Dust

636 138 19
                                    

"KANTONG matamu hitam sekali, Jungwon!"

Ini masih pagi dan Sunoo langsung berteriak padanya, membuat telinganya jadi gatal seketika. Jungwon hanya menanggapi dengan dengusan lalu kembali menyembunyikan wajahnya di atas meja.

"Habis begadang? Bukannya kau paling anti dengan itu? Atau orang tuamu ribut lagi?"

Sunoo adalah satu dari sekian banyak orang yang tahu tentang keadaan keluarga Jungwon. Tapi, hanya dia satu-satunya yang masih bertahan menjadi teman Jungwon ketika semua orang meninggalkannya.

Itu terjadi saat Jungwon duduk di bangku sekolah menengah pertama. Keluarga Jungwon yang berantakan terpaksa menjadikan Jungwon sama berantakannya. Anak itu mulai merokok, mengumpat, bahkan memukul orang tidak bersalah saat suasana hatinya sedang buruk.

Karena itulah, perlahan-lahan Jungwon mulai dijauhi.

Tidak ada yang peduli padanya. Para tetangga sudah tutup mata, bahkan tutup telinga meski suara pecahan dan teriakan menembus tembok-tembok rumah mereka.

Hanya Sunoo yang selalu menghampiri Jungwon dimana pun dan bagaimana pun keadaannya. Sunoo yang mengobati Jungwon setiap dia terluka karena berkelahi dengan preman. Sunoo yang menginjak rokok Jungwon dan menggantinya dengan sebatang Chupa Chups. Sunoo juga yang membelikan Jungwon earphone bagus. Dia bilang, "Jangan dengarkan orang tuamu. Lama-lama kau juga akan terbiasa."

Hingga tiga tahun berlalu pun, orang tuanya masih sama dan Jungwon sudah menyerah.

"Aku tidak akan terganggu dengan mereka dan kalau malam, rumahku sepi sekali."

"Lalu? Apa kau bermimpi buruk?"

Jungwon mengangguk.

"Seperti anak kecil saja. Tidak bisa tidur karena mimpi buruk. Mau kakak baik ini menemanimu?" goda Sunoo.

Jungwon tersenyum geli, lalu mendekatkan wajahnya, "Perlu ku ingatkan siapa yang lari ke rumahku karena mimpi dikejar hantu?"

"Sudah dengar berita itu? Katanya ada zombie muncul di dekat pantai."

"Bukankah sudah dikonfirmasi kalau itu hanya hoax?"

Beberapa hari lalu, media dikejutkan oleh sebuah rekaman video amatir yang merekam sesosok pria dengan baju compang-camping dan tubuh membusuk. Dia mengejar si perekam video sambil berteriak dengan mulut berlumuran darah. Video itu menjadi viral dalam semalam, apalagi ketika tidak ada yang mengetahui siapa pemilik asli videonya.

"Aku tidak tahu kalau kau tertarik pada hal semacam itu, Jungwon," kata Sunoo saat mendapati Jungwon mendengarkan obrolan teman-teman mereka penuh perhatian.

Jungwon merotasikan matanya malas, "Urus urusanmu sendiri, Kim."

"Aku membaca di sebuah situs diskusi kalau zombie itu sebenarnya adalah manusia yang masih hidup. Dia jadi begitu karena pengaruh obat-obatan."

"Penjelasan yang masuk akal. Dulu juga pernah ada video serupa dan itu memang karena narkoba. Aku pernah dengar kalau ada satu jenis narkoba yang bisa membuat pemakainya bertingkah seperti zombie."

"Tapi, Jungwon," Sunoo menggapai lengan Jungwon, meremasnya sedikit. "Bagaimana kalau memang ada obat yang benar-benar bisa membuatmu jadi 'zombie'?"

.

.

.

"Kau sudah bangun?" Sunoo menyapa Jungwon sambil tangannya terus mengelap badan senapan. Pipi tembamnya tercoreng oleh satu garis hitam yang Jungwon yakini berasal dari oli yang tutupnya terbuka di dekat kaki Sunoo.

Bau mesiu, asap, udara kotor dan berdebu tidak lagi terasa mengganggu bagi Jungwon. Seolah dia sudah sangat terbiasa. Mereka duduk di antara puing-puing bangunan yang telah runtuh. Matanya sedikit memicing terpapar sinar matahari terik di atas kepala. Jungwon pikir, efek rumah kaca semakin mengerikan saja.

"Berapa lama kau melakukannya? Aku udah beres membersihkan semua senjataku, bahkan sempat tidur siang hingga bangun lagi, dan kamu belum juga menyelesaikan pekerjaanmu," kata Jungwon.

"Itu karena kau tidak melakukannya dengan benar!"

"Untuk apa membersihkannya sampai mengkilap kalau ujung-ujungnya pasti akan kotor lagi."

Sunoo tidak menjawab dan melanjutkan pekerjaannya sambil cemberut.

"Jangan merajuk begitu. Aku hanya bercanda," Jungwon mencolek lengan Sunoo jahil. "Omong-omong, selama aku tidur tidak ada sesuatu yang terjadi, kan?"

"Drone pembawa berita barusan lewat."

"Apa katanya?"

Sunoo mulai menirukan gaya bicara robot pembawa berita yang terbang ke seluruh penjuru kota dengan spiker menghadap ke bawah itu, "Warga kota yang budiman diharap untuk tidak panik. Pemerintah Korea Selatan akan segera mengirim bala bantuan secepat mungkin. Gunakan masker untuk melindungi diri dari debu, lari apabila melihat monster, dan hemat bahan makanan Anda hingga suplai yang baru dikirimkan dari pusat ..." Sunoo menjeda, lalu menghela napas, "Kau tau lanjutannya, kan?"

"Tentu. Aku hapal semua kalimatnya di luar kepala karena mereka tidak mengubah isinya bahkan setelah bertahun-tahun. Apa mereka tidak punya malu?"

"Sejak awal, situasi ini, kan, terjadi karena mereka."

Terdengar suara biola mengalun di kejauhan. Sepotong melodi dari lagu terkenal River Flows In You menembus udara Seoul yang berdebu. Sudah lama Jungwon dan Sunoo tidak mendengar suara musik dan rasanya begitu menyegarkan.

"Hah, padahal aku benci sekali dengan suara biola."


[]

7 DAY DREAMS| Jungwon [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang