Permulaan

22 3 0
                                    

"Ummi, aku izin mau merantau boleh Ndak? Tanya pemuda kelahiran 2000 itu kepada ibunya.

"Mau rantau kemana nak? Memang ada lowongan rantau-rantau gitu?.." tanya Ummi dengan nada sedang tak terlalu tinggi.

"Alhamdulillah ada Ummi, kemarin aku dapet panggilan ngajar di Aceh Tenggara hehe." Tegasnya sambil tersenyum manis kayak gula.

"Ummi Ndak punya uang nak buat ongkos kamu kesana..." Terang ummi.

"Alhamdulillah ummi, untuk biaya sudah dari sana dibayarkan. Aku tinggal OTW aja. Makannya aku izin ke ummi, boleh ndak aku merantau..." Jelasnya.

"Ya sudah, yang penting kamu bisa jaga diri. Nanti kalau kamu dapat uang, kumpulkan saja. Biar cepet nikah. Maafin umi, belum bisa ngasih apa-apa sama kamu..." Ujar ummi.

"Siap ummi, jadi Abi sama umi sudah ada jawaban Oke oce hehe. Tinggal aku nyiapin mental buat tinggal di sana. Eh iya mi, sebenarnya aku ada dua tawaran. Yang satu di Bandung dan satu di Aceh. Aku milihnya ke Aceh, buat jadi pengalaman juga." Pemuda itu menjelaskan dengan hati riang.

"Mau dimanapun boleh nak, asal kamu bisa jaga diri aja. Toh, Ummi hanya bisa doakan saja."

Alhamdulillah bersyukur ia mendapatkan izin dari kedua orangtuanya. Disaat itu juga ia berpikir mendalam, bahwa saat ini ia memiliki adik yang sedang sakit saraf kejepit di usianya yang muda. Ia memiliki tanggung jawab yang besar. bagaimana tidak, ia adalah kakak pertama dari 6 bersaudara.
________________________

Namanya Lukman, ia seorang guru Tahfidz di Bogor, tepatnya di Cileungsi. Sudah hampir satu tahun mengajar disana, tapi karena qadarullah gaji tak mencukupi kebutuhan dan juga belum bisa memberikan sebagian gajinya kepada kedua orang tua. Ia terpaksa untuk mencari tempat yang baru.

Setiap sebelum tidur, ia berusaha dawamkan amalan istikharah. Meminta yang terbaik dari Allah, apakah ia harus pindah atau bertahan di Pondok itu.

Beberapa Minggu pun berlalu. Pada hari itu ia dapat infaq dari teman lamanya yang akan disumbangkan untuk Rumah Qur'an binaan Lukman. Ia berinisiatif untuk mengambil nya nanti selepas shalat Jum'at.

"Zis, nanti antum ikut ustadz yuk..." Ajak Lukman kepada salah seorang santrinya.

"Mau ke mana tadz?.." tanya Aziz penuh heran bercampur dengan senang. Karena memang untuk santri sangat dibatasi keluar masuk pondok. Jadi kalau ada ustadz yang ngajak keluar itu bagaikan kabar yang sangat membahagiakan.

"Ini... Ustadz mau ambil uang ke bank. Trus, ustadz mau sekalian beli papan tulis buat Rumah Qur'an." Jelas Lukman.

"Khair ustadz, in sya Allah." Jawab Aziz dengan penuh semangat membara!

"Oke, nanti ustadz panggil setelah shalat Jum'at ya."

Aziz mengangguk riang kemudian ia permisi menuju Gurfah (Kamar).....

Bersambung....

Ustadz Muda Mencari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang