Cr @tanta8845/instagram
Jangan lupa vote dan berikan pendapat!
_____________
• Infinity •
Part 3
_______Osamu POV
Aku merasakan sakit kepala yang hebat saat ini. Seperti biasa aku hanya bisa menangis dan meringkuk dalam selimut. Ini tengah malam aku tidak mungkin membangunkan Atsumu yang harus latihan voli besok.
Setelah beberapa menit aku berusaha menahan sakit kepalaku. Kini rasa mual juga ikut menyerangku secara tiba tiba. Padahal sebelum tidur, aku sudah meminum semua obat yang diresepkan oleh dokter. Tapi nyatanya kali ini terasa lebih sakit dibanding sebelum sebelumnya.
Dengan kekuatan yang kumiliki seadanya, aku berusaha bangkit dari ranjangku dan berjalan menuju kamar mandi yang masih tergabung menjadi satu dengan kamar kami. Memang jaraknya tidak jauh, tapi untuk kondisiku yang seperti ini. Berjalan menuju kamar mandi terasa sangat melelahkan.
Tubuhku ambruk begitu saja saat aku berusaha berdiri dari ranjang. Dengan kedua kaki dan kedua tangan yang gemetar, aku mencoba merangkak menuju kamar mandi yang menurutku sangat jauh untuk dijangkau.
Aku masih berusaha merangkak menuju kamar mandi, dengan tubuh yang sedikit terhuyung huyung. Satu tanganku juga terus membekap mulut agar tidak mengeluarkan muntahan dilantai. Aku tidak ingin membuat Atsumu menjadi kesusahan membersihkan kotoranku. Atau membuat dia kerepotan merawatku yang sering kambuh tengah malam seperti ini.
"Samu!" Atsumu berteriak, menyadari bahwa aku sudah mulai kewelahan merangkak menuju kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama, Tsumu langsung mengambil kresek dalam nakasnya dan berlari menghampiriku. Membiarkanku mengeluarkan makanan yang tadi kumakan keluar dikresek yang dibawakan Tsumu.
Dia terus memijat bagian belakang leherku agar aku bisa mengeluarkan isi perutku dengan nyaman. Dibalik sifatnya yang brengsek, dia adalah seorang kakak yang penyayang. Dibandingan dengan Kita san, dia jauh lebih cekatan dan mengerti keadaanku.
Ya, memang sudah seharusnya begitu sih. Aku hanya ingin menceritakan sisi lembutnya sebagai seorang kakak.
"Sudah selesai?" Tanyanya kepadaku.
Aku menjawabnya dengan anggukan lemah. Tsumu langsung berdiri dan mengambil handuk bersih. Aku memperhatikam gerak geriknya yang membasahi handuk itu dan mengisi segelas air dari wastafel.
Kepalaku masih terasa berdenyut denyut untuk diajak berdiri. Jadi aku hanya diam terduduk diatas karpet kamar sambil memperhatikan Tsumu yang merawatku -lagi- malam ini.
Dia berjalan kearahku kemudian menyodorkan segelas air bersih dan kresek baru. Membiarkanku minum dan membersihkan mulut dari bekas kotoran muntahanku barusan.
Tsumu mengelap bibir dan telapak tanganku menggunakan handuk basah yang dia bawakan. Setelah itu dia mengikat kresek kotor itu dan menangkup kedua telapak tanganku yang masih gemetar hebat.
"Gapapa Sam. Lo gak perlu takut buat manggil gue" kini ia berusaha meredakan gemetar pada kedua tanganku dan bibirku.
"Gak gitu Tsum. Gue gakuat mau manggil lo" ucapku dengan bibir bergetar.
"Apa perlu gue beliin telolet biar manggilnya gampang?" Tawarnya sabil menggosok gosok punggung tanganku menggunakan ibu jarinya.
Sudah kubilangkan dia sebenarnya orang yang lembut. Tapi tidak semudah itu. Aku memukul puncak kepalanya menggunakan telapak tanganku dengan keras.
Plakkk.
"Ganggu tetangga, goblok" ucapku bergurau dengannya. Dia hanya meringis sambil mengelus kepalanya yang baru saja ku pukul tadi.
"Yaudah ayo naik punggung gue, setter nih bos! Senggol dong" ucap Tsumu berjongkok membelakangiku agar dia bisa menggendongku kembali keatas ranjang. Aku yang masih belum memiliki banyak tenaga hanya diam saja saat Dia menuntunku untuk naik kepunggungnya.
"Timang timang, Adek ku kampang" katanya terus memegang kedua pahaku dengan kuat. Sambil berjoget joget saat berjalan menuju ranjangku.
"Pala lo mau diservis bawah apa atas Tsum?"
"Dih, sipaling servis. Btw lo mau gue buatin sup jagung ga?" Tanyanya sambil menurunkan tubuhku diatas ranjang. Dia juga membantuku untuk mencari posisi yang nyaman, memberiku banyak bantal dipunggung dan menyelimuti kakiku agar tidak kedinginan.
"Kalo gaenak, bakal gue muntahin ya"
"Sembarangan kalo ngomong. Gue tuh sebenernya jago masak, cuma kadang males aja" sangkalnya memarahiku sambil berjalan menuju dapur dengan sebal akibat ledekanku tadi.
***
Atsumu POV
"Tsum Tsum bangun!" Teriak Samu di salah satu telingaku membuatku berjingkat kaget. Aku melotot ke arah Osamu yang sudah bersih dan wangi. Hari ini kan libur? Untuk apa dia memakai baju rapi seperti itu. Apakah ada seseorang yang akan ditemui Samu hari ini?
"Ganggu lo kambing" aku kembali membenamkan tubuh kedalam selimut tebal ku. Tetapi hal itu tidak membuat Samu berhenti menggangguku.
"Tsumu, liat tuh siapa yang udah nungguin lo" ucap Samu menarik selimutku agar aku segera bangkit dari kasurku yang nyaman ini.
"Omii kun?" Tanyaku mengintip dari balik selimut dan menatap Samu yang bersandar meja belajar, menyeruput teh hijaunya dengan senyum senyum.
Aku berdiri dari kasurku tanpa rasa kantuk sekalipun. Dengan cepat aku menghampiri jendela yang menampak kan jalan yang lenggang. Tidak mungkin dia mendatangiku secara tiba tiba seperti ini. Karena yang membuat janji atau acara itu selalu aku, bukan Omii kun.
"Mana? Gaada apa apa disana, cuma truk sampah" ucapku menggaruk kepalaku dengan ling lung. Tadi Samu bilang ada yang sedang menungguku dibawah. Lalu kenapa tidak ada siapa siapa dibawah sana.
"Nah itu dia, lo ditungguin truk sampah" Samu menyeruput kembali teh hijaunya sambil tersenyum. Aku menatapnya dengan alis bertaut, memikirkan apa yang direncanakan oleh si brengsek satu ini.
"Dasar Lo anak setan!" Ucapku melepas sandal yang kugunakan dan melempar ke arah Osamu yang sudah kabur dari hadapanku. Adik durhaka, masa iya aku disamakan dengan sampah. Jiwa adik ku yang satu ini sudah tidak tertolong lagi memang. Awas saja kalau dia kembali, akan ku jitak kepalanya sampai botak.
***
Osamu POV
Hari ini adalah hari libur. Semalam setelah sakitku kambuh dan Atsumu merawatku dengan baik, kini badanku menjadi lebih ringan dan terasa lebih sehat dibanding sebelumnya. Entahlah, rasanya berbeda sekali dibanding keadaan tubuhku yang kemarin kemarin. Suasana hatiku juga menjadi semakin baik setelah jahil kepada Tsumu tadi pagi.
Saat ini aku berada dimobil Suna. Dia menjemputku karna hari ini aku ingin bermain kerumahnya. Dia bilang Gin sudah menunggu disana. Jika kalian bertanya tanya apakah Atsumu tidak ikut? Dia akan ikut. Aku sudah meninggalkan obatku dikamar. Dia pasti akan ikut berkumpul bersama kami nanti, karena harus mengantar obat ku.
Sengaja aku melakukan itu karena jika hal ini tidak terjadi. Dia tidak akan ikut berkumpul dengan kami dan lebih memilih untuk memukul pantat bola voli sendirian. Jika kalian bingung dengan kepribadian Tsumu, sama. Aku sebagai kembarannya juga terjadang tidak paham.
Ting! Ponselku berbunyi menunjukan notifikasi dari twitter. Aku mencium aroma roma busuk dari Tsumu. Bisa dipastikan bahwa sekarang ia sedang marah marah padaku. Atau kemungkinan terburuknya aku dipecat menjadi adiknya dan dia melantik adik baru.
@Samu brengsek.
Kicaunya di akun twitter miliknya.Ngaca.
Aku membalasnya dengan senang hati.Ogah, Gue liat mukalo kalo ngaca.
Balasnya.YA SAMA ASU.
Aku menahan tawa, padahal jika kalian mau memperhatikan wajah kami berdua dengan lekat lekat. Warna mata kami sedikit berbeda. Warna mataku cenderung lebih cokelat keabuan gelap, sedangkan Tsumu memiliki warna cokelat hazel sedikit cerah.Mungkin banyak orang yang tidak menyadari hal itu, tapi memang begitulah adanya.
***
Votenya ya. Tenkyuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity [SELESAI]
HumorInfinity (n.) The state of having no end or limit. Platonic Relationship. [Atsumu dan Osamu angst] Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada melihatnya pergi. Terkadang ucapan untuk menjadi anak tunggal hanyalah umpatan belaka. Merenggut seluruh mim...