Sudah masuk tahun ketiga tahun perkuliahanku.
Hari ini aku dan teman-teman seangkatanku sepakat berangkat ke lokasi ospek bersama-sama.
Status kami sebagai senior magang yang bertanggung jawab atas kepanitiaan junior tahun kedua mengharuskan kami tetap datang ospek sebanyak mungkin.
Tahun lalu sebagai panitia peranku adalah koordinator lapangan, karena harus ada perempuaannya.
Kembali pada hari ini, kami sudah di perjalanan dengan berkendara sepesa motor secara konvoi. Aku membonceng Sania.
"Lea, mau gantian gak? Biar cowok-cewek cowok-cewek?" Tanya Iyos kepadaku yang berboncengan dengan Raga.
"Gak, aman, selo," tukasku.
Kami akhirnya berangkat pukul 7 malam dengan sekitar 12 motor berboncengan. Pada malam yanglebih larut ada banyak anak lagi yang datang.
Setelah tiba dilokasi, maka ospek berlangsung pukul selama 3 hari 2 malam.
Tiba dihari terakhir, kami melakukan bersih bersih.
Selesai berbenah baik tenda maupun peralatan lainnya, kami sepakat makan siang dengan sisa indomie yang ada plus nasi juga. Orang Indo neh, haha.
"Bebh, sini makan sini," panggil Agi mendapati berdiri dengan Sania mencari tempat duduk di lapangan luas yang menjadi lokasi ospek kami.
"Capek?"
"Ya enggaklah, Lea gitu," aku jumawa.
"Heran bet gua, masih cakep aja si Lea," cerocos Iyos dengan logat Jakarta nya yang kental sambil mengunyah makanannya.
"Halah, basi," sergahku.
Cara satuh-satunya yang kulakukan untuk mencegah rasa malu setiap pujian apapun menghampiriku, ya itu. Berlagak tidak peduli dan kebal dari ucapan mereka seolah itu semua bohong.
"Iya bebh, kau masih cantik aja," Agi nimbrung.
Aku kembali menyanggah.
"Sania, kayaknya anak cowok pada kerasukan nini nini di hutan depan situ, lah," aku bertanya pada Sania yang sedari tadi menimpali celoteha kami.
"Soalnya bibirnya tuh...manisss."
Dan kami saling melempar sanggah maupun protes lainnya.
Tidak lama setelah itu kami memutuskan pulang beriringan dengan mobil yang membawa junior kami ke lapangan terbuka di area kampus.
Sebagai senior yang baik membantu menurunkam berbagai bawaan dan menunggui panitia untuk absen peserta.
Rasa lelah mulai menyerang kala semua benar-benar duduk. Termasuk aku.
Agi dan Iyas yang baru selesai membantu mengangkat tas peserta menghampiri tempatku dan anak anak angakatan jurusanku.
Agi mengambil tempat tepat di sebelahku. Kami semua duduk berjejer dengan bersinggungan bahu satu sama lain.
"Gi, aku bau ih, gak mandi 2 hari," ujarku agak mendorong Agi menjauh.
Jelas, dihutan selama 3 hari 2 malam yang jauh dari pemukiman penduduk. Belum lagi jadwal ospek iti full time selama 3 hari 2 malam itu.
"Gak papa bebh, sini aja duduk."
Aku hanya menurut setelah mengancam untuk tidak mengejek aroma badanku jika tercium.
Tentuk saja aku malu!
Tetapi kenapa dengan Raga yang duduk di kiriku lebih dulu, aku tidak membahas ini?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Sengaja
Short StoryTak sengaja baper? Halah, nikmat juga kok ------ Lea pikir ini hal biasa dalam pertemanan, tapi ternyata ini sudah di luar keinginan hatinya. Lea tidak sengaja. Lea tidak sengaja terlanjur nyaman dengan Agi.