Aku menutup mataku, fokus mendengarkan musik ku.Lalu kemudian aku tertidur, begitu juga Zio, Reyan, Relga, dan Algar yang ikut tertidur juga.
"Sssstt Dinta sama pawangnya lagi pada tidur, jangan berisik," Ucap Regan yang menatap ku tertidur.
Gibran yang datang menatap Relga, Algar, Zio dan Reyan dengan tatapan tidak suka.
Semua yang datang duduk diam-diam tanpa membuat keributan.
Sekitar 30 menit, bell masuk pun berbunyi.
Aku terbangun begitu juga dengan ke-empat pria di sampingku.
Lalu menatap sekeliling sudah ramai.
"Enak banget ya jadi Dinta, setiap hari selalu bareng sama kakel yang gantengnya nauzubillah," ucap salah satu siswi berbicara kepada teman sebangku nya.
"Ya iyalah, gimana enggak, orang dia cantik, manis, unik, pastilah banyak yang suka,"jawab gadis sebangkunya.
"Yaallah, makasih loh atas pujiannya, gua jadi tersunjang," ucap ku saat mendengan perkataan kedua gadis itu.
"Tersanjung bodoh!" bentak Rizal.
Sedangkan kedua gadis itu hanya tersenyum hambar.
"Din, kalo pake rok yang selutut napa, itu kependekan," ucap Regan memberi tau.
"Kenapa emang nya?, jantung lo ketar-ketir liat paha gua yang mulus? " tanya ku tak santai.
"Idihh, mulusan juga paha kudanil " jawab Regan ceplas-ceplos.
"Kudu di gunting lagi gak sih," saran Zio.
"Anjier makin pendek dong," ucap Regan.
"Gila filiran lo Zio, parah mesum sekali," ucap Relga sambil menepuk punggung Zio perlahan.
"Eh tapi bisa di coba," ucap Algar.
"Ogah, parah banget lo, gua kan masih polos," ucap ku sambil menatap ke empat lelaki itu.
"Polos, tapi sering baca wettped," ucap Reyan yang kini ikut berbicara.
"Gak polos lagi itumah, kalo udah baca wettped," ucap Algar.
"Gak usah sok polos dah lo Dinta, gua yakin lo lebih paham soal 2118," ucap Regan.
Aku terdiam lalu tersenyum kuda."Senyum-senyum meresahkan ini," ucap Zio sambil menatap ku.
"Mukanya doang yang kayak polos Dinta mah, padahal fikirannya sering jalan-jalan," ucap Algar.
"Beli tiket Trevel otak dimana? " tanya Rizal.
"DI WETTPED!" teriak seisi kelas dengan semangat.
"Ssstt, jangan berisik anjing, udah masuk," ucap Algar sambil menempelkan satu Telunjuk di bibirnya.
Semua seketika diam.
"Yaudah kuntet gua balik ke kelas dulu ya, permisi," ucap Relga.
"Asalamualaikum," ucap Zio dan Reyan secara bersamaan.
"Bye, kalo mau minta tanda tangan nanti ya, tunggu pulang," ucap Algar.
"Yaelah udah kayak NAPI! " ucap Regan.
"Artis anjrot, bukan Napi!" ucap Algar tak santai.
Lalu mereka ber-empatpun pergi menuju kelasnya.
Ruang kembali hening, dan aku kembali mendengarkan musik, menunggu guru bahasa datang.
♥♥♥
"Amer dulu sayang," ucap Algar sambil meneguk satu botol coca-cola di tangannya.
"Aduh gila Haus nih, butuh kecupan," ucap Zio.
"Minum anjier kalo haus," ucap Relga lalu memberikan satu botol coca-cola.
" Aduhh, rasanya," ucap Algar yang lagi nikmat meminum satu botol susu di tangannya."Kenapa Al rasanya?" tanya aku Relga, Reyan, Zio secara bersamaan.
"Tau gak ini rasanya..." ucapan Algar semakin membuat ku dan ketiga pria di samping ku ingin tau.
"Kenapa Anjrit," ucap Relga yang sudah tidak sabar ingin tau.
"Rasanya kayak susu," ucapan Algar membuat ku dan yang lainnya merasa kesal, ingin sekali rasanya ku tonjok, ku jotos dan ku tojos dia.
"Anjing lo, gua udah tau itu susu, anjingg!" ucap Zio emosi.
"Kan emang susu bodoh, terus yang paling penting, ini susu sapi, bukan susu anjing," ucap Algar membuat semua yang menatap nya emosi.
"Yang anjing elo, susunya mah susu sapi!" ucap Reyan memanas.
"Ngegas bae lo, udah kayak lagi PMS," ucap Algar.
"Darah tinggi gua, anjing!" ucap Reyan sambil mengusap dada bidangnya.
"Dahla, ngomong sama Al mah, cuman bisa bikin darah tinggi," ucap ku menghentikan pembicaraan.
Aku dan mereka baru saja jajan di sebuah toko kecil dekat sekolah, lalu duduk di sebuah taman dan menyantap semua jajanan yang mereka beli.
Seperti biasa mereka mentlaktirku kembali.
"Kuntet liat deh, sosis nya panjang banget ya. Gede juga lagi, aduh nikmat," ucap Zio sambil menatap ku menunjukan sosis yang ia beli tadi.
Aku menatapnya jijik, jujur fikiran ku treveling.
Sedikit:)
"Yah, Ambigu dah fikiran," ucap Algar.
"Fikiran kuntet ternodai," lanjut Reyan.
"Diem lo semua, dasar gelo," ucap ku dengan tatapan sinis.
"Anjier ngegas," ucap Relga lalu menepuk tangan.
Di ikuti yang lain nya."Abisnya lo semua fikiran gak ada yang waras," ucapku sambil menatao mereka sinis.
"Udah-udah, ribut bae," bicara Relga sambil menepuk kedua tangannya.
"Jadi nonton?" lanjutnya."Jadilah" jawab Zio senang.
"Nonton?" aku bertanya bingung.
"Kan semalam udah bilang kalo besok kita ber-empat mau ngajak lo jalan-jalan, karna gua dan yang lainnya bingung mau ngajak lo kemana, yaudah kita nonton bioskop aja," ucap Relga menjelaskan.
"Emang mau nonton apa? " Tanyaku.
"Kalo soal itu terserah lo, nanti kita pilih di sana," ucap Algar.
"Ayok" ucap Reyan.
Aku dan ke-empat laki-laki itu, berdiri dan kemudian pergi menuju motor yang terparkir.
"Lo naik motor bareng gua!" ucap Reyan.
"Gak mau, gua mau naik motornya Relga aja, naik motor besar bareng sama lo, bikin pinggang gua pegel-pegel," ucapku cepat.
"Relga sama Algar noh " tunjuk Reyan.
"Kalo mau lo sana Zio"."Gak mau, kalo sama Zio serasa lagi nantang maut," ucapku kemudian langsung menaiko motor milik Reyan.
Entah apa yang akan aku tonton nantk di sana, semoga ada filem yang menarik.
Naik motor berasa Reyan tidak se- menyeramkan naik motor berasama Zio, dia mengendarai motornya dengan kecepatan standar layaknya pembawa motor di jalanan.
Tidak seperti Zio yang seakan-akan adalah pembalap handal.
Hanya saja hal yang tidak enak adalah rasa pegal ketika duduk, di motor itu ya biasalah kalian pasti tau ukuran motor Kawasaki, dan bagaimana bentuk Jok motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED BY FOUR HANDSOME MEN.
Randomcerita ini menceritakan tentang wanita yang di cintai empat lelaki tampan di sekolah nya, akankah salah-satu dari lelaki itu akan berpacaran dengan nya?