🦋 my darkest abyss

62 11 8
                                    

"Jika sudah dewasa nanti, aku akan menikah dengan seorang putri."

Kakakku Xiumin, selalu bercerita bahwa dia akan dijodohkan dengan seorang putri yang manis.

"Aku juga, aku juga akan menikah dengan putri." Dan aku yang tidak mau kalah. "Tapi di mana putri itu sekarang, Kak?"

"Tuan putrinya masih tidur di dalam kuncup bunga Lights." Dia bercerita seperti orang yang sedang jatuh cinta, padahal bertemu saja belum pernah.

"Kapan dia akan terbangun? Apa harus dicium pangeran dulu?" Aku yang polos dan selalu mengikuti ke mana pun Xiumin pergi baru berusia delapan tahun.

Xiumin menyentil dahiku. "Kamu tidak boleh mencium orang sembarangan hanya karena kamu menyukainya."

"Lalu bagaimana, dong?"

"Mungkin kita bisa mengajaknya berdansa?"

"Berdansa? Kenapa berdansa?"

"Karena gerakan dansa yang selaras akan membuatmu lebih mengenal pasanganmu."

Yang ada dibenakku saat itu adalah bahwa dansa adalah sesuatu yang hebat. "Kak, ayo berdansa bersamaku?"

"Ehh?"

"Ayolah!" Dan aku yang menyeretnya dengan seenaknya begitu saja untuk mencoba gerakan dansa di atas atap rumah kami sore itu.

****


"Selamat datang kembali diriku di neraka...." Apa yang jauh lebih baik daripada datang ke rumah saudara yang kau cintai? ".... di rumahmu, Chen!"

Pantulan bayanganku terlihat jelas di permukaan air, menari-nari tiap kali riak air terciprat dari langkah-langkah kakiku bersama terangnya bulan tanpa bintang malam ini.

"Bulan yang indah, sayang sekali terlalu berkabut."

Aku besar di tanah para peri ini dan aku memutuskan untuk meninggalkannya demi bisa melihat dunia, tidak ku sangka aku akan kembali secepat ini, padahal awalnya aku sudah bertekad tidak akan pernah menginjakkan kaki di tempat di mana kebencian dipupuk dalam diriku.

Meski berkabut, tapi bulan malam ini terlihat sangat cantik, bahkan mungkin paling cantik diantara malam-malam berbulan lainnya, secantik ketika wajah kakakku tersenyum.

Bulan itu... dia bersinar sangat terang, sendirian melawan kabut. Tanpa ada satu pun bintang yang mendampinginya. Keindahannya mungkin dapat membuat semua orang terlena dan hilang akal. Andai aku dapat menyentuhnya, merasakan pelukannya lagi. Semuanya ..., semua yang telah lenyap tidak akan pernah bisa kembali.

Termasuk nyawa seorang peri.

Dulu aku yang bodoh, berpikir bahwa seberapa bencinya mereka padaku, mereka tidak sepenuhnya salah juga, andai bukan aku yang dibenci melainkan orang lain yang menanggung bebanku saat ini, mungkin aku juga akan ikut membenci, atau minimal aku akan takut padanya.

Karena dia bisa memakanku sewaktu-waktu, jika ada kesempatan, dia pasti akan melakukannya.

Jangan tertipu dengan wajah polos penuh ketakutan dan kebingungannya itu.

Semua itu pasti hanya topeng semata. Dia pasti sedang tersenyum jahat melihat mangsa terperdaya dibalik topengnya itu.

Benar, 'kan?

Aku pasti benar. Mereka pasti berpikir demikian.

Itu aku dulu yang masih naif dan berpikir bahwa peri adalah makhluk suci yang kedudukannya hampir setingkat dengan para dewa.

Dancing With The Devil [XIUMIN × CHEN] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang