Chapter 1- Arrafisha Veel

16.5K 451 112
                                    


           Pagi ini ternyata hujan turun dengan begitu derasnya. Setelah hampir 15 menit aku menunggu di halte, bus yang sedari tadi kutunggu akhirnya datang juga.

Aku pun bergegas masuk ke dalam bus karena memang cuaca saat ini sedang tidak bersahabat, dingin sekali. Ahya ... kenalin namaku Arrafisha Veel Alfindo Fienz, aiissh panjang banget kan namaku. Tapi aku seneng, itu nama yang diberikan kedua orangtuaku padaku. Karena sebuah nama adalah do'a, so biar lebih simpel panggil saja aku, Arra. Aku sudah lama tinggal sendirian di kota ini. Kedua orang tuaku sudah meninggal sewaktu aku masih kecil.

Aku juga tidak tahu penyebab kenapa orang tuaku meninggalkanku, yang aku tahu dari orang- orang terdekat sih katanya beliau mengidap penyakit kronis. Itu saja yang aku dengar, selebihnya aku tidak tahu. Aku fikir itu memang sudah menjadi kehendakNYA, dan aku percaya sekarang orangtuaku mungkin sudah hidup bahagia di surga sana.

Setelah kejadian itu, aku pun akhirnya diasuh oleh Bunda Arin, dia adalah salah satu adik kandung dari Ibuku yang tersisa. Jujur, aku sangat menyayanginya lebih dari apapun. Aku sudah menganggapnya sebagai orangtuaku sendiri. Dia lah orang yang selama ini menyayangiku sepenuh hati.

Tapi karena tugas pekerjaanku yang semakin lama menuntutku untuk selalu tepat waktu dalam bekerja, dengan sangat terpaksa akhirnya aku pun harus meninggalkannya sendirian hidup di desa. Sebelumnya aku sudah membujuknya untuk tinggal bersamaku di sana, namun beliau dengan tegas menolak ajakanku dengan alasan dia tidak ingin menyusahkanku dan dia sangat tidak bisa bila terlalu lama meninggalkan tanah kelahirannya itu.

Aku sedih sudah pasti, ya walau bagaimanapun juga beliau adalah satu-satunya keluarga yang kupunyai saat ini.

Aku memang berasal dari keluarga tidak mampu, Yep itu memang benar dan aku mengakuinya. Makan pas-pasan setiap harinya sudah menjadi tradisiku, tapi aku tetap bersyukur mungkin belum saatnya aku bahagia. Dan aku percaya, suatu hari nanti aku bakalan hidup bahagia bersama Bunda dan lelaki yang akan menjadi suamiku kelak.

Aku sangat bersyukur,
berkat perjuangan kerasku selama ini, akhirnya aku bisa menjadi orang seperti sekarang.

***

Aku bekerja sebagai dokter spesialis anak, karena memang dari dulu aku menyukai anak kecil. Bagiku itu sangat menyenangkan, dan membuat hari-hariku lebih berwarna.

"Andai saja nanti aku mempunyai seorang anak, ah ... betapa bahagianya hidupku.'

Membayangkannya saja sudah membuatku tersenyum ceria, tapi bagaimana bisa aku mempunyai seorang anak? jika sekarang saja pacar aku tidak punya. Uh.. menyedihkan sekali sih hidupku.

Oke lupakan!

Mungkin saja sekarang jodohku sedang berkelana dengan orang lain, aku yakin seyakin-yakinnya suatu saat nanti ... dia pasti akan kembali ke pelukanku.

Haha pede sekali sih!

Sedang asik-asiknya melamun, tiba-tiba saja ponselku bergetar tanda ada sms masuk. Dengan cepat aku membuka sms...

Mr.Govin:

Dr. Arra? bisakah kau membantuku keruang operasi sekarang, karena Dokter yang bersangkutan sedang ada tugas di luar kota.

Arra:

Baiklah.. saya akan segera ke sana!

Mr.Govin:

Terima kasih :) see you

Aku tersenyum setelah membaca pesan darinya,
Govin Revandu Digjaya dia itu salah satu dokter tertampan di rumah sakit ini. Di samping sikapnya yang baik hati, dia juga perhatian sekali denganku. Itu lah yang membuatku enggan sekali berdekatan dengannya. Andai saja Mr.Govin menyukaiku? aku pun tersenyum kecut membayangkannya.

Beloved EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang