja yang ku dapat. Sumpah aku kesal!

"Maaf ya, tunggu saya benar-benar siap. Mau kan?" mas Jaenal berbisik. Dia memintaku untuk menunggu nya benar² siap.

Mau sampai kapan?

Kurang sabar apa aku selama ini. Nasib ku memiliki suami aneh seperti Jaenal! kaya si kaya, tapi tidak normal buat apa?

Ya udah lah, permintaan ku ini di tolak halus olehnya, lagi dan terulang lagi. It's oke. Mulai dari sekarang aku nggak akan minta-minta lagi hak ku ke mas Jaenal.

Aku akan menunggunya sampai siap, mungkin sampai  ayam keluar tanduk.

🧸🧸🧸

"Mau ikut lari pagi nggak?"

Memang mas Jaenal sering mengajak ku, lari pagi, tapi rasanya enggan sekali ikut dengan nya, malas dan mager.

Tapi kali ini, mood lagi bagus, yekan. Kapan lagi coba cari keringet bareng suami pagi-pagi begini.

"Ahhhhhh, capek jugaaa ya kek?"

Keringat kami bercucuran, lari-lari kecil mengelilingi komplek cukup menguras keringat. 

"Kenapa sih, mereka memandangi mas Jaenal begitu?" kesalku, ketika melihat banyak perempuan mencuri pandang.

"Ayo kita pulang, mas!"

KAKEK MUDA CINTAKU [16+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang