Chapter 2: Mr. Arrogant

6.9K 366 51
                                    

Arra's POV

          Aku berjalan gontai memasuki kawasan apartemen super elite di jalan senopati setelah taksi yang kutumpangi tadi berhenti tepat di alamat yang aku berikan. Tadi siang sebelum lelaki itu meninggalkanku, ia sempat menitipkan alamat tempat tinggalnya kepada petugas security untuk diberikannya kepadaku. Itulah yang kudengar dari penuturan Pak Soleh, salah satu security di rumah sakit tempatku bekerja.

Aku jadi bingung sendiri. Bukannya pria sombong itu sudah memberikan kartu namanya padaku ya? lah kenapa dia malah nitipin kartu namanya lagi sama pak satpam? memangnya rumahnya itu ada berapa sih? Oke Arra, itu bukan urusanmu. Saat ini yang harus kau pikirkan adalah apakah betul alamat yang kau berikan pada supir taksi ini? kenapa jadi supir taksi mengantarmu ke depan sebuah istana? apa akunya saja yang terlalu ndeso, astaga berapa tahun sih kamu hidup di Jakarta, Arra!

'Apa Pak sopir tidak salah menurunkanku di sini? kalau aku salah alamat bagaimana? ish ... awas saja kalo sampe salah alamat?!' Gerutuku dalam hati.

Aku memandang bangunan besar nan megah didepanku dengan takjub. Bagaimana bisa orang-orang membangun apartemen semegah itu ya? waaah aku pikir ini sih sebuah istana kerajaan di jaman peradaban Yunani kuno jaman dahulu.

Ya Tuhan! apakah aku sedang bermimpi? tapi rasa-rasanya kok ini kayak kenyataan ya? bukan lagi di dunia animasi peri yang sering kuliat di layar televisi begitu!

Baru kali ini aku melihat ada apartemen semewah ini. Oh astaga! katakanlah aku ndeso, kampungan atau apalah sebutannya yang cocok untuk diriku. Aku memang mempunyai seorang teman yang tinggalnya juga di apartemen. Tapi menurutku, apartemennya tidaklah sebesar ini.

Benar saja tuan sok kaya satu itu berlagak songong didepanku tadi siang. Mempermalukanku didepan umum seenak dengkulnya. Ternyata karena dia orang kaya toh. Tapi ya ... seharusnya dia tidak perlu bersikap seperti itu juga kepadaku, apa jangan-jangan orang tuanya dulu lupa untuk mengajarkan anaknya bersikap sopan santun dengan orang lain?

'Hush ... jangan suudzhon dulu mengenai orang tuanya, itu dosa kau tahu! lagipula, kau sendiri juga tidak mengenal mereka(Ayah dan ibunya si pria sinting) bukan? mungkin saja karena memang dasar dianya aja yang songong gak mau tau urusan orang lain. Sok kecakepan jadi orang!' Terdengar nasehat dari sudut hatiku, yang mencoba membuat pikiranku selalu positive thinking.

Lalu apa lagi yang akan pria itu lakukan, setelah menyuruhku untuk datang ke apartemennya, sendirian pula? aku kan takut. Iya takut. Secara, aku perempuan dan dia laki-laki dewasa. Apakah keputusan yang kuambil ini sudah tepat? eh kenapa hatiku jadi bimbang begini ya? masuk gak yah?

Masuk ... gak masuk, masuk ... gak masuk ... Eh! tapi kalau aku gak masuk, gimana sama ancemannya tadi siang hayoow? Ya Tuhan ... aku benar-benar dilema untuk sekarang ini. Mohon berikanlah kemudahaan untukku.

Setelah beberapa menit perang batin, akhirnya kumantapkan hatiku untuk melanjutkan langkahku menuju apartemen si cowok arrogant paling menyebalkan yang pernah aku kenal di dunia ini. Ohmy ... bahasaku, kedengarannya alay banget bener sih! ha-ha..

***

Setelah bertanya-tanya pada petugas reception dimana letak apartemen lelaki itu, disinilah aku sekarang. Bukannya langsung mengetuk pintu, aku malah dengan bodohnya berdiri canggung di depan pintunya. Sungguh, aku benar-benar takut.

"Akhirnya kau datang juga, Nona manis." Ujar suara bariton lelaki itu yang tanpa kusadari sudah menjulang tinggi berdiri didepanku. Aku perlu mendongak dulu agar bisa melihat wajah sok kalemnya.

Kapan dia membuka pintunya ya? kok aku bisa gak tahu? hais ... kenapa begoku gak ilang-ilang!

Lagi-lagi lelaki itu menyerigai menatapku, "Ayo, cepat masuk!" Perintahnya garang.

Beloved EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang