#3 × Sapu

91 21 10
                                    

Warn: bumbu kegajean dan ooc
//jangan tanya kenapa judulnya gitu

"HUWAAA HARUSNYA YANG DIHUKUM KAN CHUUYA SENDIRI TAPI KENAPA KITA KENA JUGA!?" Dazai merengek.

"HEH KAN SITU YANG BILANG MAU LIAT GUA MUKUL TUH POHON" sahut Chuuya ke Dazai.

"Bukan dipukul itu woi, tapi ditendang:(" ujar Nikolai.

"Sama aja!" balas Chuuya.

"Beda heh. Mukul tuh pake tangan, kalo pake kaki namanya baru ditendang." koreksi Fyodor.

"Bomat, udah buruan selesain nih hukuman." Chuuya lanjut menyapu dedaunan.

Yap, saat ini, mereka dihukum. Sigma juga kena, entah kenawhy, dia bahkan ga paham, padahal dia lah yang udah menceritakan kronologi saat-saat sebelum Chuuya membuat tumbang pohon di dekat lapangan. Tapi tetap saja ending nya dia ikutan dihukum. Kasian, ga salah apa-apa tapi ikut dihukum, F for Sigma.

Hukuman mereka adalah membersihkan halaman belakang sekolah. Tentunya mereka semua berbagi tugas. Dazai, Chuuya, dan Nikolai menyapu dedaunan, sedangkan Fyodor dan Sigma memunguti sampah sekaligus mencabuti rumput liar.

"Huhu... Padahal sekarang kan jam pelajarannya Pak Oda... Andai gue bisa cabut dari nih hukuman, tapi yang ada ntar gue gak dibolehin masuk kelas..." Dazai mengeluh, lagi.

"Daz, stop." ujar Chuuya, Fyodor, dan Sigma serempak, mereka lelah dengan Dazai. Kalo Nikolai sih nggak, habisnya dia hampir satu frekuensi sama Dazai.

TING

Sebuah ide muncul di benak Dazai, dia pun mulai nyengir-nyengir gaje. Dia mau ngapain emang? Oh. Membuat keributan. Dazai pun berjongkok dan mencari sesuatu di rerumputan. Tak lama kemudian, Dazai menemukan seekor belalang lalu menangkapnya.

"Sip, ketemu. Mwuehehehehe..." batin Dazai.

Dazai pun diam-diam mendekati Chuuya dari belakang. Tahu-tahu dia menyadari Nikolai sedang memperhatikan gerak-geriknya.

"Mau jahilin Chuuya?" Nikolai memberi isyarat dengan mengedipkan matanya dua kali lalu melihat kearah Chuuya sebentar lalu kembali melihat kearah Dazai. Dazai yang mengerti itu pun membalasnya dengan anggukan kecil.

"Wah, kek nya bakal seru." Senyum jahil terkembang di wajah Nikolai, tentu saja Dazai juga.

Oke, mari kita berharap Chuuya yang sedang menyapu dengan tenang itu tidak akan mengamuk. Tunggu- kalau dia mengamuk sih sudah mungkin, namun jangan sampai amukannya sudah seperti Arahabaki.

Dazai dan Nikolai sekarang berada tepat di belakang Chuuya, tentu saja calon korban kejahilan mereka itu tidak menyadari keberadaan mereka. Pelan-pelan Dazai memasukkan belalang yang ditangkapnya tadi kedalam baju Chuuya.

Dan keributan pun dimulai.

"AAAAAA APAAN INI WOI!? AAA GELI WOI GELI!! HEH BERHENTI GAK!? BERHENTI GAK!? AAAA"

Sementara Chuuya sedang berusaha menghentikan penyusup kecil yang telah menggelitiknya, Dazai dan Nikolai hanya cekikikan melihatnya.

"Astaga dugong- Chuuya kerasukan arwah harimau putih yang waktu itu ngerasukin Astuti kah?" Fyodor memasang tampang sok kaget. Sigma yang ada disebelahnya hanya bisa menghela napas.

Beberapa saat kemudian, Chuuya berhasil menyingkirkan belalang tersebut. Lalu dia menatap tajam Dazai dan Nikolai di belakangnya yang udah berkeringat. Chuuya pun mengambil sapu nya tadi, menatapnya untuk beberapa detik, lalu memberikannya ke Fyodor, setelah itu dia menyingsingkan lengan bajunya, dan...

Keributan yang sebenarnya pun terjadi.

"Eh, Sig." panggil Fyodor sambil menoleh ke Sigma.

"Iya, kenapa?" balas Sigma.

"Jadi semalem aku habis re-watch movie Harry Potter yang pertama."

"Terus?"

"Sekarang aku penasaran, kira-kira behind the scene nya scene yang pake sapu terbang kira-kira gimana, ya?" tanya Fyodor sambil menunjuk sapu yang dipegangnya.

"Tinggal cari aja video behind the scene di YouTube. Gitu aja." balas Sigma malas.

"Iya, kamu pernah liat gak? Jelasin dong. Gue agak mager searching sendiri." ujar Fyodor.

"Fyodor Mikhailovich Dostoevsky, anda beruntung karena saya orangnya sabar. Kalo nggak, anda udah saya tabok pake tuh sapu yang anda pegang." Wiew, Sigma udah mulai kesal.

//meng-skip

"HAI HAI MINNA-SAN!! KAMI KEMBALI!!" Hadeuh, masuk kelas langsung ngajak ribut, dasar Dazai.

"Iya, emangnya kita peduli?" Kyouka merespon.

"Hidoi yo Kyouka-chan:(" Dazai memasang muka sok sedih.

"Hai." Fyodor menyapa Agatha yang sedang membaca buku, sedangkan yang disapa hanya membalas dengan "Hm". Entah kenapa langsung terdengar suara retak, gatau apaan yang retak.

"Mas Chuuya." panggil Akutagawa saat Chuuya duduk di bangkunya.

"Kenapa, Kut?" tanya Chuuya.

"Nih, catatan dari papan tulis pas jam nya Pak Oda tadi. Silahkan kalo mau pinjem." ujar Akutagawa sambil memberikan buku catatan bahasanya ke Chuuya.

"Wih, makasih banyak." balas Chuuya sambil melempar senyum ke Akutagawa.

Dazai yang melihat itu langsung melihat ke bangku disebelah milik Kyouka yang ternyata sedang ditinggalkan oleh pemiliknya yaitu Atsushi.

"Eh, Atsushi mana?" tanya Dazai.

"Oh, tadi lagi ke WC, mas." balas Kenji.

"Oalah..." Dazai pun menghampiri Kunikida yang sedang merapikan lemari kelas.

"Kunikidaaaa..."

"Gak."

"Tolonglah:("

"Gak."

"Yah... Etto, siapa lagi, ya— Aha!"

Dazai pun menghampiri bangku milik kembarannya, yaitu rival sekaligus bestie nya Ranpo, majikannya Karl, dan tentu saja kalian pasti tahu siapa.

"Bro."

"Gak."

"Plis lah:("

"Pokoknya nggak."

"Ish kok kamu gitu sama saudara sendiri:("

"Koreksi: saudara tiri."

"Nah iya itu. Sekarang—"

"Nggak."

"Eddie, pls."

"Harus berapa kali lagi gue bilang... nggak."

"Ed, tolonglah, Ed:("

"Pc Pak Oda sana. Situ dekat sama Pak Oda kan?"

"Tapi—"

"Gak punya kuota?"

"Iya."

"Yaudah beli."

"Hotspot dong."

"Gue juga gak punya kuota."

"Bilang aja males—"

"STOP ATAU PULANG NANTI LO LANGSUNG DITERKAM SAMA KARL"

"IYA DEH IYA ಥ‿ಥ"

Kasian, saudara tirinya sendiri juga gak mau bantu.

"Mas Dazai." panggil Akutagawa.

"Ye?"

"Mas bisa pinjem punyaku, tapi tungguin mas Chuuya dulu—"

"Gak makasih." balas Dazai malas.

Oke, F for Akutakberalis— //ditebas rashoumon

~~~

Dah lah otak aing lagi rada buntu 🗿

Ohiya besok ada PAS 🤺
Good luck untuk kita semua, mari berjuang bersama;)

Bungo Gakuen [BSD Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang