Lyria mengembuskan napas di tangga kapal. Tangannya dengan cekatan menghitung uang logam di kantong kain dengan jumlah 1 vine 5 wizer. Gadis itu berpikir, apakah uang itu akan cukup jika semisal timnya harus naik kereta udara? Mengingat mereka belum mengetahui apakah topeng yang berhasil dicuri adalah serpihan Cermin Waktu atau bukan.
Roti dan minuman yang Lyria beli untuk dirinya, Mikalea, Alanon, dan Zanesha sebelum naik ke kapal di Blue Harbor menghabiskan 14 wizer, harga mahal untuk satu potong roti besar dan empat gelas jus apel. Belum lagi 80 wizer untuk biaya naik kapal, dua kali lipat dari harga yang Lyria tahu di masa depan.
Gadis itu sekarang paham, kenapa kedua orangtuanya tidak pernah mengajak Lyria menikmati Humanday di luar wilayah Windville.
“Hei, Bocah Ajaib. Kau sedang memikirkan apa?” tanya Alanon memecah lamunan Lyria. “Suasana matahari terbenam sangat indah di sana, tapi kenapa kau hanya melamun sendirian? Si Kucing saja bersemangat memandangi matahari, kalau Kale aku tidak tahu di mana, tapi bukankah sekarang kau harus menikmatinya juga?”
Lyria menengok, menyaksikan semburat jingga di langit barat. Alanon duduk di samping gadis bertubuh mungil itu.
“Tidak apa. Aku hanya sedang melamun saja, Al.”
“Apakah kau memikirkan tentang nasib tim ini?” tanya Alanon, tersenyum. “Kita adalah tim, Lyria. Jika ada sesuatu yang mungkin akan menjadi masalah, katakan saja. Aku tidak akan marah kepadamu. Memang, caramu berbicara selalu menyebalkan, tapi dibalik itu semua, aku tahu kalau kau adalah orang yang sangat peduli terhadap orang lain.”
Lyria tersenyum simpul.
“Lagipula, jika kau tidak peduli kepada kami, sejak awal kau tidak akan menjual Evolcore-mu dan menggunakan uangnya demi kami.” Alanon bangkit, meregangkan tubuhnya. “Masalah nanti, biar saja kita pikirkan nanti. Untuk sekarang, ayo kita nikmati dulu perjalanan ini, Bocah Ajaib.”
Lyria menghela napas, lantas menepuk kedua pipinya. “Kau benar, Tuan Rumput. Tapi, bisakah kau tidak menyebutku dengan sebutan ‘Bocah Ajaib’?”
“Aku juga bukan ‘Tuan Rumput’, tahu.” Alanon tertawa.
***
M
atahari telah terbenam seutuhnya. Kapal yang ditumpangi Lyria dan rekannya tiba di pelabuhan Markmind, pusat perdagangan Windville dengan ciri khas bangunan bertembok batu bulat dan atap oak hitam. Mereka turun dari dek kapal, mengamati lampu-lampu jalan berpendar kuning dengan kristal warna-warni di bawahnya.
Gerobak kuda berdatangan, pekerja kapal membongkar muatan, dan penyihir-penyihir yang membawa lentera api biru mulai menawarkan jasanya kepada penumpang kapal.
“Siapa mereka, Lyria?” tanya Zanesha.
“Mereka adalah Enchantro, penyihir yang menawarkan jasa kepada pelancong sebagai petunjuk arah. Jalanan di sini sangatlah rumit dan berbahaya. Jika pendatang baru seperti kalian tidak ditemani oleh mereka atau minimal orang yang tahu seluk-beluk pasar pikiran ini, bisa-bisa kalian tanpa sadar membeli barang tidak berguna dan uang kalian habis begitu saja.”
Lyria melangkah ke pintu masuk bangunan pasar pikiran, diikuti ketiga rekannya. Seorang Enchantro sempat menawari jasanya, tetapi Lyria menolak.
“Cebol, sebaiknya kita menyewa Enchantro itu.”
Lyria membalikkan badan dan memelototi Alanon. “Hei, kau meremehkanku? Aku, kan, sudah bilang kalau kalian tinggal mengikutiku saja. Aku adalah orang sini, orang dari dataran ini, dan aku juga sering ke sini bersama ibuku sebelum masuk ke akademi. Maka dari itu, cukup ikuti aku saja!”
![](https://img.wattpad.com/cover/292974142-288-k892409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unexpected Adventure in Windville (MAPLE ACADEMY YEAR 3)
Fantasy[UPDATE SETIAP SENIN & JUM'AT] Lyria Groundrose adalah seorang gadis yang mencintai petualangan. Keinginannya yang kuat membuatnya terus berusaha untuk melengkapi kekurangan dirinya, seperti membuat sebuah senjata bernama Evolblaster sehingga ia dap...