Matahari tengah berada di puncaknya, menghantarkan aura panas yang membuat siapa pun mengurungkan niat untuk berpergian. Tangga hitam menuju tanjung menjadi rintangan terakhir bagi Lyria, Mikalea, Alanon, dan Zanesha untuk meninggalkan Wisteria Academy. Beberapa perahu nelayan terlihat terombang-ambing dari ketinggian tempat mereka melangkah sekarang.
Alanon masih setia dengan brosur-yang dijadikan kipasnya- membiarkan Sol masuk ke dalam kantong kemeja. Mikalea fokus mengamati topeng Hilarion yang terbungkus kain penghilang, sementara Zanesha melantur tentang dana kelompok siswa dari Maple Academy tersebut.
"Uang awal kita setelah Lyria menjual Evolcore adalah 3 vine 50 wizer. Barang yang sudah kita beli dengan uang tersebut adalah dua ramuan pereda alergi untukku yang totalnya 10 wizer, dua topeng kucing 8 wizer, satu kain penghilang seharga 30 wizer, dan tiga ramuan penghilang dengan total 45 wizer. Jadi, uang kita tinggal berapa, Lyria?"
Lyria mengembuskan napas sembari menyapu peluh dengan lengan kemeja. "Kau sungguh bodoh, Zane. Perhitungan seperti itu saja tidak bisa. Kita, kan, membeli barang-barang itu bersama. Masa kau tidak ingat dengan total uang yang kita miliki? Lalu, biar aku tegaskan satu hal, uang itu adalah uangku, bukan uang kita."
"Kau memang orang yang kikir, Bocah Ajaib."
"Aku memang bodoh soal perhitungan. Maafkan aku."
Alanon dan Zanesha membalas ucapan Lyria berbarengan. Mereka berdua saling tatap. Di sisi lain, Lyria memutuskan untuk tidak peduli. Ia bertanya-tanya, apakah mungkin alasan Mikalea lebih banyak diam karena pusing mendengarkan celotehan mereka?
"Hei, apakah kau tidak kesal dengan ucapannya, Kucing?"
"Hah? Lagipula itu memang benar uangnya. Kenapa kau sewot sekali, Rumput?"
"Kau membela bocah itu? Padahal sejak awal kita sampai ke sini, kau juga kesal dengan omongannya."
Dua orang kesatria sihir yang mengeluhkan bagian kerja menjaga tempat tersebut, sejenak memperhatikan mereka. Mikaea menatap tajam Alanon dan Zaneha, membuat pertengkaran keduanya terhenti.
"Siap, Kapten," jawab Alanon, mengerti maksud dari tatapan laki-laki bertubuh tinggi dan berotot itu.
***
Setelah menyaksikan biru laut dan kumpulan Birdfish yang terbang memakan capung, Lyria dan anggota timnya sampai di sebuah desa nelayan paling utara di wilayah City of Light. Selama perjalanan di perahu, Alanon melindungi saku kemejanya, takut jika para Birdfish tersebut akan memangsa Soul Dragonfly miliknya.
Seorang gadis bertudung biru lusuh menghampiri tim Lyria begitu mereka mendaratkan kaki di galangan kayu. "Selamat siang, kakak-kakak dari Wisteria Academy! Aku menjual bunga, apakah Kakak-kakak mau membelinya untuk oleh-oleh? Atau mungkin Kakak mau membeli roti untuk perjalanan?"
Alanon tertawa. "Lihatlah, Bocah Ajaib. Bahkan bocah itu lebih tinggi darimu."
Gadis dengan keranjang anyaman itu tampak salah tingkah.
"Tuan Rumput, bisakah kau tidak mengejek orang sehari saja?" Lyria menoleh ke anak tersebut. "Abaikan saja orang itu, gadis kecil. Oh, iya, bisakah kamu mengantarkan kami ke stasiun? Aku akan memberimu 5 wizer."
"Tentu saja, Kak!"
"Gadis kecil memanggil gadis kecil lainnya dengan sebutan gadis kecil." Alanon menyeringai, mengejek Lyria. "Kamu sugguh luar biasa, Gadis kecil."
Lyria menendang tulang kering Alanon dan pergi. Gadis bertudung biru itu membawa Lyria, Mikalea, dan Zanesha menerobos hiruk-pikuk pasar ikan. Alanon meminta mereka untuk menunggunya. Saat Gadis bertudung biru itu berniat untuk membantu Alanon, Lyria menyuruhnya untuk mengabaikan Zaadia tersebut.
Bau amis meyeruak sepanjang perjalanan. Beberapa orang menjual dagangannya di kios, tetapi tak sedikit juga yang langsung menawari ikannya kepada pejalan kaki. Langkah Lyria dan rekannya sempat terhenti karena beberapa orang mengadang mereka untuk membeli ikan, tetapi mereka tolak.
Jam raksasa di atas stasiun menunjukkan pukul 01.22. Lyria memberikan 10 wizer kepada gadis itu setelah mereka sampai di depan stasiun. Gadis tersebut melambaikan tangan kemudian pergi.
"Omong-omong, kenapa kau meminta gadis itu untuk mengantarkan kita ke stasiun ini? Padahal dari galangan kapal, kita sudah bisa melihat stasiun itu," tanya Zanesha setelah mereka bergabung ke antrean.
"Aku hanya membantunya saja."
"Tapi, bukankah kita harus menghemat uang? Sekarang, berapa, sih, sisa uang kita?"
"2 vine 47 wizer." Lyria menyibak kepang rambut kirinya. "Dan tolong, Zane, kan, sudah kubilang dari awal kalau ini adalah uangku, bukan uang kita. Jadi aku berhak memutuskan seperti apa uang ini akan dipakai."
Lyria, Mikalea, Alanon, dan Zanesha kembali menunggu antrian sampai giliran mereka pun tiba. Lyria membayar 48 wizer untuk 4 tiket kereta. Mereka masuk dan berdiri menunggu karena bangku yang ada di peron stasiun itu sudah penuh.
Alanon menyandarkan punggung ke tiang. "Omong-omong, jika dibandingkan dengan barang-barang sekali pakai yang kita gunakan untuk mencuri dan mengelabui Hilarion di Wisteria Academy, bukannya tiket kereta ini terlalu murah? Ramuan penghilang harga satuannya 15 wizer, sedangkan tiket kereta 12 wizer ...."
"Namanya juga festival. Terlebih teknologi di zaman ini tidak secanggih di zaman kita," jawab Lyria. "Ah, Kale, aku sejak awal penasaran, bagaimana caranya kita akan menghancurkan serpihan cermin itu?"
Mikalea yang tengah fokus memperhatikan topeng Hilarion mengalihkan perhatiannya. "Serpihan cermin waktu hanya bereaksi dan bisa dihancurkan dengan elemen yang sama. Sampai saat ini, kita tidak tahu apakah topeng ini merupakan cermin yang kita cari atau bukan. Hal terburuk, jika topeng ini bukan serpihan cermin, kita harus menghadapi Hilarion kembali."
"Tapi, aku yakin bahwa topeng itu adalah satu-satunya barang yang memiliki energi sihir selain tongkatnya. Tidak mungkin aku salah," ungkap Zanesha.
Alanon berceletuk, "Bagaimana kalau sebenarnya serpihan cermin waktu itu adalah tongkatnya, bukan topengnya?"
Pijakan peron terasa bergetar diiringi suara klakson khas yang menggema menusuk telinga. Semua orang berdiri, menyaksikan kereta api menghentikan lajunya. Petugas kereta membuka pintu, lalu orang-orang dengan mode pakaian berbeda berhamburan keluar dari dalam.
Lyria menepuk tangannya. "Mari kita pikirkan hal itu nanti. Pertama-tama, kita akan pergi ke Blue Harbor dan mencari kapal ke Markmind, pelabuhan sekaligus pasar di wilayah Windville. Jika semisal cermin kita ada di wilayah lain, kita bisa menaiki kereta terbang dari Windustry ke wilayah tersebut. Sebisa mungkin kita menjauh dulu dari Hilarion. Gelar 'Prince of Halfblood' miliknya pasti bukan pajangan semata."
Lyria, Mikalea, Alanon, dan Zanesha naik ke gerbong kereta. Mereka mencari bangku kosong dan duduk saling berhadapan.
"Oh, iya, selama di Markmind nanti, tolong ikuti saja apa yang kukatakan tanpa protes, terutama kau Alanon. Pasar itu berbahaya bagi pendatang baru seperti kalian. Sebagai orang yang berasal dari sana, itu adalah peringatan dariku," pesan gadis berambut kepang itu sunguh-sungguh.
Alanon menyilangkan tangannya di belakang kepada lalu bersandar. "Apakah memang seberbahaya itu?"
***
![](https://img.wattpad.com/cover/292974142-288-k892409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
An Unexpected Adventure in Windville (MAPLE ACADEMY YEAR 3)
Viễn tưởng[UPDATE SETIAP SENIN & JUM'AT] Lyria Groundrose adalah seorang gadis yang mencintai petualangan. Keinginannya yang kuat membuatnya terus berusaha untuk melengkapi kekurangan dirinya, seperti membuat sebuah senjata bernama Evolblaster sehingga ia dap...