Chapter 5: Errrr...

4.1K 236 24
                                    

Happy reading ya? semoga sukaaa...
---------------

Author POV

"KAMU!!"

Arra langsung menarik tangannya yang memegang pisau begitu tahu siapa orang yang bertamu tengah malam di apartemen bosnya. Wajahnya langsung pias melihat Rafa tengah memandangnya dengan tatapan garang. Lelaki itu menatapnya seakan ingin menerkamnya saja.

"Apa yang kau lakukan! kau ingin membunuhku, huh?!" tanya Rafa masih dengan tatapan menusuknya. Matanya menyipit memperhatikan Arra yang gelagapan karena percampuran antara bingung dan salah tingkah karena malu.

Gadis itu terlihat salah tingkah dipandang sebegitu intens oleh bosnya yang baru datang setelah beberapa hari menghilang dari peredaran di apartemennya. Dadanya mendadak berdegub kencang ketika tatapan matanya bertemu langsung dengan mata hitam elang milik sang casanova tampan itu. Entah perasaan apa ini yang mendadak muncul di hatinya, jangan sampai dia terperangkap jatuh cinta pada bos playernya ini! tekannya berusaha membentengi hatinya untuk tidak jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya.

"Aku..." tiba-tiba suaranya mendadak hilang saat ingin menjelaskan. Arra meringis gugup saat lagi-lagi kata-katanya tertahan di tenggorokannya. Dia berdehem sebentar untuk menghilangkan rasa grogi di dadanya.

"Aku apa?"

"Sa-saya kira tadi itu bukan Pak Rafa. Makanya saya bawain pisau untuk berjaga-jaga. Siapa tau diluar tadi itu penjahat mengingat ini sudah larut sekali." akhirnya kalimat panjang yang sedari tadi ingin Arra katakan keluar juga dari bibirnya.

"Seorang penjahat katamu?" ujar lelaki itu setengah tidak percaya. Rafa berdecak geram mendengar ucapan gadis manis dihadapannya. Bagaimana bisa seorang penjahat bisa masuk ke area apartemen yang tingkat keamanannya saja bisa dipastikan nonstop 24 jam penuh. Penjahat mana yang masih berani menjejakkan kakinya di apartemen super elit ini?

"Iya. Salah Pak Rafa sendiri mau masuk ke apartemen sendiri aja pake acara mengetuk pintu segala..." kilah gadis itu berusaha membela diri, tangannya ia lipat di depan dadanya seolah tengah merajuk dengan orang yang ada di depannya.

"...jadi jangan salahin saya dong Pak kalo saya bertindak seperti tadi. Saya kan hanya ingin melindungi diri saya sendiri, Bapak kan tau saya masih baru tinggal di sini," sambungnya sambil mengerucutkan bibirnya sebal seolah lupa dengan siapa dia bicara.

Rafa hanya mengendikkan bahunya tak acuh lalu melangkah masuk ke dalam apartemennya, "Terserah saya. Untuk apa saya punya pembantu kalau tidak digunakan layaknya pembantu!" ujarnya datar lalu merebahkan tubuhnya di sofanya yang terasa empuk. Pria itu memejamkan matanya tampak seperti lelah dengan apa yang baru saja dia kerjakan. Ya, dia baru saja menyelesaikan urusannya di luar kota beberapa hari ini bersama beberapa petinggi di perusahaannya. Dan baru tengah malam ini dia sampai di apartemennya setelah urusannya selesai tadi sore sekitar jam 8 malam.

Nah kan. Baru tadi sore gadis mungil itu mengatakan kalau dirinya tidak diperlakukan layaknya seperti pembantu kebanyakan oleh majikannya. Dan sekarang dia sendiri akan meralat ucapannya mengenai majikan diktatornya itu.

"Siapkan makanan! 5 menit harus sudah ada dihadapanku." perintahnya ketika membuka mata dan mendapati gadis berparas ayu itu masih berdiri dengan canggung dihadapannya.

Saat itu juga Arra langsung panik berlari kearah dapur mencari bahan makanan di dalam tempat pendinginan yang bisa dia masak dalam waktu kurang lebih 5 menit. Sialan Rafa, dia pikir dirinya mempunyai ilmu sulap yang sekali kedip mata saja makanan enak sudah langsung tersedia di hadapannya.

Mau masak juga butuh proses kali, mau dikasih mie instan Arra yakin lelaki itu bakalan menceramahinya habis-habisan karena dia memberikan makanan yang tidak bergizi pada bosnya. Lalu makanan apa yang bisa dia masak dalam waktu 5 menit? bosnya ini benar-benar keterlaluan padanya.

Kalau bukan karena kesalahan yang dia buat waktu itu, sudah pasti Arra akan menerjang pria itu dan mencekiknya sampai kehabisan napas bila perlu. Arra geram bukan main pada sikap diktaktor bosnya yang terlalu menyebalkan, salahkan dirinya saja kenapa dia terlalu bodoh dan mau-maunya diperintah oleh pria bermata elang milik pria berketurunan campuran luar itu.

"Sudah selesai?" tanya Rafa yang baru saja masuk ke pantry. Pria itu terlihat sibuk membuka satu persatu kancing kemejanya dengan santai di depan Arra. Seolah menganggap objek yang sedang diajak bicaranya itu berjenis kelamin sama dengan dirinya. Arra berjengit kaget saat matanya tak sengaja melihat pemandangan shirtless di depannya. Seumur hidup dia belum pernah melihat seorang lelaki bertelanjang dada dengan santai di depannya. Dasar Rafa sinting! makinya dalam hati.

Merasa pertanyaannya terabaikan, Rafa menghentikan kegiatannya yang sedang melepas kancing kemeja terakhirnya dan menatap gadis berparas ayu itu dengan geram. "Kau tidak mendengar ucapanku?" katanya kemudian melangkah pelan mendekati sang gadis yang pura-pura sibuk dengan masakannya. Padahal aslinya pikiran Arra tengah melayang jauh merutuki dirinya sendiri yang harus seruangan dengan bosnya yang tidak tau malu itu sama sekali.

"Yakin kau tidak mendengarku, hm?" tanya Rafa sekali lagi sambil meniup pelan leher jenjang Arra yang setengah terbuka karena model kerah kaosnya yang memang longgar di bagian belakang tengkuknya.

"Eh?"

Seketika bulu kuduk Arra merinding total karena kelakuan bosnya yang sialnya membuatnya semakin salah tingkah dihadapannya. Tidak tahan berlama-lama seruangan dengan bos playernya, Arra buru-buru menyelesaikan masakannya dan segera memberikannya pada Rafa.

Rafa terlihat mengerutkan dahinya melihat makanan hangat yang tidak diketahui namanya terhidang di depannya, "Apa ini?" tanyanya masih bertahan dengan raut bingungnya.

"Makan saja. Jangan cerewet," Eh?

"Kau sedang berniat ingin meracuniku dengan makanan aneh ini?!" tuduhnya sambil memicingkan matanya menyelidik.

Arra menghembuskan napasnya pelan lalu ganti menatap bos playernya itu dengan tatapan super geram, "Ya tuhan Pak Rafa! tidak bisakah Bapak tidak menuduhku seperti itu. Walaupun dalam hati sesungguhnya saya berniat ingin sekali membunuh Bapak dengan memberikan racun tikus di makanan. Tapi setidaknya tidak untuk saat ini! saya masih mempunyai hati kalau Bapak ingin tahu!"

"Tidak untuk saat ini? ya Tuhan... jadi kau berencana ingin membunuhku dilain waktu, begitu?"

"Hmmm-"

"Dasar gadis kecil! rupanya kau sudah berani melawanku ya?!"

"Pak Rafa pikir, Bapak siapa yang tidak berani saya lawan. Bapak kan man-" belum selesai Arra menyelesaikan kalimatnya Rafa sudah lebih dulu mengejarnya.

"KAMUUU-" teriakan Rafa menggelegar memenuhi seisi ruangan pantry dan membuat Arra berlari tergopoh-gopoh menjauhi pria itu.

"Awas kamu ya!" teriaknya yang masih bisa didengar oleh Arra dari balik pintu kamarnya yang sudah tertutup rapat.

"Bapak pikir saya takut!" balas teriaknya dari dalam kamar lalu setelahnya gadis itu tertawa lucu memegangi perutnya menertawakan tingkah absurdnya bersama sang bos di tengah malam.

Dasar pria sinting! gumamnya lalu kemudian Arra melemparkan tubuh mungilnya ke tengah ranjangnya dan mulai berselancar ke dunia mimpi. Goodnight boss crazy!

Tbc.
----------------

Beloved EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang