𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟸

5.7K 407 7
                                    

Kedatangan Eriza memicu dirinya menjadi pusat perhatian teman sekelasnya yang sudah berbaris melakukan pemanasan di tepi area lapangan.

Dia mempercepat langkahnya dengan sedikit berlari, ikut memposisikan dirinya masuk ke barisan. Cewek itu bergabung dengan teman-temannya yang sudah berkumpul, mencoba menyesuaikan diri dengan gerakan pemanasan yang sudah dimulai.

"Baru juga hari kedua udah telat aja lo"delik Enrich yang berasa di samping cewek itu.

"Nggak ada yang bangunin"dengus Eriza.

"Mau gue bangunin"sahut Axel menaik turunkan alisnya lalu mendapat toyoran dari Freya.

"Oke semua pemanasan selesai sekarang kita lari 2x setelah itu aka nada penilaian buat lay up, jump shoot, dan three-Point Shot!"seru Pak Dhony, guru olahraga mereka.

"Baru juga minggu pertama pembelajaran udah penilaian aja, pak"dengus Enrich memelas.

"Nggak usah banyak ngeluh kamu, Enrich atau mau saya tambahkan lari 5x?"balas pak Dhony dengan santainya yang langsung mendapat delikan dari tersangka.

Selesai penilaian Eriza justru kembali mengambil bola basket dari pada ikut membubarkan diri berganti pakaian atau menikmati sisa waktu dengan pergi ke kantin. Belasan menit berlalu cewek itu dengan setianya masih mendribble bola mengitari lapangan dengan sesekali melakukan lay up maupun three point.

Eriza membiarkan keringat membasahi permukaan kulit tubuhnya terutama jersey hutamnya yang melekat karena keringat. Suara langkah kaki yang menuruni undakan tangga bangku penonton mengalihkan pusat perhatian Eriza yang baru selesai melakukan lay up, setelah melirik ke arah sumber suara berasal dia kembali mendribble bola setelah melihat siapa pelakunya.

Cowok yang membuat diri Eriza kacau itu menuruni tangga sembari menggulung lengan tanganya karena masih berseragam walaupun sudah tanpa balzer tak tertinggal kaitan dasi yang juga lepas berlari kecil merebut bola dari tangan Eriza.

"Dantenio Hazard"kata Eriza yang sekilas membaca name tag cowok itu.

Kini Hazard mengambil alih kegiatan cewek itu, Eriza menghela nafas lalu berlari merebut bola basket itu dari tangan Hazard. Berkali-kali keduanya berlomba saling memasukkan bola keranjang. Eriza yang sudah Lelah langsung membaringkan tubuhnya terlentang di garis tengah lapangan.

Eriza diam membiarkan cowok itu ikut berbaring di sampingnya. Meskipun awalnya terkejut dengan tindakan cowok itu, namun dia memilih untuk tetap tenang dan memberi ruang bagi cowok untuk mengambil nafas.

Mereka berdua berbaring di atas lantai lapangan, menatap langit-langit di atas mereka. Suasana damai memenuhi udara, hanya dihiasi oleh suara detak jantung dan hembusan nafas mereka. Eriza membiarkan pikirannya melayang, membiarkan dirinya terbawa arus ketenangan dari lingkungan sekitarnya. Dia merasa nyaman dengan kehadiran cowok itu di sampingnya, meskipun mereka tidak saling berbicara.

"Nama lo?"tanya Hazard tiba-tiba yang membuat Eriza bergidik untuk pertama kalinya mendengar suara husky cowok itu dari dekat.

"Eriza"jawab Eriza singkat mencoba menutupi ke gugupannya saat cowok itu menoleh menatapnya.

"Jangan deket sama cowok lain"

"Maksudnya?"tanya Eriza bingung ikut menoleh hingga mata mereka bertemu.

"Lo tahu maksud gue"singkat Hazard manarik diri.

"Bentar lagi udah ganti jam"lanjut cowok itu mengulurkan tangannya seolah membaca pikiran Eriza yang hanya diam menatap.

"Kenapa?"tanya Eriza menahan langkah mereka.

"Kenapa tiba-tiba?"ulang Eriza memperjelas namun hanya di jawab dengan diam.

Toxic Hazard [New Versi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang