Chapter 7: Salting

3.1K 216 25
                                    


Hai aku datang lagi nih. Eh tumben agak cepet *gak ada yang nanya deng *uhukkk

Happy reading ya jangan lupa tinggalin tanda bintang dan juga coment yang membantu... love and hug

-----------------------

"APA?!" kataku setelah membuka pintu kamarku dengan sedikit malas. Pria di depanku malah menatapku dengan horor seakan aku ini adalah setan jahat yang sangat menakutkan. Demi apa aku mirip setan, eh? mirip peri cantik sih iya. Haha dalam mimpiku tapi.

"Ternyata nyalimu kecil juga ya. Baru saya gertak sedikit saya kamu sudah ketakutan seperti sapi dicucuk hidungnya."

Sialan. Dia mengataiku seperti sapi, apa wajah babyfaceku ini yang unyunya setengah mampus mirip dengan hewan berkaki empat itu? tega sekali dia menyamakanku dengan hewan peliharaan tetanggaku di kampung.

Aku hanya mendengus sebal tanpa mau menjawab kata-katanya. Heran saja, suka sekali dia itu menghinaku. Apa karena aku orang miskin, jadi seenaknya dia menginjak-injak harga diriku. Kurang ajar sekali dia.

"Kenapa?" tanyanya yang membuatku mengerutkan dahiku bingung. Dia ngomong apa sih?

"Apanya yang kenapa, Pak?" ujarku balik bertanya. Pak Rafa malah melotot dan menatapku seperti musuh yang siap bertarung. Bah! kurasa jiwa pria itu tengah dirasuki oleh roh jahat penjaga makan di desaku. Sebab dilihat dari caranya menatapku saja, aku sudah tau kalau dia tengah kesurupan.

"Kamu yang kenapa, Ar! ditanya bukannya dijawab malah balik bertanya. Tidak sopan!" gerutunya sambil berkacak pinggang di depanku. Mata tajamnya masih menyorot diriku tanpa berkedip. Astaga, apa gak pedih itu mata kalau gak dikedipin, Pak? bisikku dalam hati. Ya mana mungkin aku berani bilang begitu sama boss songongku. Bisa digantung di tiang jemuran aku kalau sampai keceplosan berbicara. Asal kalian tahu saja, aku masih belum mau mati sekarang.

"Seharusnya saya yang ngomong kaya gitu sama Bapak. Eh bukannya malah Bapak. Ada apa Bapak cari-cari saya lagi? perasaan kerjaan saya di sini sudah pada beres semua sebelum Bapak pulang. Jadi saya tau diri Pak sebelum Bapak memarahi saya." gerutuku tanpa menyadari dengan siapa aku sedang berbicara. Untungnya tadi sedang emosi pas lagi ngomong, makanya sekarang aku bisa berlagak sok polos didepannya saat selesai berbicara.

Politik ... politik!

Pak Rafa terlihat menghela napas beratnya secara dramatis, oh kalau boleh aku sarankan si bosku ini lebih cocok jadi pemeran utama drama Korea di film King Hotel yang jadi castnya Haiden. Aaaa Lee Dong Wook mah lewaaaaat, apa lagi Le Min Ho. Bhakkk!

"Kamu-" gumamnya lirih lalu tidak jadi melanjutkan ucapannya. Aku mengerutkan kening mencoba berpikir apa yang sedang dia rencanakan padaku. Dia kembali memandangku seakan sedang menilai kelayakanku. Ah dia pikir aku sedang mengikuti kontes kecantikan apa?! tanpa dinilai pun sudah pasti aku bakal berada di daftar nomer urut pertama peserta yang gagal tereleminasi karena kecantikanku yang serba pas-pasan.

Aku kembali menaikan sebelah alisku bingung saat melihat pria aneh yang ada dihadapanku itu masih menatapku dalam diam. "Apa yang Bapak pikirkan? kenapa Bapak menatap saya seperti itu?" ujarku dengan nada jengkel yang tidak bisa aku sembunyikan. Aku memang benar-benar jengkel setiap kali berbicara dengan orang satu ini. Bawaannya selalu naik darah saja.

Bukannya menjawab, Pak Rafa malah menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang gila kehabisan stok obat. Dasar sinting!

"Ada apa?" tanyaku sekali lagi.

"Tidurlah. Besok pagi saja kita bicaranya. Saya lelah." ujarnya enteng kemudian melenggang pergi meninggalkan aku yang sedikit cengo.

Eh apa-apaan dia, seenaknya saja meninggalkan aku yang setengah mati menahan rasa kepo menunggu dia mengatakan tujuannya mengganggu istirahatku. Tidak kubiarkan dia pergi sebelum menceritakan apa maksud dan tujuannya ingin menemuiku sampai berusaha mengancamku segala.

"Eh, eh! tidak bisa." kataku lalu berlari mengejar langkahnya yang semakin menjauh dari teritorial kamarku. Aku buru-buru menangkap lengannya dan kubalikkan badannya sekuat tenaga agar sejajar dengan tubuhku. Awalnya aku hanya reflek saja saat mengejarnya karena tuntutan penyakit kepo akutku yang tidak terpenuhi.

Tapi setelah sadar apa yang aku lakukan itu salah karena membuat organ dalam yang ada di dalam tubuh sana mendadak berdetak semakin menggila. Ah apa aku grogi? Perlahan-lahan pegangan tanganku yang masih mencekal lengannya terlepas dengan sendirinya. Aku sendiri juga bingung kenapa aku mendadak berubah menjadi canggung saat melihat sorot matanya yang tadinya begitu tajam berubah menjadi ... entahlah, aku tidak bisa menyebutkannya seperti apa. Kalau aku bilang itu tatapan cinta apa kalian percaya? Aih jangan percaya deh! mana mungkin pria sesempurna dia mencintai aku yang tidak sempurna ini. Juga atas dasar apa pria arogan itu mencintaiku?

Menghayal saja terus Ra, kau pikir hidupmu itu seperti novel roman picisan, huh! mengaca dulu sana sebelum jatuh lalu tertimpa tangga.

Aku berusaha menelan salivaku dengan susah payah agar rasa grogi di dalam tubuhku sana mau berhenti dan bisa diajak kerjasama. Cepat ucapkan sesuatu Arra sebelum bos sialanmu ini semakin merendahkanmu! teriak hatiku yang mencoba menyadarkan aku dari lamunan.

"Oh, eng ... ba-baiklah, Pak. Besok pagi saja kita ngomongnya. Saya juga sudah ngantuk," kataku seraya menggaruk tengkukku yang tidak gatal lalu meringis tanpa bersalah, "Permisi!" cicitku lalu segera kabur dari hadapannya.

Oh astaga! aku seperti anak SMP saja yang baru merasakan jatuh cinta. Salting. Itulah yang aku rasakan. Oh tidak mungkin kan aku tiba-tiba jatuh cinta pada musuh bebuyutanku? kalau sampai itu terjadi, lebih baik tenggelamkan saja aku di rawa-rawa!

Tbc.
------------------

Jangan lupa tinggalin vomentnya ya guys...

Beloved EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang