𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟺

4.4K 306 3
                                    

Hening menyelimuti Eriza dan Hazard saat keduanya duduk dalam diam yang tegang di dalam mobil. Pemandangan kota yang terang benderang terlihat melalui jendela, memantulkan cahaya dari lampu-lampu jalan yang berderet di sepanjang jalan. Namun, di dalam mobil, suasana terasa tegang dan hampa.

Eriza memilih untuk melihat pemandangan malam itu melalui jendela mobil, berharap bahwa keindahan malam bisa meredakan kegelisahan yang memenuhi dirinya. Namun, dia juga tidak bisa menghilangkan rasa penasaran yang memenuhi pikirannya tentang Hazard dan hubungan mereka yang rumit.

Sementara itu, Hazard tetap diam, seolah-olah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Wajahnya terlihat serius, dan matanya yang tajam terus menatap lurus ke depan, seolah-olah dia tengah memikirkan sesuatu yang dalam dan penting.

Saat mobil melaju melalui jalan yang sepi, Eriza merasa semakin terjebak dalam keheningan yang mencekam. Dia merasa ingin membuka pembicaraan, mencairkan suasana yang tegang di antara mereka. Namun, rasa canggung dan ketidakpastian membuatnya ragu untuk melangkah.

Di dalam keheningan yang menyelimuti mereka, Eriza dan Hazard sama-sama tenggelam dalam pikiran dan perasaan masing-masing. Mereka berdua menyadari bahwa ada banyak hal yang belum terselesaikan di antara mereka, dan malam itu mungkin akan menjadi momen penting dalam perjalanan mereka berdua. Namun, saat ini, keduanya hanya bisa merenungkan dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya dalam perjalanan mereka.

"Gue mau beli rokok sebentar lo mau ikut atau di sini?"tanya Hazard memakirkan mobilnya di depan mini market. Gelengan Eriza menjawab.

Setelah kepergian hazard, Eriza merasa lega. Dia merasa seperti dia bisa bernafas lebih lega sekarang, merasa seolah-olah beban besar telah terangkat dari pundaknya.

Sial. Umpat cewek itu saat membuka pintu akan melarikan diri namun terkunci dari luar.

Karena itu Eriza mendengus merasa kesal dan menghela napas frustasi, memilih untuk diam sambil menunggu dengan memainkan ponselnya. Di tengah keheningan, dia tiba-tiba terdistraksi oleh getaran ponsel milik Hazard yang tertinggal. Layar ponsel menampilkan nama seseorang yang semakin membuatnya kesal, meskipun dia tidak sepenuhnya mengerti alasan di balik perasaan tersebut.

Cessa

Dia menatap layar ponsel dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan kekesalan. Ponsel itu terus bergetar, mengingatkannya akan sesuatu yang mungkin perlu dihadapi atau direspons. Meskipun begitu, Eriza ragu untuk menyentuh ponsel tersebut, merasa bahwa ini bukanlah urusanya.

Namun, semakin lama dia menatap layar ponsel, semakin kuat juga rasa penasaran yang menggelayutinya. Apa yang terjadi? Mengapa nama itu bisa memicu reaksi emosional yang begitu kuat di dalam dirinya? Eriza merasa bahwa ada sesuatu yang perlu dia ungkapkan atau hadapi, tetapi dia masih belum siap untuk melakukannya saat ini.

Sambil menunggu sang pemilik kembali, Eriza mengalihkan perhatiannya dengan memainkan ponselnya lagi. Dia menggulir layar dengan cepat, mencari sesuatu yang bisa membuatnya teralihkan dari perasaan kesalnya. Meskipun dia mencoba untuk menjaga fokus, pikirannya terus kembali pada situasi yang membuatnya frustasi.

Saat dia mengetik pesan singkat atau menggulir media sosial, dia merasa seperti dia berusaha mencari pemecahan atau pengalihan untuk mengatasi perasaan kesalnya. Namun, di balik kesibukan tersebut, ada kegelisahan yang dalam yang tidak bisa dia hilangkan begitu saja.

"Pacar lo dari tadi telfon"ketus Eriza tanpa mengalihkan padanganya dari layar ponsel saat Hzard kembali dengan beberapa botol minuman mineral dan kaleng soda.

Mendengar itu Hzard menaikan alisnya melihat siapa kah gerangan yang sudah merusak mood cewek disampingnya itu.

"Btw lo adik kelas yang nggak sopan juga ternyata, manggil kakak kelasnya tanpa embel-embel kak"ujar Hazard tersenyum kecil.

Toxic Hazard [New Versi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang