Time for Adventure!

142 26 41
                                    

Lyria Groundrose menengadah, menatap langit biru setelah ia terpental beberapa meter dan menghantam batang pohon di sekitar Well of Time. Ia berdiri, membersihkan rok dan jubah berwarna violet dari kotoran, lantas merekahkan senyum lebar. Meskipun tidak tahu alasan kenapa seragamnya berubah menjadi seragam berlogo Wisteria Academy, ia tetap merasa senang karena ini adalah awal dari petualangan yang selalu ia impikan.

Berbeda dengan Lyria, kondisi kawan di kelompoknya berbanding terbalik. Alanon Klorofia, laki-laki dengan rambut sehijau daun dan berdarah Zaadia tersebut memegang perut dan memuntahkan isinya. Zanesha, Werewolf itu tergeletak tak sadarkan diri dan terakhir adalah Mikalea Midagad, seorang Fallen Angel sekaligus satu-satunya anggota kelompok Lyria yang masih bisa berdiri meskipun harus memegang batang pohon.

“Hei, Kenapa kau masih baik-baik saja setelah keluar dari sana, Bocah Ajaib?” tanya Alanon yang sekarang terduduk, lantas memuntahkan kembali cairan yang masih ada di dalam perut ke semak-semak yang ada di dekatnya.

Lyria menatapnya jijik, tidak ada niat untuk membantu sama sekali meskipun ia menyimpan beberapa botol air di grimoire miliknya. Baginya, sebutan bocah, anak kecil, ataupun hal lain yang menggambarkan sosoknya sebagai anak kecil adalah sebuah penghinaan.

Zanesha terbangun dari pingsan, masih linglung menatap sekitar. Gadis berambut merah dipotong pendek itu memegang perut, kemudian melakukan hal yang serupa dengan Alanon di semak yang berbeda.

Lyria memegang kening. Untuk pertama kalinya, ia bersyukur terlahir sebagai Dwarf setelah melihat kedua teman seangkatannya tak berdaya dan menghancurkan awal petualangan yang seharusnya seru seperti dalam cerita pahlawan. Lyria memutar kepala, melihat Mikalea yang masih memegang batang pohon untuk berdiri.

“Kale, kau baik-baik saja, 'kan?”

“Aku tidak apa-apa,” jawab Mikalea sembari melepas pegangannya pada batang pohon. “Bagaimana denganmu?”

“Tentu aku baik-baik saja. Dwarf memiliki tubuh dan ketahanan sihir yang kuat.” Lyria mengibaskan rambut kepang sebelah kirinya lalu berkacak pinggang. “Meskipun aku kecil, aku tidak lemah seperti mereka yang terus muntah.” Lyria kembali melirik Alanon dan Zanesha.

Seekor capung keluar dari saku kemeja putih Alanon dan terbang melintasi Lyria. Setelah beberapa saat, capung itu menghilang dan kembali dengan membawa beberapa benih dan menjatuhkan satu butir ke tangan setiap anggota, kecuali Lyria. Benih itu berubah menjadi sulur hijau yang menusuk telapak tangan Alanon, Zanesha, dan Mikalea.

“Bukankah Mr. Navarro melarang kita menggunakan sihir ketika keluar dari sumur?” tanya Zanesha.

Alanon mengatur napas. “Ia tidak ada di sini, jadi kita tidak akan ketahuan. Lagi pula, ini cara instan menyembuhkan pusing dan mual. Kau juga tidak ingin, kan, terus memuntahkan isi perut di tempat ini?”

Zanesha menggelengkan kepala.

Selang beberapa saat, kondisi ketiga siswa Maple Academy itu mulai membaik. “Kita sepertinya sudah pulih. Sekarang apa yang akan kita lakukan?” tanya Zanesha sembari membantu Alanon berdiri. “Wah, aku baru sadar kalau kita memakai seragam yang berbeda.”

“Tentu saja kita akan pergi ke kastel itu,” jawab Lyria sembari menunjuk bangunan besar yang ada di puncak karang-karang terjal. “Kita harus mencari informasi megenai Hilarion. Iya, kan, Kale?”

Mikalea mengangguk. “Kamu benar.”

Lyria mengangkat tinjunya ke udara, melebarkan senyum. “Demi menghancurkan cermin waktu dan menjadi pahawan yang menyelamatkan dunia. Ayo, kita berangkat!”

“Kau terlalu melebih-lebihkan, Bocah Ajaib,” ejek Alanon.

Lyria yang tidak terima langsung menendang tulang kering Alanon dan meninggalkannya ketika sumur kembali mengeluarkan suara aneh dan memuntahkan kelompok lain.

An Unexpected Adventure in Windville (MAPLE ACADEMY YEAR 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang