"Ayo masuk, Bin. Yeonjun kayaknya masih pulas, anaknya belum turun dari pagi."
Soobin mengangguk sopan pada Yuna yang mempersilakan dirinya masuk. Ia lalu mengikuti Yuna setelah menutup pintu depan ke dapur. Yang lebih tua tampaknya sedang membuat sesuatu karena terlihat asap mengepul dari panci di atas kompor yang menyala.
"Sorry ya, Kakak tiba-tiba minta kamu datang di masa UTS gini. Yeonjun udah wanti-wanti sih jangan ganggu kamu tapi Kakak gak tega ninggalin dia sendirian di rumah kalo lagi demam."
"Kak Junie udah dari lama demamnya, Kak?"
Yuna menggumam pelan lalu menggeleng. "Kemarin sih cuma pusing katanya, tiga hari yang lalu sempat pulang malem banget abis itu sibuk sama tugas akhir. Kakak curiga dia kemarin gak tidur semalaman. Dan tadi pagi pas ngebangunin dia badannya anget."
Yuna lalu melirik sekilas ke arah Soobin yang kini menunduk dengan bibir bergerak-gerak kecil, menggerutu dalam diam. Yuna terkekeh. Gemas. "Nanti marahin aja, Bin."
Soobin yang sadar Yuna sedang memperhatikannya sontak mengangkat wajahnya menatap perempuan yang kini terkekeh di depannya.
"Yeonjun emang gitu kalo sibuk. Ditambah kamu juga lagi sibuk jadi gak ada yang ngingetin langsung." Yuna mematikan kompor lalu mengambil mangkuk berukuran sedang. "Apalagi Mama dan Papa lagi ke luar kota. Gak ada yang ngomelin di rumah."
"Kak Yeonjun biasanya nurut sama Kak Yuna?"
"Sesekali. Tapi kamu tau kan keras kepalanya dia gimana?" Yuna tersenyum ketika melihat Soobin mengangguk pelan. "Yang mempan kayaknya emang cuma kamu dan Mama."
Soobin tertawa kecil mendengar ucapan Yuna. Mereka lalu berbincang ringan tentang hal lainnya juga, namun Yeonjun menjadi topik yang paling sering diangkat sembari Yuna menyiapkan makanan di meja makan.
"Titip Yeonjun ya, Bin," ccapnya sambil menyampirkan tas di pundak. "Kalian makan dulu. Nanti cari aja paracetamolnya di kotak obat. Masih ada beberapa tablet kayaknya."
Soobin mengangguk. "Kak Yuna gak makan dulu?"
"I had brunch. Belum laper." Yuna lalu membuka pintu depan lalu menoleh sekilas pada Soobin. "Pergi dulu ya, Bin."
"Hati-hati, Kak."
Soobin menghembuskan napas pelan sebelum melangkah menuju anak tangga untuk naik ke kamar Yeonjun. Yuna menelponnya tadi pagi tepat disaat Soobin baru selesai ujian salah satu mata kuliahnya, bertanya apakah ia bisa mampir ke rumah menjaga Yeonjun yang sepertinya demam karena Yuna ada urusan di luar rumah.
Seminggu ini Yeonjun dan Soobin memang sedang dalam masa sibuk-sibuknya dengan kuliah. Soobin dengan UTSnya dan Yeonjun dengan penyusunan tugas akhirnya. Sudah hampir seminggu mereka tidak bertemu, yang memang sudah disepakati bersama. Namun mereka memastikan untuk tidak pernah absen mengabari satu sama lain meski hanya bisa berkomunikasi via telpon dan video call saja.
Soobin membuka pintu kamar Yeonjun yang mengeluarkan bunyi derit pelan. "Kak?" panggilnya halus sambil melongokkan kepalanya di celan pintu yang terbuka.
Soobin dapat melihat Yeonjun yang pulas dengan selimut tebal menyelubunginya. Tampak pula beberapa kaleng kopi berserakan di atas nakas dan laptop yang masih terbuka di sebelah pemuda itu. Soobin masuk dan mendekat ke tempat tidur, mengambil laptop lalu meletakkannya di atas meja. Ia juga mengumpulkan kaleng-kaleng kopi kemudian membuangnya ke tempat sampah.
Soobin lalu duduk di pinggir kasur, mengulurkan tangan menyentuh dahi Yeonjun yang hangat. Ia menyingkirkan beberapa anak rambut di kening dan mengusak lembut rambut Yeonjun membuat pemuda itu mendesah pelan. Soobin terus mengusap kepala Yeonjun, tidak tega membangunkan yang lebih tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
「 YEONBIN ONE-SHOTS 」 ÉPOQUE
Fanfiction"You, my fairytale." ÉPOQUE A French term of Epoch. (n.) a period of time in history or a person's life, typically one marked by notable events or particular characteristics. ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ연준ㅡㅡㅡㅡ수빈ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ Untuk ide selintas yang kalo dibuang sayang, dip...