Malamku sesunyi itu

54 0 0
                                    

Beberapa bulan yang lalu, hubunganku kandas dengan mantanku. Padahal kami telah membahas rencana masa depan dengan serius.

Ya memang rencana manusia terbatas, jangkauan manusia terbatas.

Allah-lah sangat penentu.

Royhan, calon suami yang tidak jadi. Rencana kita gagal. Angan-anganku bersamanya tidak semulus kenyataan.

Royhan laki-laki tampan, kulitnya kuning langsat. Alis dan bulu matanya tebal. Siapa yang tidak berkata kalau dia tampan jika telah bertemu?

Sayangnya, waktu itu, Allah masih sayang aku..

Royhan yang bekerja menjadi marketer (sales) dia harus mengikuti beberapa pelatihan di luar kota, bersama timnya. Tiga laki-laki, satu perempuan.

Aku percaya bahwa insting perempuan itu sangat sensitif. Tanpa diberitahu, aku sempat cemburu dengan perempuan yang setimnya.

Vika, gadis cantik, lincah, mungil. Perangainya kalem.

Kesalahanku memang, terlalu berharap ke manusia. Hingga saatnya, Allah mematahkan hatiku.

Royhan kepergok sekamar hotel dengan si Vika.

"Kenapa harus dengan Vika? Teman-teman setim yang lain kan juga ada? Kenapa Vika tidak dengan teman yang lain? Kenapa Royhan begitu?"

Aku mencoba tenang, berpikir jernih. Royhan adalah ketua tim, dia harus melindungi anak buahnya. Apalagi Vika perempuan sendiri. Mungkin, sebagai ketua tim, dia punya tanggung jawab. Tapi kenapa harus sekamar? Setidak ada apa-apa diantara mereka, apakah harus sekamar?

Mana ada kucing dikasih ikan segar menolak?

Aku harus apa?

Apakah aku harus menormalkan hal itu?

Tidak. Itu bukan hal yang normal. Tidak etis laki-laki sekamar dengan perempuan, dengan alasan apapun.

Aku kembali nge-chat Andi,

"Maturnuwun yaa wes ngandani aku. Ternyata Royhan ngunu. Aku terlalu percaya nang de'e"

Biasanya Andi langsung membalas, tapi tidak malam itu. Mungkin sudah tidur.

Rasa kantukku tidak kunjung datang. Seolah tahu, malam ini aku dibiarkan larut dalam kesedihan.

Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus minta maaf ke Royhan? Apakah aku harusnya mengerti tentang hal kemarin? Tidak mempermasalahkan itu dan percaya sepenuhnya ke Royhan?

Pecah tangisku.. Aku masih sayang Royhan, tapi.. Hatiku begitu sakit untuk memaafkan dia dan menerima pernyataannya kalau tidak ada hubungan apapun dengan Vika. Tapi...

Penolakan terus menerus dari batinku ketika aku ingin membuka kembali pintu untuk Royhan.

Lalu aku terlelap dengan mata yang masih basah...

Wajan Rumah MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang