Bro! '11

125 19 0
                                    

〰️〰️〰️

Tiga hari berlalu setelah sedikit membaiknya kaki Fenly, bersekolah seperti biasa walaupun laju jalan kakinya dengan kecepatan yang sama dengan siput.

Jalannya lebih berhati-hati karena kapan saja kakinya itu akan terasa ngilu, tidak memperdulikan pandangan penjuru sekolah yang menatapnya aneh.

Fenly harus mulai terbiasa dengan tatapan itu.

Saat tiba di kelas Fenly duduk, mulai sibuk sendiri dengan ponselnya. Penghuni kelas bersikap seolah Fenly tidak ada, membicarakan Fenly dengan suara cukup lantang bahkan terdengar si pemilik nama.

"Kepala sekolah udah tau belum sih kabar Fenly?"

"Kenapa dia masih disini?"

"Kepala sekolah belum tau ya? Kalau udah tau sih Fenly pasti udah di keluarin dari sekolah"

Fenly hanya menggelengkan pelan sebagai respon saat mendengarnya, dasar pecundang. "Mending ngomong langsung aja depan gue sini sat, ngga usah sungkan" sahut Fenly tanpa menoleh, bibirnya tersenyum penuh arti.

"Kok lo ngga tau malu banget sih Fen nampakin muka di sekolah lagi? Gue jadi elo pasti udah keluar sendiri gara-gara ketahuan"

"Itu kan elo"

"Oh iya, muka lo kan tebel ya. Jadinya ngga tau malu" ini suara Dinda yang baru saja datang, duduk di bangkunya begitu saja.

"Mungkin harusnya lo ngaca aja, yang tebel muka itu lo. Caper banget sama Shandy, udah di tolak aja masih kecentilan. Ngga ada harga diri banget " ingatkan saja lagi jika Fenly itu bukan anak kalem yang akan diam saja di maki. Ucapannya tidak akan kalah pedas selagi itu semua nyata adanya.

"Shandy yang sok jual mahal bukan gue yang-

"Ya udah lah yang namanya murahan sih murah aja"

"Fen, omongan lo dijaga ya. Kita masih di kelas!" Fiki, berdiri tegak setelah menggebrak meja.

"Apa? Harusnya protes kaya gitu tuh lebih awal sebelum itu setan dateng ke kelas!" Fenly masih tidak mau kalah. Yang mulai kan Dinda, kenapa Fiki baru angkat suara saat Fenly membela diri.

Tiba-tiba saja ada 3 orang kakak kelas memasuki kelas saat mendengar kegaduhan, itu Gilang dan yang lain.

"Gue biarin malah makin rame ya nih kelas, seru banget kaya nya. Saking serunya mungkin lebih seru lagi kalau gue panggil guru bk kesini. Mau lo semua?" suara tegas Gilang membuat seisi kelas menciut.

"Adeknya temen lo tuh minta di tampar tau ngga!" lawan Dinda.

"Eh, adek temen gue yang lo maksud itu juga yang lo kejar-kejar sampe jungkir balik ngga di terima-terima ya kan?" Gilang dengan mulut savage nya.

"Eh lo.. siapa sih namanya? Belagu banget ya mentang-mentang anak guru disini. Malu tau jadi cewe tuh" sela teman Gilang yang bernama Dicky,

"Hm" Fenly tersenyum miring. "Cewe kaya dia mana tau malu"

"Diem ya lo!"

"Udah-udah ngga bakal kelar kalau diladenin" Gilang hendak menarik kedua temannya untuk pergi, tapi terhenti saat Shandy tiba-tiba saja datang.

"Ada apa?"

Gilang maupun kedua temannya bingung harus menjawab apa, dia juga merasa sedikit malu, bukannya memisah malah semakin memperkeruh. Dalam hati merutuki Dicky yang juga ikutan kompor.

"Ngga ada apa-apa kok Shan, yuk balik aja ke kelas"

"Dia nyari gara-gara lagi sama adek gue?"

"Em- mending jangan di perpanjang dulu Shan, bentar lagi guru mau masuk"

BRO ! [ Fenly Centric ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang