9

292 45 13
                                    

Jangan lupa vote dan berikan pendapat!
_______________
• Infinity •
Part 9
_______

Atsumu POV

Sudah dua minggu lamanya aku berangkat ke sekolah dari rumah sakit sendirian, tanpa hadirnya Samu. Dia masih terlelap diatas ranjang rumah sakit dengan tenang tanpa memikirkan masalah lain dari luar sana. Sesekali aku akan membawa Suna dan Ginjima kemari agar Samu terus merasa dibutuhkan dan mampu melawan penyakitnya.

Bunda juga sudah beberapa kali menjenguk Samu kemari. Tapi aku belum juga melihat kemajuan dari kesehatan Samu. Jujur hal ini membuatku merasa sedih, aku membutuhkan sosoknya yang begitu dicintai dan disegani oleh orang banyak.

"Sam, kalo pusing gini enaknya gue minum obat apa potong kepala ya?" Aku bertanya pada Samu yang terbaring tidak berdaya dan tidak mungkin menjawab pertanyaanku.

Mendengar suaraku saja tidak bisa.

"Oiya, besok kita sweet seventeen loh Sam. Lo boleh deh ngegampar muka gue tujuh belas kali" Kini aku beralih duduk disamping Samu yang semakin terlihat pucat dan kurus.

Aku juga menyadari bahwa Samu semakin banyak kehilangan rambutnya. Mau tidak mau aku harus terus menutup kepalanya menggunakan beanie yang ada. Mataku rasanya tidak sanggup menatap tubuhnya terlalu lama lama, rasanya begitu menyakitkan.

"Besok gue bawain kue yang enak, makanan yang enak, gue bawain Suna ama Gin. Tapi janji dulu, besok bangun ya Sam. Gue udah nyiapin kado terbaik yang pernah ada diumur lo yang ke 17 ini"

Iya, aku ingin memberikan dia kesembuhan tanpa seijin dan tanpa sepengetahuanya. Biar aku saja yang mengetahui hal ini, yang lain tidak perlu.

"Oiya Sam, gue cuma mau ngomong dikit. Gue harap, lo ga kecewa sama keputusan gue ya. Sekalipun lo kecewa, gue pengen lo nyimpen rasa kecewa itu rapat rapat" ucapku menepuk paha Samu dengan perlahan lalu pergi dari sampingnya.

Malam ini, sebagai malam terakhir aku menginjak umur 16. Sebagai malam dimana aku harus banyak mempersiapkan kesehatanku sebelum mendonorkan anggota tubuhku kepada Samu. Kuharap dia bisa menjaganya dengan baik dan tidak membiarkanku kecewa padanya.

*

Aku bersenandung kecil saat membawa beberapa kantong berisi makanan dan kue menuju kamar Samu.

Hari sudah sore. Setelah sekolah usai aku segera mengirim pesan kepada Suna dan Gin agar datang nanti malam diperayaan ulang taunku dan Samu. Aku juga tidak lupa membeli beberapa makanan ringan, kue, hidangan dan juga makanan penutup.

Di hari yang spesial seperti ini, aku tidak ingin melewatkan satu haripun tanpa hadirnya Samu. Meskipun dia hanya diam dan tidak menyadari kehadiranku. Tapi aku yakin jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia mengerti bahwa aku selalu berada di sisinya tanpa sedetikpun meninggalkanya, kecuali saat buang air besar.

"Coba tebak deh Sam. Gue bawa apaan?" Tanyaku membuka pintu yang menampak kan Samu tertidur diatas ranjangnya seperti biasa.

"Bener! Satu juta buat Samu dipotong pajak. Gue bawa Onigiri kesukaan lu nih, mahal anjir. Duit gue habis buat beli senengan lo" aku melangkah masuk kedalam kamar Samu, sambil berteriak teriak kepada orang yang tidak mungkin mendengarkanku.

Sambil terus menenteng beberapa kantong belanjaan, aku terus mengibur diri dengan berjalan jalan memutari ranjang Samu berkali kali.

Berharap bau Onigirinya sudah sampai dihidung Samu.

Setelah beberapa menit aku menata makanan yang kubeli tadi, muncul lah dua buronan polisi yang kuundang acara ulang tahunku bersama Samu. Ya benar itu adalah Gin dan Suna, siapa lagi kalo bukan mereka?

Infinity [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang