2

5 6 1
                                    

Tadi sempat terdengar di telingaku, bahwa hari ini akan ada murid baru, entah laki-laki, wanita, atau bahkan waria.

Sesaat setelah aku menduduki kursih ku yang berada dekat dengan jendela, seorang guru bernama Elin masuk bersama seorang pria.

"Halo anak-anak," serunya sambil tersenyum ceria. Entah mengapa hari ini guru itu terlihat ceria, mungkin tadi habis tersedak biji durian .

"Halo Bu," jawab seisi kelas.

"Hari ini kalian kedatangan murid baru juga tampan, Silakan memperkenal kan diri,"ucap giru itu lalu menunjuk Pria di sampingnya.

"Anjier, ganteng banget," ucap Jingga wanita yang duduk di barisan paling belakang itu membulatkan matanya yang belo saat menatap Pria itu.

"Gantengan juga gua," ucap Rizal teman sebangku Regan.

"Ngaca Zal, kalah jauh" ucap Jingga tak santai.

"Hai nama gua Gibran niktaraga, kelahiran 2007, umur 17 tahun,"
Ucapnya yang membuat seisi kelas tercengang heran.

"Bentar-bentar, lo gak bisa ngitung atau gimana sih Gib?. Mana ada kelahiran 2007 umur  nya 17th," ucap Regan merasa aneh.

"Umur gua beneran 17th, lo mau gua tunjukin KTP gua, minggu kemarin gua baru bikin".

"Boleh, sini-sini gua liat".

Gibran lalu berjalan menuju meja Regan dan memberikan satu kartu gepeng atau yang di sebut KTP miliknya kepada Regan .

"Lah kok bener," ucap Regan merasa tambah prustasi.

"Masa umurnya tuaan dia, tahunnya tuaan gua", ucap ku merasa ikut bingung.

"Lu ngecit atau gimana sih?" tanya ku, gibran hanya diam menatap ku.

"Enggak anjier, ini mah kayaknya dia TK umur 3th," ucap Rizal.

"Sudah-sudah tidak usah di bahas lagi, Gibran silakan kamu pilih tempat duduk kamu," ucap bu Elin kepada Gibran dengan senyum yang berseri di wajahnya.

Entah tidak biasanya guru itu terseyum, apa jangan-jangan ia menyukai Gibran?.

Gibran berjalan ke arah ku yang terlihat acuh kepadanya, tidak seperti wanita lain yang mecoba untuk meminta Gibran duduk di sampingnya.

Dia kemudian duduk di kursih kosong, sebelah tempat dudukku.

"Hai," sapanya.

"Iya hai," jawab ku.

"Boleh kenalan?" ucapnya sambil memberi jabatan tangan.

Aku menjabat tangannya.

"Nama gua Dinta," ucap ku.

"Nama lo bagus," pujinya sambil tersenyum.

Aku melepaskan tangannya, lalu tersenyum.

"Jangan seyum, tar gua Diabetes" ucap Gibran sambil tersenyum.

"Jangan gombalin gua, gua jijik" ucap ku sambil menatapnya acuh.
Seyum Gibran seketika terhenti.

"Gibran kok lo malah duduk deket premen, eh preman maksudnya" ucap Regan.

"Dasar Jamal, minta di sambit penggaris," ucap ku, sambil menodongkan penggaris panjang di tangan ku.

"Nohkan, dia mah sadis, meningan lo duduk di sinidah. Samping gua," ucap nya menawarkan kursih kosong yang berada si samping tempat duduknya.

"Jangan mau Gib, dia Homo" ucap ku menghasut.

"Et, sembarangan lo Miun," ucap Regan takterima.

"Gib, lo kalo mau godain dia mendingan di pikir dulu dah pake dengkul, gak akan mempan soalnya dia itu Lesbi" .

LOVED BY FOUR HANDSOME MEN. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang