Hai November..
Tujuh tahun yang lalu... Aku bertemu seseorang di bulan November
tahun pertama, kedua, ketiga dan keempat yang terasa begitu istimewa
untuk aku dan diaTahun tahun selanjutnya, aku kembali bertemu dengan November
Aku merayakannya dengan menulis sebuah surat yang tak lain untuk dirinya
Aku memilih untuk menangis sesenggukan dan menyimpan rapi tulisan tersebut di tumpukkan buku pelajaran
Aku rindu membaca kalimat kalimat penuh harap, merapal doa dan mengaminkannyaIni adalah tahun ketiga, aku merayakannya seorang diri
Merayakan kehilangan yang sempat membuatku nyaris tak bersemangat lagi
Aku mendapati diriku sedang berbaring di atas tempat tidur
Menatap ke arah langit langit yang terlihat gelap dan kosong
Rupanya, bukan hanya langit... Diriku juga merasakan kekosongan itu.Rasanya ingin sekali aku menulis banyak hal, meski ia tak membacanya
Namun, di pengujung surat ini...
Aku ingin kau tahu, bahwasanya aku tak pernah berhenti menunggu
Tentang kepulanganmu...Terimakasih telah hadir selama tujuh tahun. Terimakasih juga telah bersedia untuk tetap berteman dan menjadi teman cerita sampai detik ini. Terimakasih telah memberi kesempatan untuk tetap dekat meski tak ada yang mengikat. Tentang luka dan tangis itu... Semoga diri ini dapat segera memaafkannya
KAMU SEDANG MEMBACA
PARONOMASIA
Short Storysebuah prosa tentang hidup, luka, dan dan air mata yang terjadi di alam semesta. Maka, salah satu cara untuk menerima setiap luka adalah memaknai isi cerita dan realita sebenarnya. Vanilla latte