Jangan lupa vote dan berikan pendapat!
_______________
• Infinity •
Part 10
_______Atsumu POV
Dokter menjelaskan tentang kebenaran bahwa Osamu mengalami ketulian, itu hanya sementara saja.
Osamu mengalami hal ini karena terjadi infeksi diteliganya. Dia akan terbiasa mendengar kembali nanti, setelah tubuhnya berangsur angsur membaik. Jujur hal ini membuatku merasa lega, setidaknya Tuhan tidak merenggut kesehatan tubuh Samu yang lain.
Hari sudah mulai malam. Suna dan Gin sudah berpamitan pergi sejak Samu tertidur tadi sore. Bahkan kami merayakan ulang tahun Samu dengan deraian air mata. Tanpa ada ocehan Samu, tanpa ada gosip dari Suna, tanpa ada pukulan Gin. kami benar benar hanya makan dalam diam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
Itu pun tanpa Osamu.
Aku juga sudah menyiapkan sebuah papan plastik dan sepidol untukku dan Samu berkomunikasi nantinya. Aku tidak ingin dia kesepian dan diam tanpa ada yang mengajaknya berbicara. Karena pendengaran bukan penghambat untuk komunikasi. Sedangkan mempelajari bahasa isyarat juga terlalu sulit untuk Samu yang kondisinya masih belum pulih.
"Tsumu?" Panggilnya seperti biasa sambil menoleh kanan kiri untuk memastikan kehadiranku masih didekatnya.
Aku menatapnya dengan senyuman getir. Berusaha meyakinkan bahwa aku sedang baik baik saja disini dan yang pasti menunggunya untuk segera bangun. Dengan cepat aku menuliskan sesuatu diatas papan yang sudah kupersiapkan sedari tadi sore sebelum memprediksi bangunnya Samu.
'Gapapa Sam. Kata dokter telingamu cuma kesulitan menyesuaikan kondisinya, itu hanya sementara'
'Oh iya, Gue udah dapet pendonor sum sum belakang yang cocok loh Sam' aku menulis dengan berantakan kemudian menunjukannya kepada Osamu yang membacanya dengan bingung.
Namun beberapa detik kemudian mimik wajahnya menjadi lebih berbinar dan senang.
'Gue yakin, setelah lo nerima nanti pasti kesehatan lo udah gak seburuk yang sekarang' lagi lagi aku menulis dan menunjukkan papannya pada Osamu.
Aku menangkap wajah Samu yang tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya sambil mengangguk antusias.
'Gue ada tebakan. Nanti kalo lo bisa jawab, gue traktir puding satu dus' tulisku dipermukaan papan untuk mengajaknya bercanda. Dia merespon ajakanku dengan anggukan senang.
'Kenapa tengahnya donat gabisa dimakan?'
Aku melihat Samu yang tersenyum meledek lalu meraih papan itu dan menulis dengan tangan yang gemetar. Dia menarik garis menggunakan spidol perlahan lahan, sesekali ia akan berhenti untuk melemaskan otot jari jarinya.
'Ya emang gabisa dimakan bego. Kan tengahnya bolong!' Tiap tiap huruf yang ia tulis hampir tidak bisa dibaca karena tangan nya terlalu lemah untuk memegang sepidol dengan baik dan benar.
"HAHAHAHAHAHA" aku menertawakan jawaban nya yang tepat sekali. Sudah kubilang berkali kali sebelumnya bukan? otaknya itu encer. Bahkan setelah keadaan buruknya sekalipun, otaknya masih bisa diajak untuk bermain tebak tebakan bodoh seperti ini.
Ketika aku mendapat pertanyaan ini untuk pertama kalinya justru bingung. Memangnya ada apa dengan bagian tengah donat? Apakah meledak jika dimakan? Aku melupakan fakta bahwa donat itu berlubang dibagian tengahnya.
Aku mendengar Samu yang tertawa dengan pelan, sangat pelan. Senyumnya yang sangat jarang kulihat ini membuat dadaku terasa hangat.
Inilah yang kuinginkan! Melihat dia terus tersenyum dihadapanku apapun kondisinya, apapun keadaannya. Aku juga ingin terus selalu bersamanya, menghabiskan seluruh hari hariku bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity [SELESAI]
HumorInfinity (n.) The state of having no end or limit. Platonic Relationship. [Atsumu dan Osamu angst] Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada melihatnya pergi. Terkadang ucapan untuk menjadi anak tunggal hanyalah umpatan belaka. Merenggut seluruh mim...