🤔

17 2 0
                                    

[🤍🤍🤍]

"Am I dreaming? but this dream is so real if it's just a dream."




Seorang pemuda dengan paras yang cantik dan tampan secara bersamaan kini tengah bekerja disebuah Cafee.

Cafee yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil, meskipun begitu Cafee ini menjadi tempat favorit bagi para mahasiswa ataupun para pekerja kantor.

Cafee ini walaupun tampak sederhana bagian luar namun saat kau masuk ke dalam akan melihat dinding yang berkeramik coklat muda dan didominasi oleh warna emas.

Tampak elegan, maka tak heran jika cafee ini sering di booking untuk sekedar meeting atau pertemuan penting lainnya.

"Renjun, sudah selesai?" Tanya pemuda yang sedikit lebih tua darinya.

Merasa namanya dipanggil, Renjun memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Aku sudah selesai, Kookie hyung!" Jawab Renjun bersemangat dan tak lupa senyuman yang menghiasi wajah cantik nya itu.

"Kerja bagus, sekarang sift mu sudah selesai dan kau boleh pulang." Jungkook terkekeh sembari mengusak rambut Renjun.

"Tapi sekarang sudah malam, apa mau aku antarkan? Lagipula kita searah." Sambung Jungkook yang dibalas gelengan lucu oleh Renjun.

"Tidak usah Hyung, aku akan mampir ke minimarket sebentar untuk membeli beberapa barang setelah ini." Mendengar penuturan Renjun membuat Jungkook mengangguk faham.

Jungkook ini pemilik Cafee tempat Renjun bekerja, Renjun sudah menganggap Jungkook sebagai kakak laki-lakinya begitupun dengan Jungkook.

Kadang Jungkook akan sedikit membantu untuk biaya semester Renjun dengan melebihkan sedikit gaji nya walaupun tidak perlu karna Baba Renjun adalah CEO terkenal yang setiap bulan akan mengirimkan Renjun uang bulanan yang tidak bisa dibilang sedikit.

Renjun, pemuda itu kini sudah berpamitan dengan Jungkook dan keluar cafee dengan memakai Hoodie yang membuat tubuh mungilnya tenggelam ke dalam Hoodie tersebut.

Malam ini salju akan turun menjadikan hawa nya lebih dingin dari biasa, Renjun memasukkan tangannya ke dalam kantong Hoodie untuk menjaga kehangatan nya.

Menghela nafas panjang sembari menatap jalanan yang kini dia pijaki, Renjun sebatang kara di negeri orang.

Bukan tanpa alasan Renjun pergi meninggalkan orang tua nya di Jilin, dia pergi karna ingin menuntut ilmu lebih dalam lagi disini, South Korea.

Renjun menekan tombol di tiang supaya lampu lalu lintas berubah menjadi warna merah dan memudahkan dirinya untuk menyebrang jalan.

Setelah menekan tombol, Renjun kini melangkahkan kakinya sedikit cepat dari sebelumnya.

Tanpa Renjun sadari kini ada mobil berwarna hitam sedang menuju ke arah nya dengan kecepatan tinggi dan kondisi mobil yang ugal-ugalan.

BUGHHH

"Arghh .. " Geraman Renjun karna mobil tersebut menabrak dirinya mengakibatkan tubuhnya terlempar beberapa centi dari tempat.

Beberapa orang mulai berkumpul mengelilingi Renjun yang kini tengah menahan sakit disekujur tubuhnya.

Orang orang itu sibuk menelepon atau bahkan hanya penasaran, pandangan Renjun memburam kepala nya kini sangat pening.

"Panggilkan ambulance, tolong!"

"Nak, hey!"

"Nak, jangan tutup matamu!"

Teriakan itu bahkan seperti bisikan ditelinga Renjun sekarang, Renjun sudah tidak kuat dan akhirnya memilih untuk memejamkan matanya berharap ini hanyalah mimpi buruk.

🍀🍀🍀


Renjun membuka mata nya dan mendapati diri nya yang sedang berada di dalam sebuah ruangan yang sangat megah dengan warna putih cerah yang mendominasi seluruh ruangan.

"Aku dimana? Sunyi sekali." Renjun melangkahkan kaki nya tapi belum sempat kaki Renjun mengambil tiga langkah.

"Tunggu, Huang!" Langkahnya kini terhenti ketika marga nya disebut lantang oleh seseorang.

"Maaf .. aku tidak mengenalmu." Jawab Renjun setelah melihat wajah yang memanggilnya.

"Tapi aku iya, sebelum itu perkenalkan namaku Mark, Lee Mark." Ukuran tangan Mark dibalas oleh Renjun membuat mereka menjabat tangan satu sama lain.

"Aku disini ingin memberikan mu penawaran menarik." Kata Mark to the point.

"Apa itu?" Tanya Renjun penasaran, sungguh rasa penasaran Renjun bahkan lebih besar dari kepalan tangannya.

"Penawaran ku lumayan sederhana, hanya sekedar kau membantuku sedikit di dunia ku."

"Akan ada perperangan besar dan banyak memakan korban jiwa, aku ingin kau menyatukan apa yang seharusnya tersatu." Sambung Mark yang dibalas oleh tatapan menuntut dari Renjun, sungguh Renjun sangat bingung sekarang.

"Persahabatan, persahabatan antara pangeran dari kerajaan Barat dan kerajaan Selatan."

"Kerajaan Putih dan Merah."

"Jika kau bersedia membantu, tolong berkata 'ya' itu secara otomatis akan membawa mu kedalam duniaku."

"Jika tidak, maka kau akan mati dan lenyap dari dunia manapun."

"Kau faham kan apa yang aku maksud, Renjun?" Tanya Mark seakan mengintimidasi pemuda mungil dihadapannya.

Tapi apa-apaan ini? Ini yang disebut tawaran menarik? Ini namanya pemerasan.

Renjun menatap bingung orang yang berada dihadapannya saat ini,

"Ya, tapi tunggu apa ya--- "

Belum selesai Renjun berbicara kini ada cahaya putih yang sangat menyilaukan hingga mengharuskan Renjun menutup mata nya.

"AAAAAA!" Renjun kini terbangun dengan keringat yang membanjiri wajah nya.

Menghembuskan nafas nya lega "Beruntung hanya mimpi."

Tapi tunggu, sejak kapan kasur asramanya sangat nyaman seperti ini bahkan seperti kapas.

"Mimpi apa lagi ini, Dewi." Renjun bergumam melihat dimana dia sekarang.

Ruangan lebih tiga kali lipat lebih besar dari kamar asrama nya, ruangan yang mendominasi warna abu-abu putih ini sangat elegan.

Bahkan kamarnya di Jilin tidak sebesar ini, Renjun masih mengagumi interior ruangan ini sebelum akhirnya seseorang masuk dengan tergesa-gesa.

"Pangeran, ada apa?" Tanya salah satu wanita paruh baya yang datang dengan raut wajah khawatir.

Pangeran? Tunggu, baru kali ini Renjun dipermainkan oleh mimpinya sendiri.

Mission || NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang