12

332 45 15
                                    

Jangan lupa vote dan berikan pendapat!
_______________
• Infinity •
Part 12
_______

Atsumu POV

"Tsum bangun. Katanya mau sekolah" Samu menarik selimut yang kugunakan. Dia berdiri disamping ranjang dengan membawa kantong infus disalah satu tangannya.

Miya Osamu. Sangat mengganggu seperti biasa.

"Iya iya gue bangun nih" jawabku dengan malas bangun dari ranjang dan mulai berjalan menuju kamar mandi.

Belum jauh aku berjalan dari tempat Samu berdiri, aku mulai menyadari bahwa ada yang janggal dari diriku dan Osamu. Badan Samu lebih tinggi dibandingkan diriku.

"SAM! KOK LO MENDADAK TINGGI SIH?" Aku memegang puncak kepalanya menggunakan telapak tangan. Membuat dia tertawa dengan renyah dan nyaring dihadapanku, lebih ke arah meledek sebenarnya.

"Mana gue tau. Mukjizat kali"

Suaranya benar benar menusuk tepat di dadaku. Bagaimana bisa aku tidak bersyukur tentang kesehatanku sedangkan adik ku sendiri membutuhkan nya, sangat membutuhkan nya.

"WAH BESOK GUE MAU RENANG BIAR TINGGI" aku menghibur diri. Sepertinya aku memang harus banyak berolahraga agar Samu tidak mengalahkan tinggi badanku.

"Yaelah Tsum. Renang gak bikin lo tinggi, liat noh Ubur ubur dilaut renang tiap hari. Tinggi kaga, lembek iya"

Sindirnya melontarkanku lelucon bodoh seperti biasa padaku.

"Tch, emang muka gue bentukan ubur ubur apa.." aku menggerutu sebelum akhirnya bertanya kepadanya "SAM, PALA GUE PUSING NIH. KALO GUE MINUM OBAT MIGREN DUA BUTIR BERATI SAMA AJA GUE MINUM OBAT SAKIT PALA BIASA KAN?"

"OTAK LO DODOL, MAKANYA SEKOLAH BIAR GAK BEGO!"

Dengan kesal Osamu melempar sebuah majalah yang digulung agar bisa mendarat ditubuhku dengan tepat. Aku berhasil menghindar dan meledeknya dengan cara menjulurkan lidah.

Setelah 20 menit aku bersiap siap, kini aku sudah rapi. Saatnya kembali ke sekolah dan berlatih voli seperti biasa. Ekor mataku tidak sengaja melihat Samu yang terdiam, memandang jendela kaca yang mengarah ke jalan raya. Satu tangannya masih perpegangan dengan tiang infus yang selangnya masih menyambung dengan punggung tangannya.

Aku mengambil sandwich yang kusimpan di kulkas semalam. Setidaknya ini bisa kubuat untuk sarapan, mengganjal rasa lapar yang menyerangku dipagi hari. Nanti aku bisa membeli makan siang di kantin bersama Suna dan Gin.

Ah iya, beberapa hari yang lalu aku juga sempat membeli beberapa buah puding. Jadi sebelum berangkat sekolah aku menyelipkan puding kesukaan Osamu dinakasnya. Mungkin saja ia akan mengira bahwa puding itu diberikan oleh pihak rumah sakit.

Biasanya Samu akan menyiapkan bekal untuk kami berdua. Atas dasar keahliannya dalam memasak itulah yang membuatnya senang untuk menyiapkan hidangan makanan. Berbeda denganku yang akan memilih tidur saja daripada membantunya memasak. Pada akhirnya Osamu akan pergi kesekolah terlebih dahulu dan meninggalkanku yang terlambat.

Jarak rumah sakit menuju sekolahku lebih dekat daripada jarak apartment kami menuju sekolah. Setidaknya aku membutuhkan waktu 25 menit berjalan kaki saja untuk mencapai gerbang. Jadi aku bisa dengan santai pulang pergi dari rumah sakit untuk menjaga Samu.

*

Osamu POV

Aku merasakan keanehan pada wajah Tsumu. Dia terlihat sangat letih dengan kantung mata yang menebal. Dia juga terlihat lebih pucat dari biasanya. Bahkan dicuaca yang dingin seperti ini aku melihat beberapa titik keringat didahinya. Jujur ini sangat janggal, seharusnya tubuhnya tidak bereaksi berkebalikan denganku.

Infinity [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang