40 :: Krisis Hati

620 152 7
                                    

Hari ini Karina terlihat tidak berantusias sama sekali, pasalnya ia sudah membayangkan bagaimana enaknya rebahan di rumah sambil memutar playlist favoritnya, namun pada kenyataannya ia terjebak di dalam gedung tempat ia akan tampil siang ini.

Setelah sekitar satu bulan menyiapkan penampilan yang hanya berdurasi sekitar 5 menit ini, akhirnya hari ini tiba juga. Ketika dirinya naik ke atas panggung, ia dapat melihat jelas wajah Yoshi yang berdiri tepat di depannya. Ia merasa malu karena cowok itu memperhatikannya seperti itu, namun setelah musik diputar, rasa malu tersebut hilang entah kemana. Karena benar-benar menampilkan sisi lain dari dirinya.

Alunan lagu Bola Rebola berhenti, Karina segera berlari ke belakang panggung. Gadis itu segera menghampiri ketiga sahabatnya yang sedang menunggu kedatangan dirinya untuk berfoto bersama. Begitu selesai, Giselle memberi tahu Karina bahwa Yoshi sedang memperhatikan dirinya.

Gadis itu berlari menuju Yoshi, "temen lo kenapa pada nangis gitu sih?" tanya nya kebingungan melihat Giselle, Lia, dan Shuhua menangis terisak-isak. Karina menggidikkan bahunya, "biasa, temen gue kan alay semua," jawabnya santai.

Kemudian ia menyerahkan ponselnya kepada Jihoon yang kebetulan berdiri mengobrol di belakang mereka, "Hoon fotoin dong," lagi-lagi pemuda itu bingung dengan sikap Karina. "Tumben mau foto bareng?"

"Oh, lo gamau? Yaudah, gue cari Jeno aja," dengan cepat Yoshi menahan Karina yang akan melangkah pergi. "Ayo cepetan, gue sibuk nih," omel Jihoon, benar ia sedang sibuk, karena dirinya menjadi salah satu panitia acara ini.

Karina segera menarik pergelangan Yoshi menuju keluar area acara, ia menjulurkan sebuah kotak kepada pemuda itu. "Apa ini?" ia tidak menjawab pertanyaan tersebut, Karina hanya mengisyaratkan agar Yoshi membuka sendiri kotak itu.

Di dalam kotak itu, berisikan sebuah jam tangan hitam yang gadis itu belikan khusus untuk Yoshi. "Kok tiba-tiba banget lo jadi sweet gini? Kesambet apa lo? Ini jam tangannya buat gue?"

"Nggak, buat Pak Teddy. Ya buat lo lah, gue cuek salah, gue perhatian gini juga salah. Dasar aneh."

"Lo yang aneh, tiba-tiba gini, tiba-tiba gitu. Anyway, thanks buat jam tangannya. Gue bakal pakai tiap hari," gadis itu merasa senang karena tahu Yoshi menyukai jam tangan pemberiannya itu. Setelah kurang lebih seminggu ia lelah mencari-cari hadiah apa yang bagus untuk diberikan kepada sang pacar.

Kemudian Karina meminta Yoshi untuk membaca kartu ucapan di dalam kotak tersebut. "Buka aja, baca yang kenceng sekalian," ia hanya menuruti apa yang dikatakan oleh gadis itu.

"Ini buat lo, makasih udah ada di deket gue selama ini. Maaf kalo gue terlalu cuek, tapi makasih juga lo udah bisa ngertiin gue. Jangan kepedean, gue bilang kayak gini karena hari ini terakhir sekolah. Pacar lo yang paling cantik, Karina."

Tiba-tiba Karina merasa sangat malu sekaligus geli dengan kartu ucapan yang ia tulis sendiri. "Oiya, hari ini terakhir sekolah ya. Ngode banget lo, besok mau jalan kemana? Lanjutin perjalanan ke pantai yang dulu gimana?"

"Tapi bukan itu maksud gue, hari ini terakhir gue sekolah disini. Besok gue pindah ke luar kota," Yoshi masih membeku terkejut mendengarnya, ia masih mencoba memahami situasi yang sedang terjadi sekarang.

"Yaudah, tenang aja. Liburan masih ada 2 minggu lagi kan, lo balik kapan?"

Ekspresi wajah gadis itu berubah menjadi muram, ia menarik nafasnya dalam-dalam, "Yosh, mulai besok gue pindah keluar kota, gue bakalan menetap di sana. Gue juga pindah sekolah di sana," ucapnya sambil menunduk, ia tidak berani menatap mata Yoshi.

"Jadi, ini alasan temen-temen lo nangis tadi?" Karina menganggukkan kepalanya, ia berusaha menahan air matanya untuk menjelaskan semuanya kepada Yoshi. "Papa gue pindah tugas, gue udah minta buat di sini sampai lulus sekolah, tapi orangtua gue nggak tega. Mau nggak mau, gue harus ikut mereka," lanjutnya dengan nada sendu.

Forelsket || Yoshinori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang