Halo hai, adakah yang nungguin? Maaf ya, lama nungguin, ini lagi curi-curi waktu sambil UAS wkwk ... jangan lupa vote banyak-banyak, sedih banget kemarin bahkan nggak tembus 10 vote huwaa. Please vote ya, okelah yuk baca!
***
Nara memandang Trisha dengan senyum tipis, wanita itu masih berdiri di ujung ranjang tempat Nara berbaring. Diam, dengan tatapan mata kosong. Seolah tidak menyadari keberadaan Nara yang tengah mengulas senyum padanya. Nara sudah baik-baik saja, ia bahagia saat Trisha masuk ke dalam. Hanya saja sampai saat ini sepertinya Trisha belum berniat menghampirinya. Wanita itu diam, sibuk dengan pikirannya.
"Bu Trisha?" Panggilnya mencoba membuat Trisha tersadar. Dan benar, Trisha langsung gelagapan seolah ketahuan usai melakukan sesuatu. Wanita itu menghela nafas panjang sebelum setelahnya berjalan menghampiri Nara masih dengan raut muka datar yang sulit untuk ditebak.
"Ada yang masih sakit?" tanya Trisha seraya mengelus pelan lengan Nara yang berbaring setengah duduk. Tidak menjawab, Nara hanya mengulas senyum sebagai pertanda jika dirinya sudah baik-baik saja.
"Apa saya harus dirawat inap ya, Bu?" Nara bertanya ragu. Baru saja beberapa bulan lalu ia dirawat, apakah sekarang Nara harus dirawat, lagi? Memang tidak perlu meragukan Trisha, karena wanita itu pasti akan memberikannya ruang terbaik yang terjamin semua fasilitasnya. Tetapi tetap saja, yang namanya rumah sakit tidak akan membuatnya nyaman.
"Saya merasa udah baikan, kok, Bu. Jadi, bisa pulang, kan?" Trisha hanya tersenyum, lalu mengambil tempat duduk di kursi yang ada. Tidak juga merespon, membuat Nara sampai memasang wajah penuh penasaran.
"Kamu nggak tanya kenapa bisa begini?" Trisha malah balik bertanya hal lain. Nara mengerutkan keningnya, mencoba memahami pertanyaan Trisha lalu akhirnya menjawab dengan gelengan kepala.
"Alergi saya, ya, Bu?"
"Saya nggak tau, maaf, ya?"
Nara kembali menggeleng, menggenggam tangan hangat Trisha membuat wanita itu tersentak kecil. Nara mengulas senyuman lebar. "Saya yang salah, main asal bilang samaan aja sama pesanan, Ibu. Maaf, saya ngerepotin."
"Saya nggak pernah merasa direpotkan," jawab Trisha membalas genggaman hangat Nara. Keduanya terdiam, saling menatap satu sama lain dan tersenyum tipis. Hal itu tetap tidak membuat Trisha melupakan sejenak kegelisahannya, baginya tetap saja kejadian hari ini membuatnya teringat pada mendiang sang putri.
"Jadi, saya boleh pulang?" Nara mengulang pertanyaan yang sedari tadi belum juga mendapat jawaban. Trisha terkekeh kecil, kemudian mengangguk membuat Nara tersenyum lebar.
"Beneran, kan, Bu?"
"Hm ... tapi kita tebus vitamin buat kamu dulu," ucap Trisha membantu Nara yang tampak bersemangat bangkit dari ranjang.
Usai bersiap, Trisha membantu Nara berjalan. Padahal ia sudah memaksa Nara memakai kursi roda, hanya saja gadis itu mengatakan sudah baik-baik saja bahkan jika diminta berlari ia siap. Jelas, membuat Trisha terkekeh dan menggeleng tidak percaya.
"Kamu tahu kalau ada alergi mulai umur berapa?" tanya Trisha disela perjalanan mereka menuju apotek. Nara terlihat diam beberapa saat, mengingat-ingat kapan kali ia pernah membuat ibu pantinya panik.
"Seingat saya waktu SD. Ibu Astrid sampai panik banget saya muntah-muntah, terus dibawa ke puskesmas."
"Baru ketahuan dari SD?" tanya Trisha lagi seolah mengulik lebih dalam tentang alergi Nara. Trisha membantu Nara duduk di kursi tunggu, seraya mengamati gadis itu yang menganggukkan kepala pertanda tebakan Trisha benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Daniel Owns Me
Teen Fiction[Heartbeat] "Sekali lo berurusan sama Daniel. Kecil kemungkinan lo buat lepas dari dia. Karena Daniel, bukan orang yang mudah lepasin lawannya." Daniel Aska Sagara, sudah bukan rahasia umum lagi jika orang-orang menyebutnya sebagai cowok yang tidak...