Part 5

4K 25 0
                                    

Nana naik ke meja wastafel dan menekuk kedua kakinya sambil mengangkang.

Aku dimintanya mengoral kemaluannya yang merekah dan tampak merah. Seperti kerbau dicocok hidung aku menuruti kemauannya. Aku mengatur handuk untuk menopang lututku yang
bersimpuh di lantai.

Dengan posisi berdiri pada lutut aku mengoral Jeanet, yang mengerang ngerang tanpa tedeng aling-aling.

Sementara aku sedang berkosentrasi mengoral nana, aku merasa di bawah sana senjataku seperti juga dioral. Aku tentu saja tidak bisa melihat, tapi bisa menduga pasti itu kerjaan Novita.

Dalam situasi yang mebingungkan itu, rangsangan yang kurasakan jadi tidak maksimal. Apa boleh buat semuanya harus aku terima dengan ikhlas. nana tidak lama kemudian sudah mencapai orgasme, ditandai dengan tangannya membekap kepalaku dan kemaluannya berdenyut-denyut.

Sementara aku sudah mencapai rangsangan yang sempurna dengan kekerasan senjata maksimal. nana menarikku agar berdiri dan dia
segera meraih senjataku lalu dituntun nya memasuki gerbang merah.

Novita bangkit dari kolong wastafel dan dia duduk di toilet sambil memperhatikan kami bertempur.

nana sangat liar dan jalang. Dia mendesis dan bersuara berisik sekali. Aku jadi makin terangsang sampai akhirnya aku orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Aku tidak tahu apakah nana mencapai orgasme juga. Mungkin saja ketika tadi aku menyemprotkan lahar ke dalam liangnya dia menarik pantatku kuat sekali. Dikala penisku berdenyut aku tidak sempat memperhatikan apakah liang Jeanet juga berdenyut.

Usai pertempuran itu kami mencuci bagian vital kami dengan shower. Kamar mandinya jadi becek dengan genangan air di sana sini.

Sebelumnya aku sempat mengangkat handuk yang digunakan untuk mengalasi dengkulku tadi.

Belum sempat aku bertanya dari situasi yang rumit barusan, Si Novita mengikuti apa yang dilakukan ibunya. Dia mengangkang diatas meja wastafel yang juga minta dioral. Aku ditariknya
utuk segera menservicenya. Aku tidak sempat bertanya dan minta izin ibunya, kepala ku sudah ditarik Novita keselangkangannya.

Kuturuti keinginan Novita dan aku kembali mengoral. Namun kali ini gudukan kecil yang masih gundul.

Novita menggelinjang-gelinjang mengantisipasi sapuan lidahku langsung di clitorisnya.

Sialnya anak kecil ini lama bener orgasmenya sampai aku capek. Dalam kondisi habis bertempur kondisiku tentu tidak terlalu tangguh.

Tapi senjataku cukup tangguh, karena dia kini sudah membengkak hampir sempurna lagi. Mungkin sensasi 3 some
aneh ini membuat dia cepat terbangun.

Mungkin Novita bosan dijilat terus menerus tapi tak kunjung mendapat orgasme.

Dia menarik kepalaku ke atas dan aku diminta menghunjamkan rudalku ke dalam belahan kecil yang memerah.

Aku turuti saja kemauannya, karena aku pun baru pertama kali ini mencicipi gadis yang sangat belia.

Pelan-pelan kutekan senjataku memasuki gerbang kecil. Aku sangat berhati-hati menekankannya.

Tetapi rasanya tidak ada halangan yang berarti. Kesimpulanku Novita sudah
tidak virgin lagi. Dia bukannya meringis kesakitan malah menarik pantatku kuat-kuat sambil menggoyang pinggulnya.

Senjataku tanpa halangan berarti sudah terbenam sempurna. Aku terus memompanya, mungkin sampai 10 menit tanpa ada tanda-tanda Novita akan
orgasme. Aku sendiri merasa O ku masih jauh.

Kugendong Novita lalu aku mengarah masuk ke bak mandi. Aku duduk di bibir bak, dengan kaki terendam air hangat.

Posisinya kini Novita berada diatas ku seperti duduk dipangkuan dengan posisi berhadapan. Setelah aku duduk dengan posisi yang PW, Novita menggerakkan pinggulnya dengan irama yang gak karuan.

Dia mulai mengerang-erang. Mungkin dia mendapatkan posisi yang tepat sehingga dia melakukan gerakan yang dia inginkan. Pada posisi itu dia kemudian mengerang dan menjepitkan kedua kakinya ke badanku.

Setelah dia mencapai kepuasannya, aku segera membopongnya keluar bak mandi dan mencuci kemaluannya.

nana hanya senyum senyum saja. Enak nak, tanyanya ke Novita. Yang ditanya mengangguk.

Jangan heran ya, keluarga kami memang aneh, kata Jeanet ketika kami kembali berendam.

Seusai mandi dan mengeringkan badan kami keluar dari kamar mandi tanpa ditutupi baju lagi langsung masuk ke dalam selimut.

Aku di pinggir, Novita di tengah dan Jeanet di sisi lain.

Dari penjelasan nana, Novita diperawani ayahnya sendiri. Mereka di rumahnya menerapkan free sex.

Mereka bebas telanjang, termasuk pembantunya. Kalau suaminya menginginkan hubungan intim, dia lakukan begitu saja dimana pun kepada siapa pun termasuk pembantunya.

Tidak ada rasa cemburu di rumah itu, dan tidak ada keinginan menguasai. Mereka sudah hidup seperti itu lebih kurang 2 tahun.

Jadi Novi umur berapa diperawani, tanyaku. Mungkin waktu itu masih 10 tahun, kata Jeanet.

Aku bukannya heran malah makin terangsang. Apalagi tangan Novi terus meremas-remas batangku dia bangkit dan membuka selimut sehingga kami terpapar telentang telanjang.

Ibunya ikut bangkit dan langsung menyosor batangku yang sudah tegang sedari tadi.
Hanya sebentar dikulum-kulum dia lalu menaiki tubuhku dan memasukkan senjataku ke celahnya.

Aku pasif saja sementara nana memacuku dengan gerakan dan celotehannya.

Dia mencapai orgasme lebih cepat dari ku sehingga aku harus membalikkan posisi untuk menggenjot nana

Sambil aku mengayuhnya aku mencari posisi yang paling dirasakan enak oleh nana. Setelah posisi itu kuketahui aku bertahan begitu dengan terus menggenjut. Kami akhirnya hampir
bersamaan mencapai orgasme
TAMAT

SATU MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang