Chapter 2 - Berubah?

251 29 0
                                    

"Apa aku yakin, untuk merubahnya?"

Di pagi hari dini, ada seorang anak laki laki menyisir rambutnya didepan cermin yang besar, ia melepas kacamatanya yang ia pakai. Kemudian membuka kotak kecil yang berada dimeja kecilnya.

Lensa mata. Itulah isi didalam kotak itu, kemudian ia memakainya. Rambutnya yang dulu berantakan dan lebat, sudah dipotong menjadi model yang lebih keren.

Mata hijau yang dulunya suram dan redup kini berubah cemerlang hingga menembus awan kegelapan. Sudah lama ia tak tersenyum seperti itu, akhirnya senyum itu pun bisa kembali terukir dibibir nya yang sudah lama membisu.

Kakinya melangkah keluar kamarnya, dan berjalan menuju tangga ke lantai dasar dan melihat ibunya sedang menyiapkan sarapan.

"Mah.."

Ibunya pun mendongak melihat putranya yang menghampirinya. Shok melihat penampilan anaknya yang sudah berkembang, bagaikan bunga mawar yang yang mekar dipagi hari. Anak yang sedang ditatap ibunya itu bernama Harry Potter, nama panjangnya Harry James Potter tetapi sering dipanggil Harry saja.

"mama yakin, cara ini bakalan ampuh?" Tanya anaknya. Ibunya yang di depannya menatapnya dan tersenyum bangga. Lily Evans--ralat #Potter, mata hijau anaknya itu adalah warisan dari ibunya. Bakat, otak, beserta prestasinya pun juga berasal dari ibunya yang cantik jelita. Walaupun parasnya masih warisan dari ayahnya.

"mama seratus persen yakin ampuh meluluhkan hati gadis gadis diluar sana"

"mama apaan sih. Kok jadi sampai sana tujuannya!?"

"halah, kamu lihat saja nanti. Eh-ini sarapan," suruh ibunya "mama udah siapin dari tadi, mama panggil papa sama adik kamu dulu ya" sembari pergi meninggalkan anak laki lakinya di ruang makan.

"Harry?" panggil ibunya dari jauh

"Ya?" anaknya pun mendongak melihat ibunya yang sudah jauh disana balik menghampirinya lagi.

"anu- mama punya kenalan ditempat kerja, dia punya anak juga sekolah disitu, orangnya seumuran kamuu" ujar ibunya, memang benar ini adalah hari pertama Harry bersekolah di sekolah barunya.

"perempuan atau laki laki?"

"Perempuanlah" ucap ibunya, Harry menyeringai melihat pupil mata ibunya yang melebar.

"terus aku suruh ngapain?" dahinya menyerit, agar bisa memahami ucapan ibunya.

"ajak dia temenan"

"ohh..."

"lebih dari temen juga ngak papa kok, mamah bolehin" ucapnya, ia terkikik pada ucapannya sendiri

"aku juga belum lihat orangnya seperti apa"

"Denger denger dari teman kerja mama, katanya orangnya itu pinter, dia sering dapat juara  1 disekolahnya, cantik lagi"

"Terus?"

"kamu harus kalahin dia dong!" dorong ibunya

"memang namanya siapa Ma?"

"kalo mama nggak salah dengar namanya ituu..." ucap ibunya menyerit--mengingat ngingat siapa nama anak temannya itu "oh iya, Hermione"

"Hermione?" ulang anaknya

"iya Her.mi.one"

"kayak nggak asing sama namanya ya" batin Harry menyipitkan matanya. Ia seperti mengingat sesuatu tentang nama itu, tetapi ia memilih untuk bodo amat, yang Harry tau pasti itu sangat tidaklah penting.

****

Ketika mereka sampai sekolah, ingin ke ruang kepala sekolah sekitaran jam 08.30 Harry hanya bersama ibunya tanpa ayahnya. Kata ayahnya ada meeting dadakan dipagi hari ini, walaupun ayahnya terburu buru ia tak lupa mengecup pipi kedua anaknya dan istrinya.

Dijam 08.30 murid murid masih mengadakan pembelajaran dikelasnya, sehingga lorong sekolah terlihat sepi. Tetapi sekitar 1 atau 2 murid keluar kelas, mungkin hanya untuk ke kamar mandi.

Saat ada gadis berpapasan dengan Harry dan ibunya, gadis itu tersenyum kepadanya, Harry pun juga membalas senyumannya. Tetapi ketika gadis itu sudah pergi dari pandangannya, ibunya itu-

"Harry!" sentak ibunya

"Kenapa Ma?"

"kalau ada cewek yang senyum sama kamu, kamu jangan ikutan senyum!" pelik Lily, marah

"kan biar sopan Ma. Masa' aku harus marah?"

"kalo ada cewek yang natep kamu cuekin saja!"

"iya."

"Harry, kalo kamu suka sama orang lain jangan dilihat dari fisiknya aja. Lihat kelakuan sama hatinya benar benar bersih atau tidak"

Harry hanya diam diam mengangguk mendengar ibunya berkata dengan seperti itu. Memang ada benarnya.

Ketika mereka sampai ke ruang kepala sekolah, mereka berbicara bahwa Harry tidak perlu mengulang tahun pelajaran ditahun semester awal, hanya pertengahan semester ini ia akan memulainya. Bahkan hari ini ia juga bisa memulainya.

Harry ke pilih di kelas A. Kelas A adalah kelas unggulan yang diisi dengan siswa dengan nilai yang melebihi rata rata. Siswanya juga tak banyak sekali, hanya sekitaran 20 orang yang terpilih. Fasilitasnya pun juga lebih mendukung dari kelas kelas bawahnya. Siswa yang bisa masuk kelas A tak memandang dari kebutuhan ekonominya, melainkan dari banyaknya prestasi yang mereka capai.

****

Ketika menjelang istirahat pertama, bel pun langsung berdering nyaring di lorong lorong sekolah.
Didalam kelas A, guru yang berada di depan papan tulis itu menepuk nepuk tangannya, meminta perhatian pada muridnya.

"murid-murid diam sebentar!" bentaknya "bapak kepala sekolah silakan masuk" ucapnya yang tiba tiba orangnya muncul didepan pintu.

"selamat pagi murid murid." salam kepala sekolah itu yang dijawab muridnya "disini bapak ada kabar gembira buat kalian semua, 2 minggu lagi kalian akan mengikuti ujian tengah semester, setelah ujian berakhir akan diadakan kemah" jelasnya segera dia berbicara lagi "dan kemudian akan ada outbound selama 2 hari--hanya berlaku di kelas A saja" teriak pak kepala sekolah itu diakhir kalimat

Terdengar lah seruan teriakan gembira dan ocehan senang di dalam kelas itu, sampai sampai tidak ada yang bisa berhenti berbicara.

"shuttt... Diam!"

"ada 1 kabar gembira lagi yang saya sampaikan, ayo masuk!"

Entah siapa yang disuruh masuk, tiba tiba ada seorang anak laki laki yang masuk ke kelas itu. Tubuhnya yang menawan, parasnya yang mendukung, dan pakaiannya yang tampak elegan. Membuat cewe-cewe didalam kelas berhenti cerewet untuk memperhatikan lelaki didepan papan tulis dengan mulut melangah.

"Murid-murid kalian akan memiliki teman baru. Dia akan mengikuti pembelajaran mulai pertengahan semester ini, harap kalian dapat berteman baik, dia pindahan dari asrama." Ucapnya sambil menepuk pundak lelaki muda itu. dan memberi kode seakan ia harus melanjutkan kalimatnya.

"Haii.." hanya kata itu yang terlintas di benaknya, setelah diam beberapa detik kemudian dia berkata

"perkenalkan nama saya Harry, Harry Potter"

When My Heart Choose You [Harmione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang