I won't see no clouds of grey, will I?

1.2K 97 11
                                    

"Permisi, Pak. Saya izin pulang ya," ucap Soobin pada salah satu dari dua lelaki yang kini duduk di salah kursi kayu panjang dan sibuk menata piring di atas meja sambil bercengkrama akrab. Soobin menahan hasrat untuk tidak melayangkan netranya pada pemuda di samping atasannya itu yang sedari tadi ia tahu memandang ke arahnya.

"Loh, kok pulang Soobin? Makanannya bahkan belum datang semua."

"Iya gak apa-apa, Pak. Saya ada urusan jadi ingin pulang cepat."

Atasannya itu mengangguk-angguk paham. "Baik kalo begitu. Pesan sesuatu dulu aja untuk dibawa pulang, Soobin."

"Nggak usah, Pak. Saya langsung pulang aja." Soobin membungkuk sopan sebelum mengambil coat panjangnya yang disampirkan asal di senderan kursi. "Saya permisi dulu ya Pak."





Soobin merasakan lengannya ditarik ketika ia hendak keluar mal tempat mereka semua akan makan malam bersama itu. Raut wajahnya yang terkejut perlahan berganti bingung dan setengah tak acuh ketika mendapati siapa yang menggamit lengannya sebelum menariknya ke arah yang berlawanan menuju parkiran basement.

"Kak, aku bisa pulang sendiri."

"Aku anter," balas Yeonjun cepat. "Lagian kenapa tiba-tiba pulang, urusan apa? Kamu gak enak badan apa gimana?"

Soobin mendesah pelan. Sungguh ia tidak ingin berdebat, ia bahkan rasanya sedang tidak ingin berinteraksi, sama sekali. Karena itulah ia memilih pulang. Terlebih ketika orang yang saat ini ingin ia hindari adalah yang sedang menarik tangannya kini. Mereka tiba beberapa saat kemudian di depan mobil SUV hitam dan Soobin pun melihat Yeonjun yang memutar tubuh menghadap ke arahnya.

"Kamu marah sama aku? Karena makan malam ini?"

Soobin hanya bergeming tidak menjawab. Kemudian ia berjalan melewati Yeonjun menuju pintu penumpang. "Aku cuma mau pulang. Unlock?"

Yeonjun segera mengikuti ucapan Soobin dan mengeluarkan kunci dari saku celananya sebelum menekan tombol unlock. Soobin segera membuka pintu setelah terdengar bunyi klik pelan dan duduk di kursi penumpang. Pandangan Yeonjun terus mengikuti Soobin, hingga ketika manik itu menatap ke arahnya setelah mengenakan seat belt barulah Yeonjun beranjak ke arah pintu pengemudi.

Soobin dan Yeonjun sama-sama bekerja di bagian produksi sebuah perusahaan periklanan, dengan Yeonjun yang sudah bekerja selama satu setengah tahun lebih dulu dibandingkan Soobin. Berawal dari berkuliah di satu fakultas yang sama hingga kini bekerja di tempat yang sama pula. Bukannya itu menyenangkan?

Untuk Soobin, maybe not entirely.

Tidak begitu menyenangkan ketika mereka sepakat untuk tidak memberitahu perihal hubungan mereka kepada seluruh kolega di kantor tersebut.

"Bin, jangan gini." Yeonjun meraih satu tangan Soobin di pangkuan ketika mobil mereka berhenti karena lampu merah. "Aku minta maaf bikin makan malam kita jadi bareng sedivisi, aku gak tau mereka buat jadwal ini. I thought you said you're okay with it?"

"Aku cuma mau pulang, Kak. Stop asking questions, please?"

"Jangan diemin aku gini."

"Biasanya aku juga gak banyak ngomong kan."

"Soobin-"

"Jalan Kak," ucap Soobin, sembari mendorong tangan Yeonjun untuk kembali ke persneling. "Lampunya dah ijo tuh."

Yeonjun mendesah pelan. Namun mengikuti ucapan Soobin dan fokus ke jalanan menuju apartemen mereka. Tampaknya tidak ada cara lain selain menunggu Soobin untuk datang sendiri kepadanya dan mengungkapkan apa yang mengganggu pemuda itu, seperti biasa.

「 YEONBIN ONE-SHOTS 」 ÉPOQUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang