"Kak---ka-kakak?"
"Cepat matilah, dasar iblis menjijikan."
Suaranya masih kak Xiumin, rupanya masih kak Xiumin, auranya masih kak Xiumin. Tapi cara bagaimana dia menatapku... aku tahu dia bukan lagi kakakku. Tidak, sepertinya sejak awal dia memang bukan kak Xiumin.
Aku yang terlalu rindu pada sosok yang ditirunya, menjadi terlalu lemah dan berakhir terperdaya tipu muslihatnya.
Detik-detik pun berlalu, tubuhku perlahan mati rasa, seperti ada jutaan jarum berapi yang menghujam tubuhku dari dalam dengan membabi-buta, tapi aku tak bisa bereaksi bahkan meski hanya sekadar menggeliat kesakitan.
Sosok itu masih berdiri tegap di hadapanku dengan tangan bersedekap, menatapku tajam yang kini sedang bersimpuh di bawah kakinya. Bersamaan dengan pandangan dan pendengaranku yang semakin melemah, aura-aura kehadiran gerombolan peri semakin menguat di goa itu.
Samar-samar ku saksikan cahaya kehijauan terang yang menyinari sosok kakakku tersebut, dan perlahan sinar itu mengubahnya menjadi sesosok perempuan berambut panjang dengan sayap kehijauannya yang menawan.
“Apa iblis itu sudah mati, Putri?”
Seseorang menendang kepalaku dengan kuat, lantas darah segar menetes dari kepalaku yang bocor.
“Ku harap belum, karena aku ingin sekali melihat dia merasakan panasnya api penghakiman saat tiba menjelang ajalnya nanti.”
Buram dan semakin bertambah gelap, dengungan menyakitkan kian menguat diperdengaranku, juga indera-inderaku lainnya yang semakin melemah, meski masih samar bisa ku rasakan ada dua peri yang memegang tanganku kuat lalu melemparkan tubuhku dengan kasar ke sebuah benda berjeruji panas dan membawa tubuhku terbang cepat bersamanya.
Kesadaranku semakin menipis bersamaan dengan menipisnya oksigen yang bisa paru-paruku ambil, maka sebelum aku semakin jatuh kedalam kegelapan ketidaktahuan, dengan susah payah aku memotong telapak tanganku sendiri dan membuangnya jatuh dari atas ketinggian di mana saat ini aku dibawa terbang dengan kandang besi berapi.
Semakin menipis, menipis, hingga berhamburan menjadi debu dan tak terlihat dengan mata telanjang lagi. Hingga akhirnya tubuh utamaku sepenuhnya tak sadarkan diri dan kesadaranku pun berpindah pada tangan yang aku potong.
Hamburan cahaya kehitaman yang hanya nampak selayaknya debu itu perlahan-lahan menyatu dan mewujud makhluk serupa gagak. Tak lama setelah sempurnanya wujud gagakku, segera ku cari di mana gerombolan peri-peri itu mengangkasa dibirunya langit siang itu. Setelah yakin bahwa kilatan cahaya di langit menuju timur itu adalah mereka, maka segeralah ku kejar mereka sambil menyatu dengan angin.
Ada banyak hal yang telah ku pelajari selama berada di perantauan dari makhluk-makhluk yang ku temui, salah satunya adalah memindahkan kesadaran kita kebagian tubuh kita yang sudah dipotong dan mengubahnya menjadi makhluk lainnya tanpa siapa pun menyadari auranya, dan kini, aku adalah makhluk yang seperti itu. Jauh dari bayangan bahkan mimpi buruk siapa pun.
🦋🦋🦋
Langit perlahan menjingga, tertutup awan tipis yang bergerak tertiup angin dan membentuk bentuk-bentuk acak yang indah, kian lama embus sejuknya semakin kuat menerpa tubuh hingga menggigil.
Sehubungan dengan itu, kilatan-kilatan di langit yang sejak beberapa jam lalu aku ikuti kini berhenti di sebuah gerbang amat besar di atas langit, ketika mereka masuk, secepat kilatan cahaya aku menyelinap di belakang jubah mereka.
Lantas dari atas ketinggian itu terlihatlah dengan jelas bangunan megah istana kerajaan Fairyts yang selama ini tak bisa ku lihat dengan jelas—selalu buram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing With The Devil [XIUMIN × CHEN] ✓
Fanfiction[SELESAI - BAB LENGKAP] Chen adalah iblis yang terlahir dari rahim peri, tidak ada yang menyadarinya hingga dia berumur 10 tahun dan dia mulai memangsa para peri, sejak saat itu semua peri menjauhinya. Satu-satunya peri yang masih menyayanginya adal...