Empat🌷

2 0 0
                                    

Pagi ini Dimas menyempatkan diri menemui adiknya yang sekarang tinggal dirumahnya.

Dimas cukup sibuk akhir-akhir ini karna banyak pekerjaan yang harus ia urus. Saat ini dia sedang berada diruang makan, menunggu sang adik yang belum juga turun. Mungkin Zea tidak tau kalau pagi ini Dimas menemuinya.

"Zea biasa bangun jam berapa bik" tanya Dimas kepada bik Ruk yang sedang menyiapkan makanan.

"Bibik juga kurang tau den, tapi biasanya non Zea sarapan sekitar jam enam lewat"

Dimas mengangguk paham.

Tak berselang lama terdengar langkah kaki dari anak tangga, ternyata Zea sudah turun dengan pakaian sekolah yang sudah rapi.

"Kak Dimas" panggil Zea, beberapa waktu lalu Dimas memang menjemputnya, namun hanya sekedar menjemput saja karna Dimas harus menemui klien.

Dimas berdiri dan membuka lebar tangannya sambil tersenyum, Zea langsung menghamburkan pelukan ke sang kakak.

"Aku minta maaf" suara Zea bergetar saat Dimas mengusap punggungnya.

"Gak ada yang salah"

"Sekarang aku tau kenapa papa ninggalin mama" ucap Zea yang membuat Dimas menghela nafas. " Kenapa kakak gak ngasih tau aku"

"Kakak rasa dulu umur kamu belom cukup untuk tau masalah rumah tangga mereka" jelas Dimas sambil terus mengusap kepala sang adik.

Perbedaan umur mereka delapan tahun, saat Dimas berumur tujuh belas tahun orang tua mereka berseteru hebag hingga membuat rumah tangganya hancur. Dimas tau apa sebab orang tuanya cerai, dan itu membuat Dimas yakin untuk ikut dengan papanya.

Sedangkan Zea saat itu masih SD jadi wajar anak seumuran itu membela ibunya, dan sekarang setelah Zea dewasa gadis itu tau apa alasan kakak dan papanya memilih pergi meninggalkan ibunya.

"Maafin aku" ulangnya sambil melepaskan pelukan.

"Kamu gak salah Zea, keadaan yang bikin semuanya jadi runyam"

"Maafin aku dulu pernah benci sama kakak gara-gara kakak ninggalin mama waktu lagi sakit" sesalnya dengan tangan yang terus mengusap air mata.

"Its okay. Yang terpenting sekarang kebahagiaan kamu, lupain semua yang udah terjadi dan buka lembaran baru di sini"

Zea mengangguk dengan mata yang masih berair.

"Udahan nangisnya, liat tuh bik Ruk jadi ikutan sedih" canda Dimas sambil menunjuk bik Ruk yang mengusap air matanya dengan tangan.

"Bibik kasian liat non Zea tiap hari murung terus, apa lagi tadi liat non Zea nangis bibik jadi ikutan sedih" jelas bik Ruk yang mendapat tawa kecil dari kakak beradik didepannya.

Selama mereka makan tidak ada yang bersuara, karna Dimas tidak suka itu. Zea bangga memiliki kakak yang tegas seperti Dimas. Menurutnya Dimas benar-benar hasil photo kopi papanya, sama-sama tegas dan pekerja keras.

🌱🌱🌱

"Tadi papa bilang, katanya kamu pindah ke rumah dia aja"

"Emang kenapa? Kakak mau nikah ya"

Dimas menggetok kening adiknya. "Nikah apanya, kakak masih muda. Papa kasian sama kamu gak punya temen kalo tinggal dirumah kakak"

"Emang di rumah papa ada temennya?"

"Ada Anya, anak tiri papa"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙅𝙪𝙨𝙩 𝙁𝙧𝙞𝙚𝙣𝙙 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang