😰

10 2 0
                                    

[🤍🤍🤍]

"THIS IS NOT A DREAM!? OH MY GOSH."

"Pangeran? Maksud mu?" Pertanyaan Renjun membuat wanita paruh baya itu mendekat ke arah nya.

"Pasti pangeran mengigau, lebih baik sekarang pangeran tidur karna esok pagi akan ada upacara kerajaan."

"Upacara kerajaan?" Tanya Renjun lagi.

Sungguh Renjun penasaran dengan ini, apa dia sudah berpindah dunia seperti yang dikatakan Mark tadi?

"Upacara kerajaan yang akan dihadiri oleh seluruh anggota kerajaan lain."

"Ini sudah menjadi tradisi, Pangeran. Apa pangeran lupa?" Sambung wanita paruh baya itu membuat Renjun binggung harus menjawab apa.

"Hahahaha seperti nya iya, aku melupakan itu." Jawab Renjun dengan nada gugup nya sementara wanita itu mengangguk faham.

"Baiklah sekarang tidur, apa mau hamba buatkan Teh hangat?" Tawar nya yang dibalas gelengan kepala oleh Renjun.

"Tidak usah, aku akan segera tidur saja."

"Baiklah, selamat tidur pangeran." Kata wanita itu sebelum akhirnya pergi dan menyisakan Renjun sendirian yang penasaran.

"Rasanya sangat nyata kalau ini hanya mimpi." Renjun meraba tubuhnya dan mencubit kecil lengan sebelah kiri nya.

"Akhhh!" Renjun membolakan matanya, ini bukan mimpi.

Lagi lagi tangan Renjun kini menampar pipi mulusnya dan hasilnya tetap sama, Sakit.

"Astaga, aku tidak bermimpi." Lirih Renjun dan pada akhirnya diri nya kini terdiam duduk diatas ranjang milik entah siapa berharap semua ini adalah mimpi.

🍀🍀🍀

"Pangeran, bangun pangeran." Suara itu tidak ada nada tinggi didalamnya hanya ada kelembutan yang di dengar.

Renjun membuka matanya ketika merasa sinar hangat matahari menerpa wajah cantik nya.

Renjun melenguh sembari merenggangkan otot tubuhnya lalu menatap seorang wanita paruh baya yang sedang membuka penutup jendela besar nya itu.

"Selamat pagi, Pangeran." Kata pertama yang Renjun dengar pagi ini.

"Mari hamba bantu bersiap-siap." Renjun bangkit dari tidurnya dan duduk untuk mengumpulkan nyawa nya yang belum terkumpul.

"Pagi yang indah di dunia baru dengan rintangan yang baru." Batin Renjun sembari menatap sinar matahari pagi dibalik jendela besar didalam kamarnya.

Setelah beberapa menit berlalu kini Renjun sudah siap dengan setelan baju kerajaan pada umumnya dengan warna putih dan emas ditambah dengan sedikit warna hitam membuat Renjun semakin bertambah cantik dan tampan dalam waktu bersamaan.

"Wah, pangeran sangat tampan!"

"Ahh tapi cantik juga, bagaimana ini?" Sambung wanita tua tadi dengan kekehan ringan diakhir kalimatnya.

"Terimakasih, ini juga atas bantuan mu juga."

"Bibi Kwang." Sambung Renjun yang melihat nama di bajunya membuat wanita paruh baya tersebut hanya bisa tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Ayo, sekarang mari kita menuju aula kerajaan." Kata Bibi Kwang itu yang dibalas anggukan oleh Renjun.

Saat menuju aula kerajaan, Renjun mencium berbagai macam bau entah itu bau apa.

"Bibi Kwang, bau apa ini?" Tanya Renjun disela sela keheningan mereka.

"Bau? Ah mungkin itu bau feromon para alpha, Pangeran." Jawab Bibi Kwang dengan senyuman yang tak luput dari wajah nya.

"Feromon? Alpha? Astaga apa itu." Batin Renjun menjerit ingin rasanya menangis saja dan pergi dari dunia ini sekarang juga.

Sesampainya di aula, Renjun disuruh untuk duduk di kursi singgahsana khusus kerajaannya.

"Hey, kau pasti terlambat bangun kan?" Tanya orang yang duduk di kursi disampingnya.

"Hah? Ah ya, aku terlambat bangun."

"Sudah ku bilang, tidak usah takut dengan Pangeran dari kerajaan Merah itu."

"Pangeran dari kerajaan Merah?"

"Upacara kerajaan akan segera dimulai, dimohon untuk para Pangeran segera berdiri dan berkumpul di aula kerajaan." Penuturan itu membuat Renjun menyimpan pertanyaan nya itu.

"Nah, sekarang ayo." Pergelangan tangan Renjun digenggam dan ditarik lembut menuju tempat yang dimaksud tadi.

Kini Renjun berdiri disamping salah satu keluarganya, Pangeran Hendery. Bagaimana Renjun tahu? Karna tadi dia sempat dipanggil oleh salah satu teman dari kerajaan lain bernama Jaemin.

Upacara kerajaan berlansung dengan khidmat tanpa ada gangguan karna istana dijaga ketat oleh para penjaga.

Kini Renjun tengah duduk di bangku taman belakang istana nya, menatap berbagai macam bunga yang kini sudah bermekaran.

"Pangeran, sedang apa disini?" Ucap salah satu orang yang baru saja muncul dihadapannya dengan wajah angkuh nya.

"Pangeran Merah, Jung Jeno." Sapa Renjun dengan senyuman nya.

Dia sekarang mulai tahu satu-satu nama para pangeran dari berbagai kerajaan berkat bantuan Pelayan Kwang.

Yang dipanggil namanya itu pun tersenyum simpul bahkan hampir tidak terlihat.

"Aku sedang memperhatikan bunga bunga, mereka sangat cantik."

"Seperti dirimu, Pangeran Renjun."

"Ah terimakasih atas pujianmu, kau juga sangat tampan."

Saat Jeno akan duduk disamping nya, Renjun tersadar bahwa dia harus ke perpustakaan untuk mempelajari lebih lanjut tentang feromon, alpha bahkan omega dan Beta.

"Maaf, aku baru ingat ada yang harus aku kerjakan. Aku permisi pangeran, semoga Dewi memberkati mu."

Renjun kini berlari kecil menjauh dari halaman belakang kerajaan menyisakan Jeno yang menatap punggung Renjun menghilang ditelan jarak.

"Kau merasa ada yang aneh?" Serigala dalam diri Jeno membuka suara bertanya pada pemilik tubuh.

"Iya, tapi entah apa itu."

"Aku merasakan ada jiwa baru dalam dirinya yang perlahan menyatu dengan Tubuhnya."

"Benarkah? Ini menarik tapi bagaimana bisa?"

"Kau tahu kan, Dewi bulan itu penuh dengan kejutan."

"Ah iya, kau benar."

"Dan jangan lupakan bahwa mitos di dunia ini bahwa dunia paralel itu benar ada nya." Perkataan Serigalanya membuat Jeno terdiam dengan fikirannya sendiri.

Mission || NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang