3.Butik

3 0 0
                                    

Dion sudah menyalakan mesin motor kemudian disusul Syifa yang menyimpan tasnya di depan. Tepatnya di belakang tas Dion. Menjaga jarak katanya biar aman.

Dion tak pernah bertanya kenapa. Dia sudah mengerti bagaimana sahabatnya ini.

Suara motor Dion beradu dengan suara dari kendaraan lain melewati jalanan Ibukota.

"Cari apaan di butik?" Tanya Syifa memecah keheningan diantara mereka.

"Ambil kado buat mamah!" Jawab Dion sedikit berteriak karena berderu dengan angin.

Syifa mengangguk anggukkan kepalanya kemudian dia tersadar.
"Loh? Sekarang udah 14 September? Ya Allah gue lupa!" Teriak Syifa sambil menepuk punggung dion yang terbalut kemeja putih.

"Kenapa emanganya?" Tanya Dion saat sudah sampai di parkiran butik milik teman mamahnya.

"Ya Allah gue lupa kalo lusa ultahnya mamah" Syifa memang memanggil mamah Dion dengan sebutan itu sedari kecil. Tak ayal mereka sudah seperti saudara kandung. Padahal ada yang menginginkan lebih. "Padahal gue udah bikin alarm di hp. Di tanggalan kamar gue juga udah gue lingkari sama pulpen merah" lanjut Syifa.

"Gak papa Syif, lagian kenapa sih, mau beli kado? Besok kan bisa! Udah yuk masuk, klo kemalaman bisa di kunci dikamar lo sama ayah, kan gue gak bisa main lagi sama lo kalo di---, Woy tunggu!" Syifa tak mendengarkan ucapan Dion. Dia mendahului Dion masuk ke butik.

"Ada yang bisa saya bantu dek?" Ucap mbak mbak resepsionis. Syifa tersenyum ramah kemudian menjawab. " mau liat liat dulu mbak"

"Silahkan" ucap mbak resepsionis dengan ramah.

"Lo mau beli apaan buat mamah?" Tanya Syifa saat Dion sudah menyamai langkahnya.

"Gue juga bingung" jawab Dion sambil melihat lihat berbagai barang yang indah disana.

"Tas mamah udah banyak, sepatu juga, gaun apalagi!" Ucap dion bingung.

"Umm, gelang? Kalung? Cincin?" Saran Syifa.

"Lo mau cincin? Ntar aja ya, kalo gue udah punya rumah sendiri gue beliin lo cincin yang banyak bagus-bagus" ujar Dion tak masuk akal.

"Apaan sih lo aneh aneh"

"Canda Syipa"

"Cindi syipi!"Dion terkekeh mendengar sahabatnya meniru kata-katanya dengan merajuk.

"Yang ini gimana?" Tanya Dion sambil memegang cincin berwarna silver. Terlihat sederhana namun indah. Ea kek lagu.

"Dion!" Ucap Syifa memperingati.
Lagi, Dion terkekeh. Lucu sekali melihat Syifa seperti itu. Dion suka, eh?.

"Eh, Dion ya?" Sapa seorang wanita paruh baya kepada Dion.

"Tante Hanum!" Balas Dion ramah.

"Apa kabar, tumben mampir, mau cari apa? Cari Silky? Silky-nya enggak ada lagi di rumah" ucap Tante Hanum antusias.

"Eh enggak tante mau cari kado buat mamah" jawab Dion dengan memberikan senyum manis yang memperlihatkan gigi gingsulnya.

Tante Hanum terkekeh.
"Iya, tante tadi cuma bercanda" kata Hanum kemudian menatap gadis di samping Dion yang sedari tadi hanya memperhatikan interaksi keduanya. "Siapa? Pacarnya ya?" Tanya Hanum menggoda Dion.

"Iya tante hehehe" ucap Dion yang langsung mendapatkan cubitan di pinggangnya.

"Yah, Silky udah nggak ada tempat dong, saingannya cantik gini. Solehah lagi" ujar Hanum dengan wajah kecewa memperhatikan Syifa yang Cantik meski rambutnya tertutup Jilbab dan kakinya yang tertutup rok panjang juga lengannya yang tertutup kemeja putih panjang.

Syifa hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Awas lo yon!. Batin Syifa.

"Eh iya mau cari kado apa, iya ya lusa Rani Ulang tahun ya, kok tante enggak dapat undangan?" Tanya Hanum dengan mempersilahkan kedua tamunya melihat lihat asesoris yang ada.

"Anu tante, sebenernya emang enggak ada undangan soalnya enggak di rayain" ucap Dion sedikit sungkan. Hanum hanya tersenyum  mengangguk mengerti.

"Yang ini gimana kayaknya cocok buat Rani" ucap Hanum seraya memperlihatkan arloji kepada Dion dan Syifa.

"Gimana Syif?" Tanya Dion kepada Syifa.

"Bagus, gue suka, cocok banget kalo di pake mamah" jawab Syifa yang di dengar  Hanum.

"Aduh, manggilnya aja mamah. Semoga langgeng terus ya kalian, suka deh tante liatnya." Ujar Hanum antusias.

Dion terlekeh, sedangkan Syifa hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Hanum.

"Yaudah tante Dion ambil yang itu aja" ucap Dion.

"Yen! Tolong bungkus ini ya" ucap Hanum kepada salah satu karyawannya.

Tak beberapa lama karyawan yang tadi datang dengan membawa paper bag kecil.

"Ini bu sudah siap"

Hanum menerima paper bag itu kemudian diberikan kepada Dion.
"Semoga mamah kamu suka" ujarnya.

"Aamiin, makasih banyak tante. Yaudah kalo gitu kami pamit ya tan"ucap Dion.

"Iya, hati hati ya kalian"

"Iya tante. Permisi, assalamualaikum" ucap Dion dan Syifa.

"Waalaikumsalam" jawab Hanum.

Sesampainya diparkiran Syifa langsung melayangkan sebuah pukulan cukup keras di lengan Dion.

Plak!

"Aduh! Sstt sakit Sy!" Dion mendramatisir keadaan dengan mengusap usap lengannya dengan wajah kesakitan.

"Lo ngomong gitu lagi gue tampol tu muka pake sepatu!" Ucap Syifa garang.

"Iya iya maaf, gue gitu biar gak di jodoh-jodohin sama Milki!" Ucap Dion masih menggosok lengannya.

"Silky ya! Milki milki! Milki yang mana lagi nih? Adek kelas?!"

"Stt santai dong Sy di liatin orang tuh... berasa jadi pacar yang ketahuan sebut nama cewek lain" tegur Dion saat melihat mereka menjadi pusat perhatian beberapa orang yang lalu lalang.

"Elo sih! Udah ayo pulang!" Seru Syifa masih dengan kekesalannya.

PMS nih cewek; batin Dion.

"Dion ayo!"

"Iya iya Ya Allah"

Mereka pun pulang memecah jalanan dalam sunyi. Syifa tengah sibuk memikirkan kira-kira kado apa yang cocok untuk mamahnya.
Akhirnya dia memutuskan untuk memikirkannya nanti di rumah. Lebih tepatnya meminta pendapat sang bunda.

------------------------------------------------------

Yaa kurang lebih seperti itulah.
Hati emak emak itu biasanya sinkron gitu kan? 😅

Udah dulu lah...
Jangan lupa VOTE yaa, karena VOTE itu GRATISSSS

SEE YOU GAESSS

LOVE YOU READERS😘
.
.
.
.
.
.

JANGAN LUPA FOLLOW IGKU
👉 baity.r_25  👈

❤❤❤

Asy-SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang