Happiest (belated) birthday, Choi Soobin. 💕
•••••
Soobin menggeser pintu ruangan serba putih itu dengan kuat, berusaha mengabaikan panggilan yang ditujukan padanya. Ia menghela napas berat dan memejamkan mata sebelum berbalik menatap ke arah dua pasang mata yang kini sedang memandang ke arahnya. Sepasang mata dimiliki oleh kakeknya yang kini sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan selang infus di tangan kiri dan kanula yang menempel di hidungnya.
"Nak Soobin, operasi Kakek masih akan dilakukan dalam waktu dua minggu," ucap salah seorang lagi yang berada di ruangan tersebut, pengacara pribadi sang kakek. "Nak Soobin masih mempunyai waktu untuk mempertimbangkan perjodohan ini."
"Kenapa sih, Kek? Soobin baru lulus kuliah kenapa udah urus masalah nikah-nikah kayak gini?"
Soobin dapat melihat dada kakeknya naik turun perlahan saat menarik dan menghembuskan napasnya. "Operasi ini cukup beresiko, Soobin. Kakek butuh tau akan ada yang menjaga kamu nantinya kalo seandainya gak berjalan dengan baik."
"Soobin bisa jaga diri Soobin sendiri kok, Kek. Soobin punya temen-temen yang nemenin Soobin. Gak perlu—"
"Soobin," panggil kakeknya kemudian, memotong ucapan pemuda jangkung tersebut, "kamu satu-satunya pewaris yang Kakek punya. Kakek butuh tau ada yang mendampingi kamu mengurus semuanya."
"Soobin gak mau dijodohin, Kek. Soobin... Soobin... udah punya orang yang Soobin anggap spesial, kok."
Kedua alis sang kakek terangkat sebelum air mukanya berubah lebih cerah dibandingkan sebelumnya. Soobin dapat melihat kakeknya tersenyum kecil. "Oh ya? Bagus dong. Bawa dia kesini ketemu sama Kakek."
"Disuruh nikah dalam dua minggu?"
"Kakek ingin kenal orangnya dulu, Soobin."
Soobin menggigit bibir bawahnya, pandangannya jatuh pada lantai keramik yang sepertinya tampak lebih menarik dibandingkan tatapan ingin tahu yang dilemparkan sang kakek padanya. "Kenapa gak bisa langsung dibacain aja sih wasiatnya tanpa nunggu ginian segala?"
"Choi Soobin."
Bahu Soobin menegang ketika mendengar nama lengkapnya dipanggil oleh kakek dengan nada yang biasanya ia dengar ketika dirinya melakukan kesalahan. "Kalo ini adalah terakhir kali Kakek bisa meminta sesuatu sama kamu, Kakek hanya ingin melihat kamu mempunyai orang lain sebagai sandaran. Agar kamu gak merasa sendirian."
Soobin memberengut dan bersiap untuk kembali beralasan, namun kakeknya lebih dulu memotong ucapannya dengan nada final. "Bawa siapapun itu yang kamu anggap spesial dalam dua minggu."
"Fine. Tapi Kakek harus setuju dengan pilihan Soobin."
Kakeknya lalu terkekeh kemudian terbatuk pelan, membuat pengacara pribadinya yang berdiri di sebelah ranjang bergegas mengambil segelas air putih dan mengarahkan sedotan ke mulutnya. Soobin melihat kakeknya menghela napas lalu tersenyum dan mengangguk. "Kita lihat nanti."
———
"Trus nanti lo mau bawa siapa, Kak?" tanya Beomgyu ketika mereka bertemu di sebuah restoran saat jam makan siang.
Soobin menggeleng, membenamkan kepalanya pada lengannya di atas meja. Soobin berbohong ketika menyebutkan bahwa ia memiliki orang yang spesial. Nyatanya, dirinya masih saja suka scrolling aplikasi kencan online dan sebagainya untuk menemukan orang yang cocok untuknya.
Soobin adalah orang yang mudah jatuh hati, kata Beomgyu. Jatuh hati seperti menyukai langit yang berwarna kemerahan saat matahari terbenam, atau saat ia menyukai rasa es krim favoritnya menyentuh lidahnya setelah hari yang melelahkan. Soobin adalah tipe orang yang menjadikan rasa sayang layaknya sebuah kebutuhan dan kekaguman menjadi hal rutin yang membentuk kebiasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
「 YEONBIN ONE-SHOTS 」 ÉPOQUE
Fanfiction"You, my fairytale." ÉPOQUE A French term of Epoch. (n.) a period of time in history or a person's life, typically one marked by notable events or particular characteristics. ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ연준ㅡㅡㅡㅡ수빈ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ Untuk ide selintas yang kalo dibuang sayang, dip...