Kau bukan rumah..
••
Hari demi hari berlalu, waktu terus berputar dan hubungan menjadi semakin kukuh. Tumbuhlah ikatan batin antar berdua. Setiap kali salah satu merasa terpuruk, maka akan ada yang memeluk.
Begitulah (Name) dan Morgen.
Semakin lama, gadis itu mulai bangkit dari rasa bersalahnya. Dan kini kembali tegap bersama Morgen. Tak ingin kehilangan untuk yang ketiga kalinya, (Name) selalu berusaha menjaga Morgen dan memberikan semangat.
Hingga semua hubungan itu berubah lebih serius. Berawal di sebuah bukit, dan kini..
..kembali lagi ke bukit itu
Duduk bersila memandangi satu sama lain. Morgen tampak serius saat ini, namun kurva indah itu tak luput dari bibirnya. Bahkan sang gadis merasa heran akan suasana ini.
"(Name).."
"Y-ya..? Apa kau baik-baik saja?-"
"Aku pernah membaca suatu buku dari ruangan William, disana aku mendapati sebuah rangkain kata-kata yang sepertinya menggambarkan suatu keinginan di dalam benakku.."
"..Aku berharap mampu memundurkan waktu, sehingga aku bisa bertemu denganmu lebih awal dan meluangkan waktu lebih banyak bersamamu."
"..Itulah kata-kata yang sepertinya ingin ku ucapkan padamu. Meski..aku tidak tahu mengapa aku ingin sekali menyampaikannya secepat mungkin.."
Morgen berkata, secara halus dan hati-hati. Manik biru terang itu menatap lekat dan dalam, walau pada akhirnya memutuskan sendiri kontak itu.
"....."
"U-uwah..terima kasih untuk itu, tidak. Maksudku untuk semuanya, semua hal yang telah kau katakan, berikan, dan waktu yang telah diluangkan.." ujar (Name) gelagapan.
"*Ekhem! Suatu saat, aku pasti akan mengembalikan semua itu padamu. Terima kasih" dia melanjutkan, dengan senyum cerianya.
Namun Morgen justru menggeleng, dia memegang pucuk kepala 'gadisnya' dengan lembut.
"Tidak, kau tidak harus. Bahkan aku tidak memperbolehkan mu melakukan semua itu. Cukup aku yang melakukannya, dan kau hanya menikmati nya, (Name).."
".. Mengerti itu? Sekarang, lebih baik kau jatuh kesini, ke tangan ku. Entah mengapa akhir-akhir ini aku terobsesi untuk memeluk mu"
Morgen berujar dengan merentangkan tangannya, seketika sang nona melakukan sesuai instruksi dan jatuh pada dekapan pemuda itu. Mereka berdua tersenyum bersama dengan penuh kehangatan. Dunia pun menjadi milik berdua, tak ingin ada yang tergantikan atau kehilangan.
Morgen maupun (Name) sadar dan semakin yakin kalau..mereka jatuh hati satu sama lain.
"Terobsesi? Yah..itu tidak apa-apa. Tampaknya aku juga mengalami hal yang sama"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐮 𝐊𝐢𝐫𝐚 𝐊𝐚𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 ; Morgen Faust
Truyện Ngắn❝𝘒𝘢𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩..❞ -Amigdala Based on a song by the Amigdala ━━━━┅━━━┅━━━━ 𝘿𝙧𝙖𝙗𝙗𝙡𝙚 Written by: sanss_tuyy Morgen Faust ©Yuki Tabata