🦋 my poor brother

107 14 8
                                    

Aku selalu sendiri.

Kesunyian adalah teman akrabku di dalam gua gelap ini.

Entah sejak kapan aku mulai terbiasa dengan diriku, tapi jika bukan aku yang menerima diriku sendiri lantas siapa yang sudi?

Ku pikir akan ada satu orang yang akan langsung menerimaku tanpa syarat, tapi sebaiknya aku harus mulai membiasakan diri untuk tidak bergantung pada orang lain dan bersiap saja jika suatu saat mereka juga akan membenciku. Cepat atau lambat.

"Chen?"

Suara itu datang lagi hari ini.

"Jika kau ada di dalam, beri aku sinyal."

Cahaya kemerahan muncul dari mulut gua, sekitar 5 meter dari tempatku termangu, perlahan-lahan mulai berjalan lebih dekat.

"Chen?"

"Ya, aku ada di sini." Bukankah aku memang selalu ada di sini, kenapa masih harus memastikan? Dia pikir aku akan keluar dari tempat gelap ini dan membuat kekacauan seperti apa!

"Bagus, tetaplah di tempatmu. Aku akan ke sana."

Kakakku, dia selalu seperti itu, memperlakukanku seperti aku ini anak kecil. Padahal masa kanak-kanakku sudah berakhir sejak 10 tahun silam. Saat pertama kali aku diusir dari rumah.

Saat itu aku berusia sembilan tahun, satu tahun setelah aku demam tinggi dan hampir mati. Aku mengingat dengan jelas apa yang aku alami setelah itu; kelaparan yang sangat parah, tidak ada jenis makanan apa pun yang dapat memuaskan ku. Sampai suatu hari ketika semua orang sedang pergi, aku memotong kakiku sendiri dan memakannya.

"Chen." Suara itu semakin dekat terdengar, cahayanya pun demikian menyilaukan. "Kenapa kau membiarkan dirimu ditelan kegelapan?"

Aku tidak pernah membiarkan diriku ditelan oleh kegelapan, mereka lah yang ingin menelanku tanpa belas kasih!

"Jawab lah jika aku mengajakmu bicara."

"Aku akan mengingatnya, Kak," jawabku seadanya, cuma agar dia cepat diam.

"Kau mengatakan hal yang sama beberapa waktu yang lalu, tapi karena aku menyayangimu jadi tak apa."

"Sekali-kali kau juga harus coba membenciku."

Dia menyalakan api unggun di antara bebatuan besar di antara kami. Seketika aku dapat melihat wajah lelahnya dengan jelas, pun demikian sayap kupu-kupu merah jampu yang terlipat di belakang punggungnya.

"Bicara apa, sih? Aku tak akan membencimu."

Dia duduk di sampingku, mengeluarkan sesuatu di dalam karung besar yang dibawanya sejak tadi. Itu adalah peri, peri pria dewasa yang sudah mati.

"Chen, aku sudah berjanji akan melindungi mu sampai akhir kan dan bahkan jika aku tak berjanji sekali pun, aku akan tetap melindungi mu."

Xiumin, kakakku, keluargaku, sekaligus satu-satunya peri yang tak memusuhiku. Dia mengeluarkan tangan peri itu dan memotongnya jadi kecil-kecil dan menyusunnya dengan tusuk sate. Membakarnya di atas api unggun yang dibuatnya.

"Aku juga membawa garam dan madu, jadi akan terasa lebih enak." Dia tahu aku sudah tidak makan satu Minggu.

Yah, memang aku bisa memakan diriku sendiri karena hanya aku satu-satunya peri yang bisa beregenerasi. Tapi itu hanya seperti memakan angin, tidak mengenyangkan sama sekali. Aku hanya bisa terpuaskan jika memakan daging peri. Daging sesamaku sendiri.

"Aku ini kanibal." Xiumin harus sadar bahwa dia tak bisa melindungiku selamanya. "Aku bisa memakan mu sewaktu-waktu."

Tapi dia malah tertawa mendengarnya. "Jika kau berniat demikian dan benar-benar tidak bisa menahan nafsumu, kau pasti sudah memakan ku sejak dulu."

Dancing With The Devil [XIUMIN × CHEN] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang