10

336 45 11
                                    

. . .

••

Saat pagi itulah juga, hari pemakaman diadakan. Banyak sekali orang-orang berkumpul saat di makamkannya hampir seluruh keluarga Faust.





Para Pasukan Ksatria Sihir, teman sesama bangsawan mereka, bahkan orang-orang yang pernah Morgen tolong pun turut hadir saat itu. Tak terkecuali seseorang yang paling dilindungi oleh sang pemuda.




(Name) datang, meski dalam keadaan sakit. Ia tetap hadir agar melihat tubuh seseorang yang selalu ia khawatir kan untuk terakhir kalinya. Dan kekhwatiran itu, ternyata menjadi nyata tepat di depan mata.




Dia diam, sang puan memperhatikan dengan seksama peti itu di letakkan pada liang tanah. Peti yang berisikan Morgen Faust didalamnya.

















"........"













































Acara itu berakhir, semua orang bubar. Termasuk gadis itu juga, tepat setelah ia mencium nisan itu. (Name) langsung pergi. Meninggalkan Nacht yang tetap bersedih di samping makam saudaranya.



Rambutnya berkibar, tat kala angin kencang menerpa. Pandangan itu, untuk ketiga kalinya tertunduk dalam-dalam. Beberapa detik terjadi keheningan hingga suara tangisan terdengar.








Dan lagi-lagi ia berada di bukit yang sama.








Layaknya sebuah deja vu.









"... Ku kira kau rumah.."










Dia bergumam, tersirat sakit hati yang mendalam dari lirihan kecil itu. Sungguh menyesakkan, ketika kau tahu jika belahan jiwa mu, separuh nafasmu, dan rumah untuk berteduh mu.. telah pergi.





"Kau datang..saat kekasih ku telah lenyap. Membantuku untuk bangkit dari semua kesalahan dari masa lampau itu, dari terpuruknya diriku.."


"..Kau datang sebagai cahaya fajar, saat orang yang kuanggap layaknya senja itu telah redup"






Sang nona merasa semakin sesak dikala semua memori itu menelusup ke kepalanya. Bagaimana dia datang dan menawarkan untuk menjadi tempat bersandar, bagaimana dia yang selalu berkata lembut khas penuh cintanya, bagaimana dia yang selalu memeluk tubuhmu, mendekapnya, sambil berbisik..













"Aku tidak minta bintang atau bulan kepadamu. Cukup temani aku selamanya di bawah cahayanya.."













"..N-namun ketika cintaku, purnamaku! Telah penuh seutuhnya padamu, Morgen.."



"..Kau telah pamit lebih dahulu, menghilang, tanpa berkata apapun. Tak ada sama sekali. Kalimat terakhir yang kau ucapkan hanya.."




















𝐊𝐮 𝐊𝐢𝐫𝐚 𝐊𝐚𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 ; Morgen FaustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang