Hai,, salam kenal aku bebyBears
Dukung aku terus untuk optimis menulis ya kawan!
Terimakasih sudah mau mampir ke cerita aku yang perdana ini.
Jika kalian suka sama ceritanya boleh minta klik bintangnya gak? Atau komentar juga boleh.
Maaf ya jika cerita pertama aku gajelas.
Okee selamat membaca ya kawan!
*****
“Ami” teriak gadis berambut panjang dengan cepol asal nya itu.
Ami, nama itu sedari tadi Vina panggil panggil namun sang pemilik nama itu tetap saja berjalan menjauh dari Vina yang tengah berusaha mengejar Ami dengan langkah lebarnya.
Vina langsung meraih tangan kanan Ami ketika sampai disebelah gadis bertubuh tinggi itu.
“ada apa lagi sih Vin?” tanya Ami dengan nada ketus khasnya ketika tengah menahan amarah.
“kamu kenapa marah sama aku Mi?” Vina menanyakan hal yang sama kembali pada gadis cantik di depannya itu.
Ami mencoba melepaskan cengkalan tangannya dari genggaman Vina yang masih saja setia menggenggam tangan miliknya “gue kesel sama lo Vin,” hardiknya dengan ketus.
Vina mengerutkan dahinya pertanda bahwa gadis itu tengah bingung “sebabnya apa? Kenapa tiba-tiba Ami kesel sama Aku padahal gak ada angin gak ada hujan.” ucapnya panjang lebar.
Ami berdecak sebal dan kesal sendiri dengan sahabatnya yang satu itu “Vin, lo tuh jangan terlalu baik deh jadi orang,” ucapnya dan justru membuat Vina tambah menautkan Alisnya.
“Ami kalau ngomong yang jelas dong. Aku ga paham sama ucapan kamu,” kini Vina kesal sendiri dengan Ami lantaran gadis itu memutar mutarkan perkataannya.
Kini Ami dan Vina tengah berdiri di depan kantin yang masih ramai siswa siswi yang hilir mudik ke kantin.
Kedua gadis itu berdebat tanpa merasa malu sedikitpun dengan siswa siswi yang memandangi mereka berdebat.
“lo tau ga sih, lo tuh dimanfaatin sama Lia,” Ami sedikit meninggikan nada bicaranya hingga hampir sebagian siswa siswi yang di sana menatap mereka dengan bingung dan bertanya tanya sendiri apa yang tengah terjadi diantara kedua gadis itu.
Vina melepaskan genggaman tangannya pada tangan Ami “aku ga ngerasa dimanfaatin sama Lia, Ami” ucapnya dengan iris mata coklatnya beradu pandang dengan iris mata hitam milik Ami.
“aku gak papa disuruh suruh sama Lia, aku juga gak papa kalau Ami nyuruh nyuruh Aku buat beli ini itu.” lanjutnya menjelaskan apa yang tengah dirasakan Vina pada Ami yang masih saja memasang wajah ketusnya.
Ami kembali berdecak sebal dengan sahabatnya yang satu itu, “tapi ini kasusnya beda Vin, Lia sama Nita satu arah sama yang jualan bakso. Mereka bisa beli sendiri kenapa lo mau-mau aja di suruh beli bakso buat mereka padahal diri lo sendiri gak beli,” ucap Ami panjang lebar menjelaskan penyebab kekesalan gadis itu.
Vina sedikit mematung dengan apa yang di ucapkan Ami padanya “Ami, kita tuh harus baik sama semua orang tau,” ucapnya.
“terserah lo Vin,” Ami sudah bosan mendengar ucapan andalan Vina ketika gadis itu mengingatkan apa yang Vina lakukan itu merugikan dirinya sendiri.
“jangan marah ya sama Aku Mi,” ucap Vina dengan mata sedikit berkaca kaca.
Ami dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya lalu memutarkan kembali tubuhnya agar menghadap kearah dimana Vina berada saat ini “oke, gue ga marah sama lo. Tapi lo harus janji satu hal sama gue,” ucapnya dengan tatapan teduh kearah Vina.
Manik hitam milik Ami bertemu dengan manik coklat milik Vina yang kini sudah sedikit ada genangan air dimata gadis itu, “apa?” tanya Vina dengan suara bergetar.
“lo ga boleh dimanfaatin sama orang lain,” ucap Ami dengan nada tegasnya.
Memang Ami gadis yang cukup tegas dan juga galak namun sebenarnya gadis itu lembut dan penyayang,Ami juga menjabat sebagai wakil ketua osis di sekolahnya sedangkan Vina?
Gadis lembut nan ceria itu hanya siswi biasa yang tak mempunyai banyak teman karna memang sebenarnya gadis itu cukup pendiam saat dengan orang yang belum Ia kenal.
Vina tersenyum manis hingga memperlihatkan kedua lesung pipit di pipinya “iya Ami,” ucapnya dengan nada semangat khas dirinya.
“lain kali kalau emang lo mau nolak apapun yang mereka perintahin ke lo tuh tolak aja ga usah merasa kasihan sama mereka paham,” Ami menceramahi sahabatnya yang satu itu dengan nada lembut sambil memegang kedua pundak Vina dan mencoba meyakinkan gadis itu jika semuanya akan baik-baik saja.
“tapi aku gak tau cara nolaknya gimana,” ucap Vina sambil kembali menundukkan kepalanya.
Suara decakan dari mulut Ami terdengar kembali dan gadis itu melepaskan genggaman tangannya di pundak Vina “tinggal bilang gak mau,” ucapnya.
“tapi,,” belum sempat Vina menyelesaikan ucapannya namun sudah dipotong oleh ucapan Mia.
“ga usah tapi-tapi an Vina, kalau emang lo gak suka bilang, kalau lo ga mau bilang, kalau lo capek juga bilang. Ga usah lo jawab ‘iya’ semua yang mereka mau,” cerca Ami.
“coba lo lebih jujur sama diri lo sendiri, kalau mau marah sama mereka gapapa itu hak elo, lo juga punya hak atas diri lo sendiri jangan mau jadi boneka yang dengan seenak jidat mereka mempermainkan hidup lo dengan sesuka hati mereka,” lanjutnya dengan sedikit nada tinggi.
“lo juga berhak bahagia,” setelah mengucapkan kata itu, Ami langsung melangkahkan kaki meninggalkan gadis berambut sebahu itu.
Sedangkan Vina, gadis itu tetap saja berdiri di tempatnya dengan mata berkaca-kaca “maaf ya Ami,” monolognya lirih.
*****
Sampai jumpa di part selanjutnya ya,,
Babay
KAMU SEDANG MEMBACA
Algoritma
Teen Fiction"kalau memang sejak awal kamu gak mau menetap setidaknya jangan menjadikan aku bergantung sama kamu," "gue gak nyuruh lo buat bergantung sama gue, itu pilihan lo sendiri. Jangan jadikan gue sebagai alasan yang memang luka itu lo buat sendiri," Vina...