07

162 35 1
                                    

Kau.. bukan rumah..




••





Angkasa telah dilahap kegelapan. Tiada bintang dan purnama di langit, hanya semilir sejuk menerpa dimalam ini. (Name) kini tengah duduk di meja nya, menulis sebuah surat untuk sang terkasih. Sebuah kurva terlihat di bibirnya, gadis itu sangat antusias malam ini.



"Apa itu sudah cukup baik? Seharusnya hanya dengan kata-kata ini saja dapat membuat Morgen tersipu. Aku tidak ingin hanya dirinya saja yang dapat membuat gombalan.."



Kata per-kata ia baca ulang, dengan surat penuh sajak itu sang nona tersenyum-senyum sendiri atas hasil goresan pena nya di atas kertas itu. Begitu telah memeriksa secara seksama, (Name) langsung mengambil parfum olesnya dan membaluri amplop putih itu dengan pewangi tersebut.



Dan tak butuh waktu lama, ia mengirimkan nya menggunakan burung hantu surat kepada Morgen Faust.











"Aku tidak bisa marah, karena bagiku kau adalah anugerah terindah yang mendekap barisan hariku penuh bahagia tumpah ruah. Sepotong senyum yang kau titipkan pada arakan senja, menghapus kesalku jadi tawa merekah, dan rinduku tiba-tiba dipenuhi keindahan yang berlimpah."


(Name) (LastName)







Setelah menunggu beberapa waktu dalam keadaan percaya dirinya, untuk balasan dari Morgen. Akhirnya burung hantu surat (Name) kembali. Dengan sebuah amplop yang berbeda di kakinya. Dalam sekejap gadis itu melompat dari kasur dan meraih surat tersebut.


Satu, dua, dan tiga. Dirinya mulai membaca. Dan dalam kurun waktu hanya 5 menit, pipi gadis itu langsung merona bagai mawar merah. Melihat balasan Morgen yang tak kalah indahnya.






"Kamu itu majas, terlihat rumit dan lain. Tapi penuh keindahan.

Dan Kamu sangat populer di kepalaku. Bahkan saat aku tidur, kepalaku tetap disibukkan olehmu. Karena kamu selalu singgah dalam mimpiku.


Tidurlah, sebab rindu juga butuh istirahat”



“Selamat malam (Name), terima kasih”





—Morgen Faust—

𝐊𝐮 𝐊𝐢𝐫𝐚 𝐊𝐚𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 ; Morgen FaustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang