Cr @mochi_oo2/twitter
Jangan lupa berikan vote dan pendapat kalian!
________________
• Infinity •
Part 1. Tanaman Plastik
_________Osamu POV
Atsumu kembali menjengukku hari ini. Entah apa yang ada dipikirannya, tetapi akhir akhir ini dia sangat sering berkunjung kemari. Padahal saat ini adalah masa masa sibuk kami di kelas tiga pendidikan menengah akhir. Kami harus mempersiapkan ujian akhir sekolah, ujian menuju Perguruan Tinggi, dan persiapan Interhigh voli. Ini juga sudah kesekian kalinya penyakitku kambuh, jadi ini adalah hal yang biasa. Bukan penyakit serius yang harus banyak diperhatikan secara intensif.
Kuperhatikan Atsumu yang sok sibuk menyiram beberapa bunga yang menghiasi pojok pojok kamar yang kutempati. Sembari bersenandung kecil, dia terus menyapa bunga dan tanaman tanaman yang ada. Sambil menahan tawa aku mengeluarkan ponselku dan mulai merekam gerak gerik Atsumu yang masih saja belum selesai menyiram bunga yang menurutnya bagus itu.
"Gimana sekolah?" tanyaku memulai percakapan. Atsumu menoleh padaku sebentar lalu kembali melanjutkan aktifitasnya menyiram bunga yang lain.
"Sepi. Nggak ada pembuat onar kek lo" dia mulai menggiring opini.
Atsumu mulai memancing mancing pertengkaran, tapi aku tidak peduli. Aku terus merekam Tsumu yang beralih profesi menyemprot bagian bagian lain yang sekiranya belum terjamah air.
"Eh Tsum, lo tau gak si?" Aku terus melanjutkan obrolan yang kumulai.
"Apaan?" Dia bertanya, membalikkan badan menghadapku yang masih terang terangan merekam wajah jeleknya. Dia menaikan alisnya, tanda ingin tahu apa yang ingin kukatakan.
Aku tersenyum penuh kemenangan.
"Gapapa sih, mau ngasih tau aja kalo yang lo siram daritadi itu taneman plastik" ucapku tertawa terbahak bahak menertawakan kebodohanya.
Entah dia bodoh atau tolol. Sampai seribu tahun pun dia menyiram, tanaman plastik itu tidak akan pernah tumbuh. Aku menatapnya memasang wajah sebal yang menyimpan emosi dalamnya.
"Hapus ga videonya!" Teriaknya menunjuk jari telunjuknya kepadaku. Aku yang masih merekam wajah marahnya tidak memperdulikan perintahnya hanya terus tertawa tawa.
Lumayan cuk, konten.
Tanpa kusadari beberapa detik kemudian Tsumu melemparkan alat penyemprotnya kearahku dan mendarat tepat diatas kepala. Sakit, tapi masa bodoh karena ketololan Tsumu lebih berharga daripada apapun.
"Buruan hapus! Durhaka lo sama abang"
"Ogah banget punya abang tolol kek lo. Ini bakal gue kirim ke grup voli" ucapku memaki Tsumu yang wajahnya sudah merah padam karena malu dan marah sekaligus.
Dia berlari kearahku dan berusaha merebut ponselku yang sedang loading mengirim video bodohnya ke grup voli milik kami. Aku bersikeras agar ponsel ini tidak jatuh ke tangan Tsumu sebelum videonya terkirim.
"Siniin ga hape lo!" Tsumu berteriak sambil berusaha menarik lagi ponselku, masih bersikeras agar videonya tidak sampai dilihat oleh teman teman sekelasnya. Pertengkaran kecil seperti ini sudah biasa kami lalui sehari harinya dan ya! seperti yang kalian bayangkan. Hal ini tidak akan berhenti jika salah satu dari kami tidak melukai satu sama lain.
Plakkk!
Aku memukul puncak kepala Tsumu menggunakan telapak tanganku. Membuat dia berhenti sejenak dan menatapku dengan mata membulat marah. Dengan kekuatan khodam yang dimilikinya, Tsumu juga memukulku ditempat yang sama dengan cara yang sama juga.
Saat itu juga aku merasakan pening yang luar biasa di puncak kepala, bahkan aku merasakan hidungku mengeluarkan beberapa tetesan darah akibat pukulan Tsumu barusan.
(Nb: Jangan ragukan pukulan anak voli ya. Bola aja di sepek apalagi pala kau)
Dengan cepat Tsumu mengambil tissu diatas nakas samping ranjangku dan segera membekapnya ke hidungku yang terus meneteskan darah. Kami berdua menatap satu sama lain dengan terkejut, hal ini seharusnya tidak terjadi dimomen momen seperti ini.
Ting Ting Ting!
Suara notifikasi ponselku terus muncul, menandakan bahwa video Tsumu sudah terkirim dan mendapat banyak respon dari teman sekelas kami. Tsumu kembali tersulut emosi dan berusaha memungut kembali ponselku.
"Gak bisa, Ini semua salah lo!" Teriak ku kepada Atsumu yang mulai memendam marahnya karena merasa bersalah. Aku meletakkan ponselku dibawah bantal agar Tsumu tidak bisa meraihnya.
"Ya maaf kali" ucapnya dengan gengsi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ogah, Sungkem dulu ama Baginda Raja" ucapku mengambil alih tissu yang sebelumnya dipegang oleh Atsumu. Agar dia bisa meminta maaf kepadaku kali ini.
Kuperhatikan Tsumu yang duduk bersimpuh -dilantai- disamping ranjang menghadapku. Dengan wajah yang tertunduk dan kedua telapak tangan diatas pahanya. Sialan, sepuas ini rasanya menyiksa kakak.
"Maaf Samu" ucap Tsumu ragu ragu.
"Baginda Raja cok" ketusku pada Tsumu.
"Maaf Baginda Raja."
"Cium kaki dulu dong" ucapku memajukan salah satu kakiku ke arah Atsumu yang masih bersimpuh di hadapanku. Dia menatapku dengan sebal dan marah.
"Dih Ogah bau sampah" Tsumu memundurkan kepalanya dari ujung kakiku. Aku menatapnya seolah berkata 'mau dimaafin gak nih?'. Rasanya senang sekali bisa menindas dia seperti ini. Kapan lagi aku memiliki kesempatan emas seperti ini.
___
Atsumu POV
Kami kembali bersekolah seperti biasa. Aku juga masih menekuni eskul voli disekolah. Sejujurnya aku sangat ambisi agar tim kami bisa lolos seleksi nasional. Berharap bisa menjadi pemenang dan bisa melanjutkan sekolah tinggi di jurusan Olahraga.
Aku berdiri diambang pintu, menjatuhkan pandangan ke sekeliling gymnasium sekolahku. Disana sudah ada beberapa anggota tim voliku yang mulai berlatih. Aku juga melihat Osamu yang sudah mulai aktif kembali sebagai wing spiker di tim kami.
Kakiku berjalan kearah mereka dengan santai, meletakan tas berisi bekal dan segera melakukam pemanasan sebelum masuk kedalam lapangan. Belum juga aku memegang bola saat join kedalam lapangan, Suna memulai obrolan.
"Cie yang gabisa bedain taneman plastik sama asli" sindir Suna sambil menyervis bola dengan santai. Aku menahan emosi sambil terus menerima bola dari Suna. Si brengsek satu ini memang belum pernah di tampar Malaikat.
"Gobloknya murni pemberian Tuhan ya" komentar Gin padaku, membuat lingkup udara di lapangan menjadi semakin panas.
"Malu gak? Gak lah! Atsumu kan gapunya kemaluan" Osamu berteriak sambil tertawa terbahak bahak dari sebrang net. Dia terus terusan meledek ku dengan video kemarin.
"Heh! Pantesan mak bapak lo cerai, omongan lu aja kek setan" teriak ku memarahi balik si Osamu.
Dia menatapku dengan menganga terkejut, tertegun, tertampar tidak percaya di sebrang sana.
"Mak bapak gue itu mak bapak lo juga tolol" dia menerangkan sesuatu yang sebenarnya sudah kuketahui.
Aku mengambil satu bola dan melakukan jump service ke arah Osamu dan tepat mengenai dahinya. Osamu langsung berteriak dan berlari kearahku dengan murka. Mengejarku karena ingin melampiaskan rasa marahnya padaku. Rasakan itu Osamu, anggap saja itu balasan akibat kemarin kau sudah menindasku.
___
Halo, cerita ini ditarik sementara karena author ingin merevisi ceritanya. Ceritanya sedikit berubah dan ditambah satu extra part buat kalian diakhir cerita. Terimakasih <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity [SELESAI]
HumorInfinity (n.) The state of having no end or limit. Platonic Relationship. [Atsumu dan Osamu angst] Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada melihatnya pergi. Terkadang ucapan untuk menjadi anak tunggal hanyalah umpatan belaka. Merenggut seluruh mim...