Kim Jennie, hanya wanita itu saja yang membuat Jeongguk rela menunggu selama dua jam di restoran. Jeongguk menunggu dari jam tujuh malam, hingga sekarang jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dan lihat, wanita itu baru datang. Oh? Apakah Jennie ingin dihukum karena keterlambatannya ini?
"Kau terlambat dua jam."
Jennie merotasikan bola matanya dengan malas. "Jalanan macet. Dan aku harus berbohong pada Taehyung. Bahwa aku ingin menemui klien."
Jeongguk tertawa sarkas, kemudian mendekatkan wajahnya pada Jennie. "Lain kali bilang saja bahwa kau ingin menemui kekasih tampan mu."
"Itu namanya aku wanita bodoh yang mencari mati."
"Memang benar." Jeongguk terkekeh. Lalu ia kembali pada posisi awalnya. Memanggil pelayan untuk memesan makanan. "Pesan apapun yang kau mau. Aku yang akan membayarnya."
"Kau bicara seperti aku adalah orang miskin."
"Oh- maaf. Baiklah, akan ku ganti kalimatnya." Ia memberi sedikit jeda. "Pesan apapun yang kau inginkan, honey. Tidak perlu khawatir untuk tagihannya, karena aku yang akan membayarnya."
"Keparat." Jennie mengumpat.
"Apapun untuk kekasihku tersayang." Jeongguk tersenyum lebar. Seolah-olah dia habis mendapatkan taruhan.
.
.
.
Mereka berdua makan dengan khidmat. Tak banyak pembicaraan, mereka lebih fokus pada tujuan utama mereka. Makan malam bersama.
Tapi, Jeongguk merasa bosan. Ini tidak menarik.
"Honey, apa yang akan kau lakukan besok?"
Jennie menghentikan acara mengunyah makanannya. Kemudian menatap Jeongguk tak paham. "Apa sebenarnya yang ada di kepalamu? Kau memainkan akting mu dengan sangat baik, Jeon. Debutlah menjadi seorang aktor."
"Terima kasih untuk pujianmu, tapi aku serius. Apakah kau sibuk besok? Atau banyak waktu luang?"
"Aku selalu ada di butik sekitar pukul 10 pagi sampai jam 8 malam. Sibuk atau tidaknya tergantung pelanggan yang datang. Aku kadang melayani pelangganku sendiri. Kenapa kau bertanya tentang itu?"
"Aku hanya.. bertanya."
Pria bermarga Jeon itu tersenyum tanpa dosa. Membuat Jennie malas meladeninya.
Begitu makan malam selesai, Jennie segera bangkit kemudian berpamitan pada Jeongguk. "Aku akan membayar tagihanku. Terima kasih untuk makan malam ini, Jeon. Aku permisi."
Namun, tangan besar itu mencengkram tangannya. Pria itu ikut berdiri, kemudian mendesis pelan. "Aku akan membayar semua tagihannya. Dan aku akan mengantarmu pulang."
"Kenapa kau keras kepala sekali, Jeon?"
"Masa bodoh. Ini mutlak."
Pada akhirnya Jennie pasrah. Tangan pria itu menariknya keluar restoran setelah membayar tagihan beberapa saat sebelumnya. Mereka berjalan ke arah parkiran. Kemudian Jeongguk membukakan pintu mobil disamping kemudi agar Jennie bisa duduk disana. Setelah Jennie masuk, Jeongguk berjalan ke bagian kemudi. Memasuki mobilnya, menyalakan mesin dan melajukan mobilnya membelah jalanan kota Seoul.
.
.
.
"Terima kasih untuk tumpanganmu, Jeon."
Jennie hendak membuka pintu. Namun tangan Jeongguk menarik tengkuknya dan menyatukan bibir mereka. Membuat sebuah ciuman panas tak dapat terelakkan. Jennie sedikit terkejut dengan perlakuan pria ini. Dia kadang manis dan kadang tak tahu diri bahkan sangat kasar. Kenapa Sana mau saja menikah dengan pria tidak waras ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MINE ✔️
Short Story[ END ] "Jangan lemah. Jika mereka bisa berselingkuh, kenapa kita tidak bisa? Bukankah itu menjadi adil?" warn : 21+ , mature content . . . . . Since : November 2021 Published : 25 Juni 2022 Finish : 30 Juli 2022