𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟹

5.1K 356 2
                                    

Asap rokok melintas di udara, menciptakan kisah-kisah yang tak terucapkan. Eriza menyadari bahwa meskipun dia tidak menginginkan kebiasaan merokok tersebut, tetapi dia juga memiliki sisi lain dari dirinya yang tak ingin diakui: keinginan untuk melarikan diri dari tekanan dan kegelisahan yang menumpuk dalam kehidupannya.

Dia tidak munafik, menyadari bahwa ada kelemahan dalam dirinya yang harus dihadapi. Dunia malam, dengan segala misterinya, menawarkan pelarian dari kenyataan yang keras dan penuh tekanan. Meskipun dia sadar bahwa ini bukanlah jalan yang benar, tetapi saat ini, dunia malam adalah tempat perlindungan yang nyaman baginya.

Eriza merenung dalam diam, sambil menghirup dan menghembuskan asap rokoknya. Dia tahu bahwa dia harus menemukan jalan keluar dari labirin yang dia ciptakan untuk dirinya sendiri. Tetapi untuk saat ini, dia membiarkan dirinya terbenam dalam kegelapan malam, sambil menemukan ketenangan yang sulit ditemukan di dunia sehari-hari.

"Kirain anak baik-baik lo"gumam Freya menikmati nikotinya.

"Gue sih udah bisa nebak dari awal, makanya gue berani ajak dia ke sini"sahut Enrich.

"Ini kegiatan rutinitas anak-anak Mikail?"tanya Eriza tanpa menoleh dan tidak menyangkal karena nyatanya dia memang bukan anak baik-baik.

"Nggak, banyak juga dari lua. Liat anak-anak yang di meja billiard. Mereka bukan anak mikail kecuali lo tahu sendirilah "jawab Felix mengarahkan matanya.

"Tuan muda kita Athala, Jazzer, dan Hazard paling dominan di sini jadi lo harus hati-hati"kata Enrich yang duduk di samping Eriza.

"Kenapa memang?"tanya Eriza melihat kilat tajam tatapan Hazard yang terfokus membidik bola dengan cue. Di tengah bisingnya ruangan, dia bisa merasakan getaran energi yang memenuhi udara.

"Masa harus gue jawab tanpa gue kasih tahu lo juga udah tahu sendiri pengaruh ACE mereka di sekolah apalagi sekarang"delik Enrich mendengus.

Tatapan Eriza terus terpaku pada Hazard, yang sekarang bergerak dengan anggun untuk menyongsong giliran selanjutnya. Kemahiran dan ketangkasan Hazard dalam bermain biliar menyita perhatian cewek itu saat ini.

Dalam sekejap, bola itu bergerak dengan cepat, meluncur di atas meja biliar menuju sasaran yang dituju. Dan dengan ketepatan yang luar biasa, bola itu masuk dengan mulus ke dalam saku sudut meja. Suara dentuman kecil menyusulnya, diikuti oleh sorakan kecil dari para penonton yang menyaksikan aksi Hazard.

"Axel belum dateng juga, Fel?"pertanyaan Freya ang berhasil membuat Eriza menoleh.

"Nggak ada kabar sih tu anak, tadi katanya nyusul"jawab Felix melihat room chatnya.

"TUHAN! Frey! lihat nihh"pekik Enrich histeris melihatkan layar ponselnya.

"Anjing siapa yang berani bikin Axel kaya gini"umpat Freya menginjak putung rokoknya.

"Siapa yg terakhir punya masalah sama Axel?"tanya Felix datar namun mengisyaratkan emosinya.

"Lo dapet foto tadi dari siapa, En?"tanya Freya terlihat menahan emosinya.

"Status whatsapp mamanya Axel lah"jawab Enrich yang memancing delikan Freya.

"Coba lo tanya Axel sekarang di rumah sakit mana?"ujar Freya.

"Tanya ke siapa, Frey?"

"Tante Hana oon!"sahut Felix geram sendiri.

Eriza yang diam menyimak mulai berspekulasi. Setiap kata yang diucapkan oleh pihak-pihak yang terlibat menggugah naluri dan intuisinya. Terlebih lagi, saat melihat luka diwajah Hazard yang semakin jelas, ia merasa keyakinannya semakin menguat.

Toxic Hazard [New Versi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang