Chapter 7 - Godaan

230 25 2
                                    

"anak-anak hari ini ulangan fisika dadakan"

Sedetik berlangsung dengan keluhan dan celotehan murid-murid didalam kelas.

"pak, saya belum belajar pak" ucap salah satu murid tersebut saat pak guru memberikan selembar kertas soal

"dikerjakan sebisanya! Jangan buat contekan dikertas, jangan tirunan, jangan mencoret-coret meja. Di atas meja hanya ada kertas dan bolpen. Semua buku dilaci dimasukkan kedalam tas!" ucap guru panjang lebar "saya lebih suka kalau kalian mengerjakan dengan jujur meskipun nilainya jelek" tegas guru itu, meskipun ada beberapa murid yang masih dongkol diberitahu.

"waktu kalian 45 menit untuk 10 soal dengan jawaban hitungan"

Beberapa menit telah berjalan, hingga bergulir ke pelajaran berikutnya, yaitu pelajaran prakarya.

Di pelajaran prakarya mereka ditugaskan membuat miniatur rumah bersama kelompoknya masing-masing 2 orang dan itu pun urut absen.

"aku nomor absen 14, berarti aku sama absen 13" ucap Hermione pada dirinya sendiri

"eh nomor absen 13 siapa sih?" tanya Hermione pada Luna yang duduk disampingnya

"tiga belas itu... kamu sama Harry," kejut Luna yang masih binggung ingin ingin tertawa atau tidak

"masa sih?" Hermione tak percaya, raut wajahnya menampakkan kejengkelan, namun tidak dengan hatinya. Ia malah diam-diam bahagia

"beneran, ini liat" Luna yang dipilih menjadi sekretaris kelas mempunyai buku absensi, otomatis dia hapal urut absen teman-temannya yang setiap hari membaca buku absensi. "cieee..." girang Luna

12. Hannah Abbout
13. Harry Potter
14. Hermione Granger
15. ...

"kirain aku sama Hannah" Hermione beralasan-membelokkan topik berpura-pura tidak bahagia agar ia tidak di cie cie-in oleh teman bangkunya

"Hannah Abbout absen 12, dulu kamu absen 13, karena Harry datang kamu jadi absen 14 lalu Harry absen 13"

"ohh"

"cuma bilang 'ohh' doang?" canda nya, sambil menyembunyikan senyumnya

"terus mau bilang apa lagi?"

"bilang cinta kek"

"sama?"

"Potter"

Pipi Hermione bersemu merah merona, Ia tak pintar menyembunyikan perasaannya.

"apaan sih!"

"apaan," ejeknya "pasti kamu suka kan?"

"enggak" elaknya, memutuskan untuk membuka buku paket dan mengabaikan ucapannya

"hilih, gengsi banget sih, nanti kalo dia keduluan cewek gimana?"

"biarin, itukan hak dia"

"Serius mau kamu biarin? Pasti otak overthingking mulu setiap malem. Iya kan?" Ucap Luna, ia hanya memperkirakannya dan mungkin ada benarnya juga.

"gak usah malu lah Her, semua orang juga sudah tau kalau kamu itu naksir sama Harry" bisik Luna diakhir kalimat "walaupun aku juga gak tau hatimu bener-bener buat Harry apa bukan"

"tau dari mana aku suka sama Harry?" heran Hermione

"kamu gak inget ya, kemarin kamu jatuh langsung ditolong Harry? bahkan tadi ada yang gosipin kalo kemaren kamu sengaja jatuh biar ditangkap sama Harry bukan karna didorong Lavender" ucap Luna yang merasa bahwa perkataannya tak diperdulikan oleh Hermione yang sedang menulis, tapi ia masih melanjutkan ceritanya karena ia yakin bahwa telinganya Hermione masih berfungsi "baru saja tadi Harry lewat koridor ada cewek di dalam kelas IX C yang teriak histeris gara-gara ketemu sama Harry"

When My Heart Choose You [Harmione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang