Senin, kenapa selalu membosankan?

92 0 0
                                    

"Kring..... Kriiing"

Alarmku berbunyi.

Aku Iren, seorang karyawan swasta yang umurnya hampir seperempat abad. Setiap hari aku dibangunkan oleh alarm kamar tidurku, ya maklum, alarm hidupnya masih belum punya. Hehe..

Hari ini Hari Senin, entah kenapa Senin selalu jadi hari berat untuk bekerja. Mungkin karena setelah weekend santuy kali ya..

Aku beranjak dari tempat tidurku. Merapikan bantal, guling, dan selimutku. Lalu membuka gorden jendela.
Ternyata sudah silau, cahaya matahari sudah lebih dulu bangun daripada aku.

Aku lihat jam di meja belajarku,

"Wah.. Sudah jam 6 pagi. Aku mbangkong ini"

Dengan gerabakan, aku sedikit keras membuka pintu kamarku. Mengambil handuk, lalu lekas ke kamar mandi untuk mandi.

06.30 pagi, Aku sudah siap untuk berangkat dengan motor matic perjuanganku.

...

Tumpukkan berkas telah menunggu di meja kerjaku.

Aku adalah satu-satunya perempuan di kantor ini. Bagian administrasi, aku semua yang handle.

"Pagi Iren.. Rajin nih", sapa Pak Dul.

Nama lengkapnya Abdullah, beliau dipanggil Pak Dul. Beliau adalah manajerku. Baik hati sekali ke semua karyawannya.

"Selamat pagi, Bapak.. Hehe.. Baru datang juga kok Pak Dul..", sahutku

Kucrit, Andi, dan Adi berjalan membuntuti Pak Dul. Baru datang juga. Sambil cengar-cengir melirikku.

Mereka teman sekantorku, tapi jarang stay kantor karena handle pekerjaan lapangan.

"Bdhsjanei", sambil komat-kamit bibir Andi seolah berbicara sesuatu kepadaku. Entah apa yang dia maksud.

...

Aku melirik jam dinding ruanganku, sudah jam 16.00.

"Aaaahh.. Alhamdulillah, waktunya pulang", sedikit mulet karena seharian duduk nginput data.

Boyok rasanya aduhai.

Aku bergegas mematikan komputer dan membersihkan meja kerjaku. Pingin cepat pulang, lelah. Pingin cepet-cepet mandi biar seger lagi.

...

Senin harusnya semangat.
Tapi nyatanya pekerjaan monoton selalu menungguku.

Apalagi, ternyata tadi si Andi yang komat-kamit ingin memberi tahuku tentang Royhan.

"Grrgrrrgrr.."
Hapeku bergetar, chat dari Andi, ngobrol-lah kita di WA:

"Heh, tak kandani, aku wingi ketemu Royhan, calonmu"

"Mosok? Iyo ta? Ning ndi?"

"Tenan e, nang ngarepe Hotel Indah Permata, Malang"

"Lha samean kok tekan kono?"

"Iyo, enek tugas teko Pak Dul.. Kok ya ketepakan. Tapi anu, Ren.."

"Anu opo?"

"Piye yo aku ngomonge?"

"Nyapo seh? Marai wong penasaran ae"

...

Ngalor-ngidul, hingga akhirnya Andi menceritakan semuanya.

Dia bertemu Royhan dengan Vika di depan Hotel Indah Permata dan sempat ingin menyapa. Tetapi tidak jadi karena tidak enak.

Andi tahu kalau Royhan adalah calonku. Tapi dia merasa agak aneh melihat Royhan berdua dengan perempuan lain, di depan hotel pula. Sehingga Andi berinisiatif untuk mencari informasi tentang Royhan dan cewek tadi ke teman-teman Royhan.

Mak deg, katanya Andi setelah tahu kabar dari teman-temannya.

Apalagi aku?

Wajan Rumah MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang